Siapa?

6 1 0
                                    


Berulang kali ku ulangi menghitung soal ini. Hasilnya tetap sama, nihil. Inilah mengapa aku sangat membenci matematika. Baru saja melihat angka rasanya otakku tak akan sampai. Menyebalkan,








Cukup sudah. Otakku tak sampai. Lebih baik menjernihkan pikiran dengan air dingin. Mungkin jawabannya akan muncul setelah otak ini beristirahat sebentar.

"Mau kemana?" Tanyaku pada Kakakku yang sudah berpakaian rapih.

Ia mengecek ponselnya sebentar,"Mau main lah. Besok libur ini,"

Aku tidak menjawab pertanyaanya. Tentu saja untuk kesekian kali kata libur menjadi alasan palsunya. Tidak libur pun ia memang selalu keluar rumah.

Ah, mungkin ini salahku. Mengapa menanyakan hal yang sudah pasti. Semua karena matematika yang menyebalkan,

"Pergi ya, Ma. Bye!"

"Iya, jangan pulang malem banget!" Jawab Ibuku yang sedari tadi sedang mencuci piring.

Aku memutar bola mataku malas,"Apanya yang nggak malem. Sekarang aja udah jam delapan malem."

Tidak berpanjang lebar, aku masuk kedalam kamar yang memang dekat dengan dapur.

Soal matematika tadi dilanjutkan besok saja. Mataku berat aku mengantuk sekali. Sepertinya, tidur lebih awal tidak ada salahnya.


















Pukul 23. 54







Perlahan, aku membuka mataku. Tenggorokanku kering. Aku butuh air dingin.

Aku menoleh kearah nakas. Tidak ada air. Ah, mungkin karena sangat mengantuk tadi aku lupa untuk mengambil air dulu seperti biasa. Terpaksa, harus keluar.

Dengan gontai, aku menuju kulkas. Sebelum itu, aku melihat kearah pintu depan yang belum tertutup. Baru saja aku ingin menutupnya Papaku tiba-tiba muncul dari arah samping rumah.

"Papa nganggetin aja. Pantesan pintunya nggak di tutup. Aku kirain Mama lupa." Ucapku kesal.

Ah, tubuhku sempat menegang tadi.

"Iya, Papa abis bahas jadwal ronda. Terus tadi ngeliat pot jatoh jadi Papa ngambil pot baru di samping sebentar."Aku mengangguk paham."Oh iya, kamu berantem ya sama kakakmu?"


Hah?

Aku menatap heran Papaku. Berantem? Memang sih kami sering melakukan itu tetapi hari ini semuanya sedang tentram dan damai. Tidak ada konflik apapun. Hariku hanya diisi dengan matematika.

"Nggak Pa, dia aja belom p—"

"Bohong ah, orang dari tadi Papa lihat dari sini Kakakmu berdiri di depan kamar kamu.
Pasti lagi berantem kan, jadi nggak di bukain."

Kakak?

berdiri di depan?

Itu anak kenapa jadi kurang kerjaan berdiri di depan pintu kamar orang.

"Dia ngapain diri di depan kamar adek. Kurang kerjaan banget," Jawabku heran.

Papaku menaikan bahunya tidak tahu. Ia berbalik,"Nggak tau Papa cuma liat dia diri sambil ngangkat tangannya kayak mau ngetok pintu dari sini."

Ah, coba aku ke kamarnya. Mungkin sekarang ia sedang marah karena sudah mengetuk pintu tetapi aku tidak mendengar.

"Yauda,adek kedal—"

Ting!



















kakak
blgin gue gbs plg, udh ke mlman.
gue nginep ya
00.02

kakak
(send a picture)
tuh buktinya, bye!:*****
00.04































Deg!





































"Pa, malem ini aku tidur kamar Papa."














TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friday Night TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang