Kamar kost yang kecil kini terang karena sinar kuning dari matahari pagi yang masuk di sela-sela gordennyang terbuka. Mata Aurora terbuka perlahan-lahan menyusaikan dengan cahaya silau. Matanya masih sulit terbuka efek semalam ia pulang dari kafe sedikit telat dan selepas sholat subuh tadi ia memutuskan untuk tidur kembali karena hari ini adalah hari minggu.
Saat kesadarannya sudah terkumpul sempurna , tangannya ia gerakkan kesana kemari mencari letak ponselnya berada. Ia hanya ingin memeriksa pesan yang masuk saja. Namun seperti biasa hanya grub sekolah dan lainnya yang ada . Pesan dari ibunya pun tidak ada sama sekali. Lupakan itu semua , kembali mengingat kejadi semalam saat ia menerima jus rasa red velvet serta kentang dari Pak Bos.
Flashback on
“Aurora ini ada titipan dari pelanggang buat kamu”ujar bosnya sebelum Aurora keluar dari kafe. Bosnya menyodorkan minuman dengan kemasan yang utuh rasa red velvet tertulis namanya lalu di tambah kalimat “bahagia selalu dan selamanya” tulis orang itu pada kemasan minuman tersebut.
“dari siapa pak?” tanya.
“saya gak tahu Namanya tapi dia laki-laki tinggi terus tadi pakai kaos warna hijau Army.”jelas bosnya.
Aurora pun kembali mengingat setiap pelanggang yang datang malam ini dan yang ia ingat hanya ada satu orang yang memakai pakaian yang seperti bosnya katakan.
“kak Delvan ?” batinnya bertanya-tanya pada diri sendiri.
Flasback off
Sampai pagi ini Aurora belum mengetahui dengan jelas siapa pengirim minuman red velvet itu. Aurora tidak begitu yakin jika yang mengirim minuman itu adalah Delvan seniornya. Mengingat terakhir kali mereka berinteraksi kesannya kurang baik.
“apa mungkin ini permintaan maaf” pikirnya tapi ia kesampingkan. Mengingat kembali yang pernah Aldara katakana pada saat pertama kali kak Delvan masuk di kelasnya menjelaskan mengenai organisasinya. Seingatnya Aldara bilang kalau pada saat Kak Delvan menjelaskan matanya sesekali melihat pada Aurora.
Serta Aurora juga kembali mengingat kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. yang pertama adalah saat Delvan menawarkannya tumpangan. Dan yang terakhir adalah saat dikantin kemarin , Delvan mengajaknya untuk makan di meja yang sama.
Aurora kembali menyadarkan dirinya atas semua kejadian tersebut. Bodoh sekali dirinya baru menyadari hal itu. Aurora terkadang menjadi tidak peka terhadap orang yang menyukainya. Apalagi semenjak putus dengan Rian fokusnya hanya kepada sekolah , organisasi dan pekerjaan. Hingga hal yang menurutnya tak penting itu terjadi begitu saja.
Larut dalam pikirannya hanya bisa membuat ia capek sendiri. Aurora pun memutuskan untuk bangun dari tidurnya cuci muka dan siapkan sarapan karena siang hari nanti sebelum ke kafe ia berencana untuk membeli buku pelajaran dan novel incarannya yang baru saja terbit di Gramedia.
Dengan sepiring nasi goreng yang ia masak sendiri serta susu putih menjadi santapannya pagi. Sambil makan , ia juga bermain ponsel niatnya ia ingin menelfon ibunya. Baru saja ia ingin mendial nomor ibunya , lebih dulu pesan masuk dari orang ia tuju untuk di telfon.
“hari ini mama sibuk banget , uang belanja kamu sudah mama transfer ya. Kamu jangan ganggu mama kerja”
Sebuah pesan singkat yang harusnya bisa membuat Aurora bahagia tapi malah berbanding terbalik ia sangat sedih karena kata-kata ibunya walaupun hanya lewat pesan.
Aurora hanya ingin bercerita mengenai sekolah barunya dan teman-teman barunya. Ada banyak hal yang ingin ia ceritakan pada ibunya , tentang bagaimana suasana SMA serta bagaimana caranya ia beradaptasi dengan teman-teman beda kasta dengannya dan masih banyak lagi. Sedangkan ayahnya , jangankan menelfon kemana ayahnya pergi ia tidak tahu. Selama ia berada di kota ini , selain ia tak punya rumah untuk tinggal , Aurora juga tak punya rumah untuk pulang . Rumah dan tempat pulang dalam arti lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELVANORA
Teen Fiction♡ Prolog ♡ Melihat langit yang mendung , sepertinya sore ini akan hujan. Bedanya , cahaya senja masih betah menjadi silau yang indah. Kala ini Aurora sedang berdiri tepat dihadapan gerbang sekolah " SMA GARUDA BANGSA" yang menjulang tinggi. Sudah wa...