Chapter 1 : Aku Bosan Dengan Sikapmu

104 21 1
                                    

Shena Wijaya POV

Halo semuanya, namaku Shena Wijaya. Usiaku 22 tahun. Aku berasal dari Indonesia, namun orang tuaku sekarang berada di Boston, Amerika Serikat karena mengurus bisnis keluarga.

Aku memiliki seorang adik laki-laki bernama Metthew Budi Wijaya. Kami berbeda 8 tahun dan karena dia satu-satunya adik lelakiku, maka kami selalu kompak.

Aku kuliah di Boston University jurusan Business Management dan aku bekerja part time sebagai waitress di sebuah restoran cepat saji di Boston.

Mengapa aku tidak bekerja di perusahaan ayahku saja? simple, aku tidak mau dicap sebagai anak manja dan hanya mengandalkan nama papaku untuk diterima bekerja di sana.

Aku memiliki seorang kekasih, namanya Dean  Ernest.

Dean Ernest, dialah pria yang sudah 3 tahun ini menjadi kekasihku semenjak aku kuliah semester 2.

Dia teman seangkatanku namun berbeda jurusan. Aku jurusan Business Management, sedangkan Dean jurusan Computer Science.

Aku tidak tahan dengan kelakuan Dean. Semakin lama semakin menjadi dan aku sudah bosan.

Awalnya aku menikmati semua perhatian dia. Namun lama-kelamaan membuatku menjadi susah sendiri. Sudah dia posesif, cemburuan tingkat tinggi. Aku susah kemana-mana seorang diri.

Dean kerap menelpon ku dua jam sekali sekedar mengecek aku dimana, sedang melakukan apa dan dengan siapa saja.

Aku tidak suka di kekang oleh peraturan konyolnya itu, menjadi kerap bertengkar dengannya.

Dean tidak mau aku kerja part-time dan selalu berkata aku tak usah bekerja karena masih memiliki orang tua yang bisa menanggung biaya hidupku.

Ayolah, yang benar saja aku tetap mengandalkan orang tua? Aku juga ingin berbelanja memakai uang pribadiku, uang yang aku hasilkan sendiri.

"Shena, kamu masih kerja part time?" tanyanya ketika kami bertemu.

Dean menjemputku pada hari Kamis, di saat aku libur kerja part-time.

Aku memutar bola mataku malas. Dia pasti akan mulai mengoceh, kataku sebal dalam hati.

"Iya, masih." jawabku malas. Sudah dapat ku duga sebelumnya, Dean mendelik padaku dan dia mulai panjang lebar mengkotbahi aku.

"Sudah selesai bicaranya? Kita bertemu hanya untuk bertengkar atau kamu merindukan aku?" tanyaku sebal padanya.

Aku sudah memotong ucapannya dan aku tidak perduli.

"Aku belum selesai berbicara." jawabnya. Dia adalah pria yang sangat keras kepala dan tidak mau dibantah.

"Okay then. Aku lapar. Kamu ngomong saja sendiri!" kataku ketus. Sudah lapar, diomelin pula, sengitku dalam hati.

Ketika aku hendak turun dari mobilnya, dia mencekal lengan kananku.

"Shena! Bisakah kamu mendengarkan aku dulu?" sentaknya keras

Aku menatap manik hitamnya, "Mau dengar apalagi? Aku lapar dan bahkan kamu tidak memelukku dan menciumku lagi, Dean! Dulu kamu tidak seperti ini!" jawabku tak kalah keras.

Dean terdiam dan menatap mataku. Kami berdua terdiam dan kesunyian melanda.

"Maafkan aku, Shena. Aku tak bermaksud seperti itu." ucap Dean pelan.

Dean melepaskan cekalan tangannya di lengan kananku. Dia pun memelukku.

Aku terdiam karena pelukannya yang tiba-tiba terjadi.

Sakit rasanya hatiku. Aku tidak suka bertemu kekasihku bila dia hanya memarahiku atas keputusanku bekerja part-time. Bahkan orang tuaku mendukungku asalkan aku tetap bekerja di perusahaan papaku saat aku lulus kuliah.

Kami berpelukan cukup lama. Dean menarik aku dan mencium keningku lama.

Aku tersenyum karena dia pasti berusaha membujukku kembali.

"Ayo kita ke restoran favorit kita. Kita makan di sana ya?" tanyanya lembut.

