Kisahku tidak melulu tentang air mata. Jauh sebelum satu per-satu anggota keluargaku membenciku, 'saat masa kanak-kanak'. Begitu indahnya masa-masa itu, saat semua masih peduli padaku.
Saat itu umurku baru 6 tahun. Awal awal aku menduduki bangku sekolah dasar. Hari itu satu per-satu murid dikelasku dipanggil ke meja ibu guru untuk dicek PR nya.
"Tania!" seru bu guru. Ya begitulah orang orang memangilku.
Akupun beranjak dari kursi pojok paling belakang, berjalan menuju meja ibu guru sambil bawa buku PR ku.
"Itu kamu ngumpetin apaan Tania kok ngejendol gitu?" bu guru menunjuk bagian atas rok ku. Biasanya anak anak lain pakai untuk sabuk, tapi aku malah menggulung nya seperti menggulung sarung, untuk menyimpan permen dan uang jajan yang begitu recehan dalam gulungan nya.
Akhirnya aku membuka gulungan bagian atas rok merah ku ini.
Saat perlahan kubuka, permen dan uang recehku jatuh berhamburan dilantai. Ibu guru tertawa geli melihat nya dan melihat ekspresiku yang flat.
" Itukan dibaju ada saku sayang.. kenapa harus disimpen disitu.." ucap ibu guru yang masih tertawa geli.
Teman-teman kelasku sama gelinya dengan Bu guru saat melihat kelakuanku, dan kelaspun bising dengan tawa anak-anak.
Aku sangat suka permen dan coklat, amat suka. Salah satu faktor aku suka coklat ya karena ciri khas Kota kelahiranku ini Chocodot.
"hihi.. iya Bu" aku meng-iya-kan sambil tertawa geli juga.
Sebenarnya selain suka coklat dan permen aku juga suka melakukan hal-hal aneh yang secara alami terjadi dan menjadi sebuah kebiasaaan.
Keesokan nya aku menjalani hari-hari ku seperti biasanya. Berangkat sekolah pagi-pagi diantar Mak Yaya, ya walaupun akhirnya telat juga karena sekolah ku ini jauh dari rumah Mak Yaya, tapi lumayan dekat kalau dari rumah Enin.
Ada yang berbeda dengan hari ini, aku sedikit kepagian dari biasanya. Hari ini keluarga besarku harus pergi untuk menghadiri sebuah acara. Tapi aku dan anak anak paman, bibi ku yang masih sekolah tidak dibolehkan ikut karena harus sekolah.
Karena aku bosan, aku melihat-lihat mading didepan kelasku dengan menengadah karena tinggi badanku tak sampai dengan Mading. Begitu indahnya riasan mading tersebut (walaupun aku gak bisa baca).
Tanpa sadar, aku kentut dan terjadi dengan alaminya tanganku aku simpan kebelakang pantatku seolah aku dapat menampung gas kentut ku dengan kepalan tanganku, lalu aku buka kepalan tanganku tepat didepan hidungku agar aku bisa mencium baunya.
Satu persatu tawa dan bisikan muncul dari teman-temanku yang sudah datang sama paginya denganku.
Awalnya aku tidak menyadari suara-suara tersebut karena sangat fokusnya aku memperhatikan tiap detail mading yang aku lihat.
Makin lama kelasku makin riuh dengan tawa mereka. Akupun sadar dan menoleh ke sumber sumber tawa tersebut. Kini aku jadi pusat perhatian teman-teman.
Aku sempat bingung apa yang mereka tertawakan. Lalu si Sam anak nakal dikelasku menunjuk ke arahku, mencemoohku sambil tertawa keras.
"Eyy gareuleuh hitut sorangan diambungan! Hahaha!" begitu katanya.
(ihh jijik, kentut sendiri dicium!Hahaha!)Ternyata ada beberapa temanku yang melihat kelakuanku tadi dan bilang-bilang ke teman ku yang lain.
Betapa malunya aku, kelakuan aneh tadi memang alami terjadi begitu saja tanpa aku sadari. Tapi yang paling menyebalkan memang si Sam, dia tak ada hentinya mengolok-olok kelakuan ku tadi seolah dia anak paling suci yang gak pernah kentut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pejam
RandomSekuat apapun kamu menggenggam, yang harus pergi akan pergi. Sekeras apapun kamu menolak, yang harus datang akan datang. Kenalkan, aku Ikatania. Sepertinya aku lahir ketika semesta sedang merencanakan sebuah bencana. Karena jika mengetahui kisah...