01

37 6 0
                                    

"Oi, plis lah, semester depan ketua kelasnya ganti, trauma gue sama Ari" Fauzi mengeluh, para lelaki ikut menyetujuinya, kecuali Khizin.

"Dia disiplin, apa salahnya jadi ketu?" Khizin menatap Fauzi sewot.

"Cih, telah dibutakan oleh cinta" Kara menimpali, menatap temannya lempeng.

Afi dan Iffa saling melirik, lalu tersenyum jail, "BU KETU!, ADA YANG PROTES NIH!"

Keduanya berlari kearah ruang guru, hendak melapor pada Ari, saling tertawa satu sama lain.

"TEMEN LUCKNUT!!" Fauzi dan Kara mengejar, wajah mereka berdua pias, bisa koma satu bulan kalau sampai Ari tau tentang kejadian tadi.

"Mazi... Fauzi ganteng banget yah, apalagi bobroknya itu, lucu" Ayu tersenyum bahagia, Mazi disampingnya mengangguk-angguk sebagai jawaban.

"Habis ini ada rapat OSIS, lo ikut kan Yu?" Mazi mengalihkan pembicaraan, tidak membiarkan Ayu menghalu lebih jauh.

"Iya, Fauzi ikut juga soalnya" Mazi menepuk pelan keningnya, sahabatnya ini bucin sekali.

"Fauzi tuh bagi lo apa sih?" Ayu menoleh, menatap sahabatnya dengan mata berbinar.

"Segalanya!"

*****

"Fi, temenin gue ke kelas XI IPA I yuk, mau ngasih kertas titipan Bu Khayla" Iffa membagi tumpukan kertas ulangan menjadi dua, memberi salah satunya pada Afi, gara-gara mereka berteriak disepanjang koridor tadi, Bu Khayla memberikan tugas.

"Kelasnya Kak Bily sama Kak Azah ya?" Afi menebak, Iffa hanya mengangguk sekilas, walaupun mereka tidak pernah melihat wajah kedua manusia itu, tapi mereka tau namanya karena saking terkenalnya.

"Sip, gue juga penasaran orangnya kayak gimana sampe masuk jejeran most wanted" Afi mengangguk setuju, berjalan disamping Iffa.

"Gue yang ngetok ya—"

"Siapa ya?" Perkataan Afi terhenti, mereka berdua menatap lelaki didepan mereka, tubuh yang bagus ditambah dengan wajah yang bagus.

"Eh, kita mau ngenterin kertas ulangan dari Bu Khayla kak, ini" Iffa menyerahkan kertas yang ia pegang, disusul dengan Afi.

"Makasih, lo berdua kelas sepuluh ya?" Lelaki didepan mereka menerima tumpukan kertas tersebut, lalu tersenyum.

"Kok tau?" Afi mengernyit bingung.

"Habisnya pada imut-imut" lelaki tersebut memperlebar senyumnya, "Nama gue Azah"

Tukang gombal, biasanya playboy, Iffa membatin, "Iffa"

"Afi"

"Kalian kembar?" Azah menaikkan salah satu alisnya, bertanya lagi.

"Bukan, udah dulu, kita sibuk" Iffa menarik tangan Afi menjauh, lalu berbisik "Hati-hati fi, orangnya gak sebaik yang kita kira"

"Iya, tukang gombal" lalu mereka berdua tertawa lebar.

"Oh iya, pulsek ada rapat OSIS, biasanya lapangan bola sepi, main bola yuk" Iffa mengangguk setuju, lalu mereka berdua tertawa lagi, aneh.

*****

"Ri!, Rapat OSIS oi!" Khizin menghampiri Ari diperpus, cewek itu kalau sudah berurusan dengan buku bahkan bisa melupakan dunianya sendiri.

"Iya sabarin kek" Ari mendengus malas, menaruh kembali buku yang barusan ia baca, melangkah malas mendekati Khizin.

"Yang semangat, lo harus nulis lagi pas rapat" Khizin menepuk pelan bahu Ari, sang empu hanya mendengus lagi.

"Kenapa nulis sih, tulang jari gue berasa patah tau gak?, Bilangin ke si Azah, kalo nyampein rencana jangan kayak kandidat presiden yang kebanyakan bo'ong nya, cuma bikin doang, gak ngelaksanain, kan bacot" Khizin tertawa mengejek.

"Salah sendiri milih jadi sekertaris" Ari melotot, tidak terima diejek seperti itu.

"Gue ramal nanti lo bakal dapet sial!"

"Ampun Nyai, maafkan saya yang tidak tahu diri" Khizin tertawa lagi, tawa yang sangat menyebalkan menurut Ari.

"Kenapa sih lo harus ada didunia?, Deket gue lagi, muak gue denger tawa lo" Ari menarik telinga Khizin kencang, sampai sang pemilik mengaduh kesakitan.

"Kalo pacaran jangan disini, bikin bulu kuduk gue merinding" Bily tiba-tiba muncul, menatap teman-temannya datar, "Lo berdua udah telat empat menit cuma buat pacaran?"

"Fitnah!" Ari melotot, lalu segera berlari menuju ruang rapat.

*****

"GOOLLL!" Iffa berseru senang, menatap skornya yang unggul satu.

"Bola tu ditendang mu'maenah!,udah berapa kali gue ingetin!" Afi bersungut-sungut, mengusap kepalanya yang terkena lemparan bola Iffa.

"Biarin aja" Iffa nyengir, merasa tidak bersalah.

"Kita boleh ikut main?" Dua orang lelaki menghampiri mereka, dua-duanya sama tampannya.

"Siapa lo?" Iffa dan Afi melirik mereka berdua sinis.

"Kenalin, gue Athan, ini Tara" Athan dan Tara tersenyum lebar.

"Oke, kelompoknya bagi dua, ayo hompimpa!" Iffa mengangguk setuju.

Putih fi!

Siyap!

"Kok gini sih?!" Iffa berseru kesal, ia sekelompok dengan Athan, sementara Afi dengan Tara, "Kan gue bilangnya putih,bukan item!"

"Kan gue gak selalu bisa telepati sama lo fa, kadang eror" Afi mengangkat bahunya.

"Bodoamat!" Iffa berdecak kesal, "Athan!, Lo pemain, gue kiper"

"Oke" Athan bersiap diposisinya, sementara Iffa berlari kearah gawang, karena tenaganya hampir habis, ia berlari sangat lambat.

Wussh

"OI! GUE BELUM SIAP! NGAPA MAIN DULUAN TENGIL?!" Iffa melotot, ia dibalap oleh Tara, dan sekarang bola itu sudah berada didalam gawang, "Lo juga Than!, Halangin si Tara kek!"

"Lo gak nyuruh"

"Kenapa mesti di suruh?!" Afi melangkah angkuh mendekati Iffa yang sedang marah-marah, menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu pelan.

"Sabar mbak, udah takdir"

*****
Tbc

Oi oi, aq g pinter nulis~
Mohon maklum ya jika ceritanya aneh~
No jiplak!!
(Emangnya siapa yg mau jiplak?)

Byeeee
Salam hangat penuh cinta dan kebahagian juga kesejahteraan dari author~
(Btw authornya ada 4 orang, masing² buat cerita sendiri, anddd ini buatan author bernama SOFI, Ea ngegas, jangan lupa kasih bintang yaaa, klo g mau g ush ngeliat ceritanya sekalian plus klo kalian g suka [padahal tinggal pencet sebelah kiri paling ujung loh ;( ,mohon pengertiannya, klo mau komen jugak bolehh], tolong ya)

A Piece Of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang