Winter❄

12 4 0
                                    


"Still miss very much. But aware of the circumstances. Missing you after getting hurt only makes me want to stay away from you, hate you but the truth won't work. This feeling is too big for you"


***

Minggu ini di kota London sudah memasuki bulan desember, itu berarti musim gugur akan berganti dengan musim dingin. Gadis berambut pendek itu tengah mengeratkan jaket tebalnya. Jika sudah memasuki musim dingin pasti ia akan mengunjungi cafe milik paman Nick, kakak kandung dari ayahnya. Lelaki paruh baya itu sudah lama mendirikan cafe yang berada di tengah kota. Wanita itu berjalan sembari membayangkan secangkir kopi hangat buatan pamannya itu. Pastilah sangat nikmat menikmati secangkir kopi dengan camilan donat yang diproduksi sendiri oleh paman'nya.

Mengenakan jaket panjang tebal berwarna hitam dengan sepatu boots senada, lalu menggunakan kupluk rajut warna putih dengan penghangat telinga yang diberikan Jane minggu lalu. Kebiasaan wanita lokal itu selalu membagikan penghangat telinga kepada teman-temanya jika sudah mulai memasuki musim dingin.

Rissa membuka perlahan pintu kaca cafe, berjalan perlahan menuju tempat kasir dimana pamannya berada. Mengambil sepotong donat yang baru saja disajikan dekat meja kasir sembari memberi salam pada paman Nick yang disambut hangat oleh lelaki paruh baya itu. Paman Nick mempunyai dua orang anak yang berarti sepupu dari Clarissa. Anak pertama sudah menikah dan tinggal di jerman, yang satunya lagi seumuran dengan Clarissa tapi kuliah di Universitas yang berbeda.

Clarissa kuliah di Universitas Royal Collage of Art (RCA) di daerah Battersea London. Sedangkan sepupunya Louis kuliah di University of west London. Jarang sekali kedua sepupu itu bertemu karena alasan sibuk dengan urusan masing-masing.

"Bagaimana dengan kuliahmu Rissa?
Apa ada kendala?" tanya paman Nick setelah menaruh secangkir kopi di hadapan keponakan'nya itu.

"Tidak ada paman, semuanya berjalan dengan baik" ucap Rissa sambil menyesap kopi yang masih menyembulkan uap panas itu. Jujur, ia sangat merindukan kopi buatan paman Nick. Hampir sebulan yang lalu terakhir kali ia berkunjung ke cafe.

"Padahal paman ingin sekali kau tinggal bersama kami disini, paman terkadang kesepian karena kakak sepupumu jarang sekali berkunjung. Belum lagi Louis yang selalu pulang hingga larut malam. Paman dan Bibimu masih sangat menginginkanmu untuk tinggal disini". Paman Nick menatap Rissa sendu, berharap gadis itu berubah fikiran untuk pindah dari Apartemennya dan tinggal bersama mereka.

"Tidak paman, aku mau mandiri. Aku akan sering berkunjung kedepannya agar paman dan bibi Shery tidak merasa kesepian". Rissa sebenarnya mau tinggal bersama pamannya. Tapi ia tak mau merepotkan, ia sudah katakan pada ayahnya sebelum berangkat bahwa ia akan menyewa Apartemen sendiri. Rissa sendiri mendapatkan beasiswa penuh di kampusnya. Pun ia bukan anak dari orang susah, ayahnya sendiri adalah seorang pengusaha tekstil di Denpasar.

Rissa kembali menyesap kopi hangat itu, cocok sekali diminum dalam cuaca dingin seperti ini. "Aghhhh. Kopi paman selalu lezat setiap kali aku meneguknya. Ini salah satu yang membuatku selalu merindukan tempat ini. Adanya paman dan kopi buatan paman sendiri". Rissa menatap pamanya sambil menunjukan gelas yang hampir habis ditangannya.

"Ahh kau ini masih seperti biasanya, terlalu berlebihan jika sudah memuji". Paman Nick mengusak singkat kepala keponakannya itu. Senyum Rissa mirip sekali dengan ayahnya. Lesung pipi yang dalam menurun dari gen keluarga dari pihak ayah.

"Bibi Shery kemana paman? Kenapa tidak tampak sejak tadi?" Rissa bertanya sambil melihat sekeliling, hanya tampak beberapa pengunjung dan pelayan kafe yang terlihat. Dia tidak menemukan wanita paruh baya asal Korea Selatan itu.

"Bibimu sedang menjemput keponakannya dari Korea yang akan tinggal disini. Sebentar lagi mungkin sampai" ucap paman Nick memperhatikan jam yang melingkar di pergelangan tanganya. Rissa mengernyit berusaha mengingat siapa keponakan bibinya itu. Ahh setelah beberapa menit akhirnya dia ingat. Laki-laki yang pernah menjadi teman masa kecilnya, Rissa teringat paman dan bibinya pernah berkunjung ke Indonesia bersama tiga orang anak. Satunya sudah sekolah menengah pertama yaitu kakak sepupu Rissa yang sudah menikah, dan dua orang lagi Louis dan anal asal korea yang menjadi keponakan bibinya.

Masih jelas sekali dalam ingatan Rissa  anak Korea itu seperti kebingungan karena gaya bahasa mereka yang jauh berbeda. Anak lelaki itu hanya berbicara pada bibinya saja. Lucu sekali sewaktu anak kecil itu maraung-raung menangis, minta pulang kembali ke korea setelah beberapa hari berada di Indonesia.

Pintu cafe perlahan terbuka menampakan sosok bibi Shery yang diikuti oleh seorang lelaki jangkung dengan jaket tebalnya. Memakai topi dan masker hitam sampai orang lain tak mengenalinya. Bibi shery memeluk Rissa saat tau gadis itu datang berkunjung. Rissa sendiri juga sangat merindukan bibinya itu. Sembari mengecup kedua pipi wanita aruh baya itu dan menanyakan kabarnya.

"Bibiiii, aku rindu sekali"

"Ahh Clarissa, seringlah berkunjung sayang, bibi kesepian sekali disini" sekali lagi kedua wanita itu berpelukan untuk melepas rindu.

"Ahh, ini. Kau masih ingat kan dengan keponakan bibi yang orang Korea juga sama sepertiku"

"Kim Jungkook"







Kim jungkook




***
Hallo semuanya, dibagian part awal ini masih singkat yaa. Cerita ini akan ada bau korea-koreanya gitu.
Author harap semua pembaca suka alur ceritanya.
Jangan lupa vote dan coment ya biar authornya semangat nulis ceritanya ...
Heheheh




Metting You Was DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang