🌸 -- He Loves Me

2.5K 241 9
                                    

Written by piceboo & A__Lovegod

***

Benturan ayunan bola-bola silver dari sebuah pendulum terdengar teratur. Bersahutan dengan detik jarum jam yang melangkah maju, melahap waktu.

Di ruangan berukuran lima kali enam meter yang berlapis cat dinding pucat ini, Na Jaemin duduk dengan tenang, berhadapan dengan seorang psikiater yang tengah memberikannya beberapa informasi tentang materi yang ia butuhkan untuk bahan tugas final studinya.

Seksama, Jaemin memperhatikan sang psikiater. Tentang bagaimana ia menjabarkan sebuah sub materi dengan berbagai macam istilah yang tentu saja, sudah sangat familiar untuknya yang bersekolah di jurusan Psikologi.

Sejenak Jaemin menatap sebaris kalimat pada papan nama yang berada di atas meja.

dr. Park Chanyeol, Sp.KJ

Konsentrasinya terpecah, saat sang psikiater menghentikan tuturan dan menatapnya dengan sebuh senyuman simpul yang hangat menyapa netra.

"Apa kau mulai bosan, Jaemin-ssi?" Sang psikiater melepas kacamata bacanya seraya menutup sebuah buku yang sedari tadi ia jadikan sebagai referensi.

Jaemin menggeleng cepat, ia balas tersenyum kemudian.

"Sudah pukul lima sore, sepertinya waktu kita sudah habis. Sayang sekali." Ucap sang psikiater, terkesan ramah, tidak dibuat-buat.

Tatapan Jaemin terlempar pada jarum jam yang bertengger di dinding. Memastikan kalau kedua jarum berbeda panjang itu berada di angka yang seharusnya —pukul lima.

"Ah, benar. Sungguh, mendengarkan anda adalah sebuah hal yang sangat menarik hingga tidak terasa waktu cepat berlalu." Jaemin kembali mengulas senyum.

Sang psikiater terkekeh pelan, "Jarang sekali ada anak muda yang mengatakan senang berbicara dan menghabiskan waktu dengan seorang ahli kejiwaan."

"Jarang, bukannya tidak ada, bukan?" balas Jaemin sembari merapikan alat tulis, buku, dan juga alat perekam yang khusus ia pinjam dari sang kakak untuk sesi materinya hari ini.

"Baiklah, Dokter Chanyeol. Terima kasih untuk hari ini. Dan mungkin untuk hari-hari ke depan yang akan semakin merepotkan." Jaemin tersenyum cerah, ia membungkuk sejenak sebelum akhirnya ia kembali berpamitan dan beranjak keluar dari sana.

Saat Jaemin sudah berada di luar ruangan, matanya menangkap orang terkasihnya dengan snelli putihnya sedang melangkah pelan sembari menyapa beberapa orang yang lewat. Tubuh tegap, tatapan teduh, bola mata yang berkilau layaknya Nebula Orion memberikan kesan sempurna pada sosoknya.

Senyum menawan itu kini tertuju padanya. Mata mereka saling tertaut dalam sekian detik. Tanpa menunggu waktu yang lama, Jaemin langsung menghampiri pemuda itu dan bergelanyut manja di lengannya.

Jeno mengelus kepala Jaemin dengan lembut. "Apa urusanmu sudah selesai dengan Dokter Chanyeol?" Suaranya mengalun lembut di telinga Jaemin. Jaemin mengangguk, semakin mengeratkan tubuhnya pada Jeno.

"Kupikir data yang kukumpulkan cukup untuk bimbingan minggu depan. Lalu kau, apa kau sudah selesai dengan pekerjaanmu?" Tanya Jaemin kembali.

Jeno menggeleng lemah. "Belum. Aku harus menemui pasienku dan melakukan konsultasi dengan Dokter Saraf yang lain." Jeno mengecek jam tangannya, kemudian kembali menatap lurus pada hazel indah milik Jaemin. "Kemungkinan aku pulang pukul 10 malam."

Together With Nomin IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang