Dari mana kamu berasal?
Akankah kamu beritahu namamu?
Aku penasaran•••
Saat itu saya masih berumur 17 tahun dan baru saja resmi menjadi senior tertinggi di sekolah. Masih awal sekali menjadi senior dikelas 12.
Saat itu juga saya dan teman-teman sedang sangat sibuk mengurus untuk perekrutan anggota baru ekstrakurikuler kami. Itu minggu-minggu dimana kami sudah harus menjalankan semua kegiatan yang sudah kami rencanakan dari 1 bulan sebelumnya. Mulai dari demonstrasi kegiatan ekstrakurikuler hingga nanti puncaknya saat acara pelantikan anggota baru.
Syukurnya, kami telah menyelesaikan kegiatan demonstrasi dengan cukup baik atau mungkin bisa saya bilang sangat baik. Saya dan teman-teman merasa sangat puas melihat hasil demonstrasi yang telah kami lakukan. Bahkan, kami mendapatkan applause meriah dari penonton, baik para siswa baru atau siswa kelas 11 dan 12.
Hal itu jadi penyebab cukup membludaknya anak kelas 10 yang ingin mendaftarkan diri di ekstrakurikuler kami. Tapi saya yakin, jumlah anak yang mendaftar hampir menyentuh angka 100 orang itu tidak akan bertahan semua. Syukur-syukur jika bertahan hanya 20 orang hingga pelantikan atau bahkan setelah resmi jadi anggota.
Seleksi alam, namanya.
Maka dari itu, para panitia akan berkumpul untuk membahas tentang penyeleksian dan pembekalan materi untuk para anggota baru sebelum pelantikan.
"Total jumlah pendaftar sampai hari ini berapa orang, Lam?" Tanya seorang lelaki yang jauh lebih tinggi dan dewasa dari saya. Dia Kak Reza, pelatih kami diekstrakurikuler.
"Ada sekitar 70 orang, Kak. Kenapa?"
"Penutupan pendaftaran kapan?" Dia menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lagi.
"Besok, Kak. Kenapa?"
"Nggak apa-apa sih, cuma kayaknya udah kebanyakan deh penerimaan anggotanya." Katanya.
"Kalau ditutup hari ini gimana?"
Saya mengangkat sebelah alis, bingung.
"Bukannya bagus, Kak? Selama ini kan kita belum pernah nerima anggota tembus 30 orang lebih."
"Buat apa punya banyak anggota kalo nggak berkualitas."
Saya tercengir mendengar pernyataannya. Kak Reza benar juga.
"Kebanyakan sih pesertanya, tapi nggak tau tuh yang bertahan sampai hari pelantikan berapa orang. Dan jumlah panitia nggak sebanding. Kalian yakin sanggup handle semuanya?"
"Kalau sanggup sih ya nggak apa-apa." Ujar Kak Reza.
"Yaa sanggup nggak sanggup sih, Kak. Gimana nanti, Kak." Jawab saya sekenanya dan terdengar agak ragu.
"Jawab yang pasti dong. Kamu ketua pelaksana acara ini loh. Kamu harus mikirin planning A dan B sama konsekuensi dong. Mikirin soal panitia dan pesertanya juga. Jangan gimana nanti mulu." Kak Reza memberikan komentar sambil memandang saya serius.
"Saran dan rencananya dari Kakak sih ya, mending di seleksi ulang lewat wawancara juga, Lam."
"Boleh sih, Kak."
"Cuma wawancara kali ini bener-bener diseleksi anak-anaknya. Bukan cuma formalitas doang."
"Coba aja nanti kita omongin lagi sama panitia yang lain." Kata saya.
"Oke deh. Yaudah, saya mau ke masjid dulu ya, Lam. Mau solat. Nanti kalau udah pada kumpul, langsung kita bahas." Pesan Kak Reza sambil mengenakan sepatunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Younger Than Me
General FictionIni hanya salah satu cerita klise yang mungkin pernah kalian alami di masa putih abu. Pernah merasakan disukai oleh adik kelas? Seorang laki-laki lebih muda yang bahkan lebih cocok untuk jadi adik sendiri. Ini cerita saya bersama seorang anak laki-l...