03. Mengembalikan

4 0 0
                                    

Haii!! Im back with a new part!!💜💜

Okee, happy reading 💜
.

.

.

.


"Ternyata kita satu sekolah", sambung Laki-laki tersebut kemudian tersenyum ke arah Zea sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Otak lo yang sempit!!", Zea pun kemudian mendorong tubuh laki-laki itu agar menjauh darinya, kemudian pergi dengan emosi yang tidak beraturan.

"Ehh tunggu, gue belom selesai ngomong", ujar Laki-laki tersebut mencoba menahan Zea. Namun Zea tetap pergi dan tidak memperdulikan ucapan Laki-laki tersebut.

***

Ada sedikit rasa lega di benak Zea, ketika Laki-laki tadi sudah pergi menghilang. Zea pun berjalan santai menuju kantin. Jantungnya masih berdegup tidak beraturan setelah kejadian tadi.

Zea mencoba mengingat-ingat siapa Laki-laki yang menabraknya tadi. Wajah nya seperti tidak asing di mata Zea. Apa Zea pernah bertemu dengan Laki-laki itu sebelumnya?

"Zea!!!", Zea tersadar dari lamunannya dan mencari tempat dari sumber suara tadi. Meja pojok belakang asalnya. Teman-temannya sudah menunggu dirinya.

Zea kemudian berjalan ke arah meja pojok belakang. Meja favorit bagi Zea dan teman-temannya. Meja yang tidak bisa di tempati oleh murid lain. Karena Taca dan Dinta selalu membooking setiap harinya. Zea pun tidak tau kenapa meja itu menjadi meja favorit bagi dirinya dan teman-temannya. Padahal Zea tidak terlalu menyukai tempat pojok seperti itu. Tapi entahlah, Zea sudah terbiasa dengan meja itu, sudah nyaman lebih tepatnya.

Zea kemudian mengambil duduk di samping Dinta. Zea masih diam sembari memainkan gelas es teh manis milik Taca yang berada di depannya.

Ketiga temannya pun saling tatap, heran dengan sikap Zea yang mendadak berubah seperti ini. Zea memang biasanya diam, tidak banyak bicara. Tapi, teman-temannya tau, ketika ada sesuatu yang dipikirkan, Zea pasti memainkan sesuatu. Apapun itu.

Dinta kemudian memberi kode dengan menunjuk menggunakan dagu ke arah Zea. Epi lalu membalas dengan mengerutkan alis yang berarti 'apaa?'. Lalu detik berikutnya Epi mengangguk memahami kode yang diberikan oleh Dinta.

Taca yang menyadari ada yang janggal dari teman-temannya itu kemudian bertanya, "Epi, sama Dinta ngapain sih kode-kodean gitu? Aku ikutan dong". Epi dan Dinta kemudian melotot ke arah Taca. "Eh aku salah ngomong ya? Maaf, yaudah lanjutin deh kode-kodean nya. Aku ga jadi ikutan". Ujar Taca dan kemudian memakan kembali gorengannya.

Zea yang merasa ada yang berbeda kemudian melirik satu persatu temannya. Zea kemudian menaikkan alisnya. Epi yang mengerti kode yang di berikan Zea kemudian dengan cepat menggeleng.

"Gue ke kelas duluan ya", ketiga temannya menatapnya.

"Eh lo ga makan?", Ujar Epi bertanya. Zea lalu menggeleng dengan cepat, "Ga mood makan", ujarnya, kemudian beranjak pergi dari tempatnya.

Dinta dan Epi kemudian menatap ke arah Taca, ada rasa kesal yang terlihat di kedua matanya. Taca yang sedang asyik menyantap gorengannya kemudian menyadari tatapan yang diberikan oleh Dinta, dan Epi.

Taca menatap kedua temannya dan menunda kegiatan menyantap gorengannya. "Kalian ngapain ngeliatin aku kaya gitu?", Tanya Taca polos.

Epi memutar bola matanya, kesal dengan temannya yang satu ini, kenapa sama sekali tidak mengerti keadaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STRANGER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang