~ \|/ ~

1.4K 200 5
                                    

Happy Reading !!

"Kenapa kau selalu mengikutiku kesini ?"

Itu adalah pertanyaan pertama yang dilemparkan Hinata pada Shikamaru, sesaat setelah lelaki itu membuka pintu besi di atap sekolah pada saat jam istirahat.
Menoleh dengan wajah ingin tau, mendapati senyum miring dari lawan bicaranya.

"Bukankah itu sebaliknya ?" Tanyanya, mendekat pada Hinata yang mendengus remeh.

Tempat ini adalah ruang bebas yang bisa didatangi sembarang orang, meski nyatanya tidak ada banyak orang yang mau naik hingga lantai atap.
Hanya beberapa orang yang masih nekat dan niat untuk naik kesini, termasuk Hinata yang hampir selalu datang kesini saat jam istirahat.
Baik sendiri atau bersama Sasuke dan Naruto, atau bersama kakaknya.
Dan selalu saja, Hinata bertemu dengan Shikamaru disana.
Entah lelaki itu sedang tidur, sedang merokok atau sedang menonton video porno, Hinata hampir selalu melihatnya.

"Ehmm .. Nara-san. Bisakah kau menjawab pertanyaanku ?"

"Apa itu ?"

Hinata menggigit bibir bawahnya, jelas sekali gadis itu tidak ingin bertanya, entah karena malu atau karena tidak nyaman.
Tapi, sangat kentara juga jika Hinata sedang membutuhkan jawaban mengenai sesuatu.

"Kenapa aku bisa tertarik padamu ?"

Dan akhirnya Hinata menanyakannya, dengan wajah mendongak menatap Shikamaru dan percaya diri.
Hinata mengabaikan rasa malu dalam dirinya, mengabaikan wajahnya yang mungkin memerah karena pertanyaannya.
Dan mengabaikan satu fakta penting yang diketahuinya tentang lelaki itu, bahwa Shikamaru Nara sudah punya pacar.
Meski hanya rumor saja, Hinata tidak bisa menyingkirkan kemungkinannya.
Terlebih, karena lelaki itu terlihat sangat akrab dengan Yamanaka Ino, kakak kelasnya yang centil dan aduhai.

Hinata bisa melihat kernyitan samar di kening lelaki itu, Shikamaru hanya diam sambil menatap Hinata dengan fokus.
Membuatnya gelisah dan berakhir dengan Hinata yang mengalihkan pandangan dari lelaki dihadapannya.
Menghela napas, rasanya sangat memalukan untuk Hinata saat ini.
Bagaimana bisa lelaki itu hanya diam, disaat Hinata butuh jawaban dan sudah memberanikan diri untuk bertanya.
Ckk, Hinata merasa harga dirinya dirugikan dalam hal ini.

"Lupakan saja." Gumamnya dengan ketus.

Hinata tidak tahan dengan semua ini, tidak tahan dengan Shikamaru yang hanya diam setelah pertanyaannya.
Hanya saja, saat Hinata ingin menjauh darisana, lelaki itu menahannya dengan meraih telapak tangannya yang terkulai ringan di samping tubuh.
Membuat Hinata terpekik saat lelaki itu menariknya mendekat, tanpa jarak.
Meneguk ludah dengan susah payah, bagaimana Hinata bisa bernapas dengan benar jika sekarang Shikamaru begitu dekat dengannya.
Hanya kurang dua centi, dan jika salah satu dari mereka menghapus jarak itu, bibir mereka pasti akan bersatu.
Hinata semakin dibuat gelisah dengan fakta yang sangat jelas itu.
Hanya saja, tidak ada salah satu dari mereka yang melakukannya.

"Cobalah mencaritau."

Sebagai gantinya, ujung jari Shikamaru mengusap lembut pada bibir bawah Hinata, berbisik dengan senyum tipisnya yang terlihat rupawan.
Hanya seperti itu, dan Shikamaru melepaskannya.
Lelaki itu tidak melakukan apapun meski ada kesempatan, Shikamaru hanya menyentuh wajah Hinata dengan hati-hati sebelum melepaskannya dan berangsur pergi.
Tubuhnya lemah, Hinata terduduk di lantai semen yang dipoles halus.
Menyentuh dadanya sambil mengatur napas, rasanya seperti mau mati.

"Bajingan sialan."

Mengumpat dengan suara rendah, setelah Shikamaru pergi darisana.
Hinata menangani dirinya sendiri, menormalkan detak jantungnya yang terlalu berisik dan merasa terusik karena kedekatan mereka yang tak seberapa.
Dalam otaknya, Hinata menebak-nebak apa yang sebenarnya diinginkan Shikamaru.
Lelaki itu terlihat tidak tertarik padanya, tapi kadang kala terlihat sangat tertarik pada Hinata.
Shikamaru tidak pernah mengabaikan keberadaannya, dan hampir selalu melakukan skinship ringan meski hanya sekedar menyentuh telapak tangan.
Lalu sekarang, saat Hinata menanyakan tentang perasaannya, lelaki itu malah menarik ulur situasi hingga membuat Hinata tergoda untuk memukul wajah songongnya.

Diluar pintu, Shikamaru belum sepenuhnya pergi.
Lelaki itu hanya sedang tersenyum dengan cengoh, memukul wajahnya untuk menyadarkan diri sendiri.
Hampir saja Shikamaru melewati batasannya, dan apa-apaan dengan senyum lebar yang tampak tolol itu ?
Hinata benar-benar mengacaukannya, hampir membuat Shikamaru menjadi bajingan brengsek yang mencium adik kelasnya sendiri.
Seharusnya tidak masalah, tapi seseorang pernah mengancamnya, akan membunuhnya jika sampai Shikamaru melanggar batasannya.
Dan orang itu adalah Hyuuga Neji.
Sialann .. situasi sialan seperti inilah yang membuat Shikamaru serasa tercabik, antara ingin mencium Hinata atau tetap mempertahankan batasannya.

"Gadis sialan."

Bahkan saat Shikamaru mengumpatinya, perasaan senang itu tidak bisa diabaikannya begitu saja.
Hinata mengatakannya dengan wajah serius, sangat percaya diri dengan keyakinannya sendiri.
Shikamaru hanya merasa senang, karena akhirnya gadis itu mau jujur atas dirinya.
Hanya saja, Hinata tidak pernah tau jika Shikamaru memang sengaja melempar feromon untuk menarik perhatiannya.
Jadi, Hinata tidak salah saat mengatainya dengan sebutan bajingan.

Hyuuga Neji mengusap pelipisnya yang berdenyut, tersenyum konyol dengan wajah geli.
Sejak kapan seorang Hinata menjadi begitu jujur dengan perasaannya ?
Dan lagi, sepertinya ia harus mengingatkan Shikamaru Nara agar tidak terlalu mempersulit adiknya.
Tidak ada yang tau, tapi Neji sudah menyadap tempat itu.
Terhitung sejak pertama kali melihat Hinata yang tertarik dengan ruang atap yang jarang didatangi orang.
Memang, hanya orang yang kurang kerjaan saja yang akan datang kesana.
Dan Hinata adalah salah satu orang yang kurang kerjaan itu, termasuk dengan dua kawanannya dan Shikamaru Nara.
Lengkap sudah.
.
.
.
.
Vote pleasee ❤❤

FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang