Tiga

7 1 0
                                    

"Eeh eh, Angga mau kemana kamu?" Tanya bundanya.

"Mau jalan bun, nongki sama mereka Agra" jelasnya.

"Yaudah, pulangnya jangan malam" Ujar Bundanya santai.

"Siapp, bun" sambung Arlangga, lalu keluar pergi.

***

"LIA... mana lo?" teriak Bram di seisi kamar adiknya.

"Oyy, napa bang?" jawab seseorang dibawah meja belajar dan membuat Bram terkejut.

"Maksud lo kemarin apa? Lo punya utang apa sama tu cewek?"  tanyanya dengan lembut agar Lia mau menjawab pertanyaannya.

"Tumben kakak kepo? Ada apa nih hahaha.." kata Lia sambil menggoda Bram.

"Eyes lu, buruan jawab ntar gue kasih hadiah. Janji" ujar Bram menggoda Lia dengan hadiah.

"Oke" jawabnya spontan. Lia pun menceritakan semuanya pada Bram hingga keseluruhan. "Gimana Kak udah kan? hadiahnya ditunggu ya." ujarnya sambil mencari ponselnya.

"Jadi dia yang ngegantiin lu waktu mau dipukul Ayesa?" tanyanya memastikan.

"Iyalah Kakak nya baik banget kan?, Lia dengar dia itu ketos sekolah kak namanya kalau nggak salah Cusa deh" jawab Lia sambil menatap ponselnya.

"Cusia neng Cusia" balas Bram datar lalu keluar dari kamar.

"tumben kak Bram. Tapi kalau gue comblangin mantap deh" ujar Lia berbicara sendiri.

***

"Woi Bro udah lama nggak ketemu" ujar Erik menjulurkan tangannya.

"Yoi, setelah gue pulang dari luar negeri gue sibuk hahaha" Jawab Arlangga sambil membalas uluran tangan Erik.

"Akhirnya kita berenam bisa ngumpul lagi" nyata Noval.

"Berhubung udah lengkap kita rayain bosku" celetuk Aldo sambil menghempas meja hingga menjadi sorotan. untung cakep luarnya Coba kalau dalamnya nggak usah ditanya lagi wkwk.

Mereka hanya tertawa melihat tingkah Aldo yang tak pernah berubah dari dulu. keenam sahabat itu pun melanjutkan perbincangan mereka sampai tertawa terbahak-bahak.

***

"Elang buruan belinya" ujar Cusia datar.

"Iya Bidadari sabar napa" jawab Elang sambil merayu.

Jika karena tidak membeli untuk Tamara, Cusia mana mau untuk jalan keluar bersama Elang. Bukan karena apa Cusia hanya malas mendengar ocehan Elang yang bisa dikatakan Elang itu banyak omong kosongnya. hampir 20 menit Cusia menunggu di atas motor. kakinya pun terasa nyeri karena duduk di tempat penumpang yang tinggi itu. itulah alasan mengapa Cusia tidak menyukai motor seperti itu terlihat keren namun menyakitkan hiyaa.

Akhirnya ia turun dan berjalan ke arah Cafe. dilihatnya dari luar Cafe tersebut sangat ramai hingga dia tak bisa melihat Elang di dalamnya. namun ia malah salfok pada seseorang yang menatapnya dan tersenyum tipis padanya. Ia hanya merasa Tak asing pada orang tersebut.

Lalu ia pergi meninggalkan Teras Cafe Dan duduk di kursi taman sambil menunggu. Tak lama ia duduk, Cusia merasa sangat dingin. ia menyesal karena hanya menggunakan kaos saja.

"Dingin banget harinya" ujarnya berbicara sendiri sambil menggosok gosok tangannya.

Tiba-tiba datang seseorang yang memberikan jaketnya pada Cusia dan langsung pergi. melihat perilaku itu Cusia terkejut dan langsung menahan tangan seseorang tersebut.

"Lo siapa? Kenapa setiap gue lihat lu Gue merasa ada yang aneh?" tanyanya inti. seseorang tersebut pun berbalik dan menghadapi Cusia.

"Jika gue kasih tahu, apa lu akan ingat Cus?" jawabnya datar sambil menatap Cusia. Cusia hanya terdiam dan perlahan melepaskan genggaman tangannya.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang