"Doktor Aaron mathew, anda sedang dalam keadaan genting! Nyawamu bisa saja terancam saat ini. Kami dari pihak kepolisian berharap anda bersedia untuk membatalkan pernikahan yang akan anda esok hari, demi menghindari situasi yang tidak diinginkan," ujar Inspector Lincoln.
"Maaf Inspector, aku tahu niat mu baik karena telah memperingati kami. Tapi untuk aku pribadi, aku masih tidak bisa menerima kalau ada dua diriku yang berada disatu waktu," sanggah Aaron. ia menatap polisi didepannya curiga.
Lalu, seorang wanita bersandar ditangan besar lelaki itu. "Aaron, aku tahu ini tidak masuk akal. Tapi bukankah kita harus mengikuti intruksi dari pihak kepolisian? Aku pikir dia berkata jujur, soalnya mereka sampai mengunjungi mu langsung seperti ini," tutur Reachel.
"Terima kasih, nona."
"Namun, Inspector. Aku sebenarnya ingin mendukungmu—jangan marah ya, Aaron," Reachel menatap Aaron kecil. Lelaki itu membalasnya sedikit jengkel. Reachel kembali menatap inspector, "Kau pasti orang yang paling sadar, bukan? Jika, meskipun telah dijelaskan secara panjang lebar, kejelasanmu itu masihlah tidak masuk akal," ujar Reachel. Wanita berumur dua puluh delapan tahun itu melihat rentan Inspector dihadapannya. "Jadi apa kau punya suatu bukti yang mendukung..."
"Tentu saja ada, nyonya" Sambar inspector lalu menatap polisi lain—mengisyaratkan agar ia mengambil sebuah koper kulit yang telah disiapkannya sebagai bukti langsung, agar Aaron dan Reachel menuruti peringatannya.
"Kau tidak berniat untuk mengibuliku kan, Inspector? Atau mungkin kau ini saingan yang ingin menjatuhkanku?" sinis Aaron
"Sudah kuduga kau akan berfikir seperti itu" keluh Inspector Lincolin. Ia mengangat topinya. Melepaskan, dan menaruh ke sebuah meja yang terlentang di perkarangan rumah Aaron. Salah seorang polisi pun datang dengan membawa koper yang diperintahkan tadi.
"Boleh kah?" tangan sang Inspector merujuk ke meja nan berkeinginan untuk memakai meja dari kayu berkualitas tersebut. Aaron pun mengangguk mengizinkan, Lincoln menggunakan meja tersebut sebagai alas untuk tas kulit berkualitas tinggi miliknya.
Didalamnya, terdapat beberapa cerik kertas yang berisikan laporan tulis maupum diagram. Inspector mengeluarkannya dan dibeberkan kemeja itu, membuat Aaron dan Reachel dapat melihatnya dengan jelas.
"Semua ini adalah beberapa serpihan dari misteri itu" terang Inspector. Aaron dan Reachel mengambil beberapa kertas yang berserakan disana.
Aaron membacakan isi laporan ditangannya. "Pria ini ditemukan ditempat yang sama dimana halilintar besar sedang menyambar? Ada tiga saksi mata..." Aaron memutar bola matanya, "Apa hubungan ini dengan kasus yang kau jelaskan tadi, Inspector?"
"Itu hanya kronologi sang korban, atau tersangka? Bagaimanapun, topik utama yang akan aku bahas dikasus ini tertulis dilaporan yang satunya." Lincoln mengambil lima kertas yang telah disteples. Terdapat banyak penjelasan yang tertulis disatu laporan. Kertas itupun diberikan kepada Aaron.
"Golngan darah, O+? Tes DNA menunjukan angka kecocokan genetik hingga 99.81%" Aaron terkejut saat melihat beragam data yang tertulis.
"Dan bukan hanya itu," sambung Inspector. Ia memberikan secarik kertas lain kepada Reachel. "Apakah kau merasa tidak asing dengan desain itu? Aku yakin itu adalah hal yang paling kau ketahui," tanya Inspector kepada Reachel.
Wanita itu sempat tidak menyadari apapun sebelumnya, ia masih bersikap ringan. Beberapa saat kemudian, seketika Reachel langsung diam mematung. Matanya terpelana oleh gambar yang tertera di foto itu.
"Aaron, Tuxedo itu, bukankah?" pungkas Reachel.
Aaron melirik penasaran data yang diberikan inspector kepada wanita disebelahnya. Tak lama, langsung saja lelaki itu ikut terpaku. Dengan masih keadaan terguncang, Arron menarik paksa Reachel untuk masuk kedalam kediaman. Lelaki itu tak ingin jika wanitanya sampai melihat hal memilukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy End Story
General FictionApakah kau siap untuk menerima sebuah kejutan kejam mengenai kehidupan? kalau begitu, inilah saat yang tepat untuk mengujinya