Aku mengangguk, "Ya, sayang. Aku mau kita makan di sana." jawabku manis dan tersenyum padanya.

Begini kan enak, bicara baik-baik dan perlakukan aku dengan lembut dan manis, kataku dalam hati.

Wanita dibentak dan disalahkan, siapa yang suka dan tahan?

"Terimakasih, sayang." ucapnya dan mobil pun melaju.

Aku sebenarnya sudah tak tahan dengan kelakuan Dean yang seperti ini.

Aku tahu dia mencintaiku, tapi sanggupkah aku berpisah darinya? Hubungan kami berdua cukup lama berjalan.

Selain itu, keluarga kami sudah saling mengenal satu sama lain. Restu orang tua pun sudah kami dapatkan, kurang apalagi?

Ketika liburan, orang tuaku mengajak Dean ikut bersama kami begitu pula sebaliknya.

Di kampus, Dean adalah mahasiswa populer dan entah dia kesambet setan mana sehingga bisa naksir aku.

Aku tidak bilang aku jelek. Aku cantik dan aktif di kampus tapi aku bukan tipe yang bergaul dengan kalangan populer di kampus.

Aku memiliki teman-teman di kampus tapi aku tidak suka hangout terlalu lama karena aku sibuk dengan duniaku sendiri.

Aku dan Dean bisa saling mengenal karena aku dikenalkan oleh temanku, Sasha Nicole. Sasha salah satu wanita populer di kampus. Aku bisa berteman dengannya karena ibunya adalah sahabat dari ibuku.

Aku suka kemana-mana seorang diri. Sasha sampai mengomentari wajahku "You have a resting bitch face." (Wajahmu jutek)

Aku menaikkan alisku, "What does that mean?" (Apa artinya itu?) tanyaku padanya.

"Itu artinya wajahmu jutek, tidak ramah, walaupun kamu tidak melakukan apapun atau merasa bahagia, wajahmu tetap jutek, membuat orang salah paham. Seolah kamu marah pada mereka padahal tidak." jelas Sasha padaku.

"Oh, aku baru dengar." kataku sambil mengikat rambutku yang sedari tadi tertiup angin.

Aku memang sedikit tertutup karena aku memang malas bicara basa-basi dengan orang yang tidak aku kenal.

Sasha sendiri berpacaran dengan Nicolo, mahasiswa tampan asal Italia. Mereka berkencan sudah 2 tahun lamanya. Bahkan Sasha selangkah lebih maju dariku: Nicolo mengajaknya menikah setelah lulus kuliah.

Sebagai sahabat, tentu aku senang. Namun aku sendiri sedih. Aku tidak tahu bagaimana nasib percintaanku dengan Dean.

Kalau aku mengingat semua pertengkaran kami yang lebih banyak dari kisah bahagia kami, rasanya aku pesimis.

Aku menghela napas, apakah aku yakin dengan Dean? Apakah aku akan menghabiskan sisa umurku dengannya ataukah kisah cinta kami akan berakhir?

"Kenapa, sayang?" tanya Dean padaku.

"Tidak apa-apa, sayang." jawabku padanya.

Aku berusaha tersenyum walaupun pada kenyataannya tidak seperti itu.

Mobil Dean sudah berhenti di depan restoran favorit kami, "Aldente" restoran.

Restoran ini adalah restoran dimana Sasha membawaku dan memperkenalkan Dean padaku. Nicolo pun ikut serta.

Di restoran ini pulalah, Dean menyatakan perasaannya padaku dan aku menerimanya menjadi kekasihku.

Aku tersenyum melihatnya. Restoran ini bersejarah buat kami berdua sehingga kami selalu menamainya "Restoran Favorit."

"Kita sudah sampai, sayang." kata Dean, dia menggenggam jemari tangan kananku dan mengecup punggung tanganku.

"Iya, sayang. Ayo kita masuk." kataku lembut dan kami berdua bergegas turun dari mobil dan masuk menuju ke restoran.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

Hai semuanya, ini novel ke dua saya setelah **Reinkarnasi Dark Witch.

Klik "Like" , "Favorit" supaya tidak ketinggalan karya saya apabila saya up dan "Vote" supaya author semakin semangat dalam membuat novel untuk para readers semua.

Cheers😘

Priskila Wi**

Pria Dingin Mengejar Gadis CuekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang