Hate!!!

22.2K 203 1
                                    

Vallen melajukan porsche nya dengan kecepatan tinggi. Sungguh ia sangat tidak percaya bisa bisanya Nessa mengetahui affair-nya dengan perempuan perempuan yang ia temui di club. Yang pasti, Vallen akan mencari tau siapa orang yang memberitahu Nessa tentang kelakuannya itu.

Setelah melewati sepi nya kota akhirnya Vallen sampai di rumah sederhana Nessa. Ya, Nessa bukanlah orang kaya lebih tepatnya 'mantan' orang kaya, ia adalah keturunan keluarga Alexander. Tetapi karna keluarga mereka bangkrut. Akhirnya mereka menjadi seperti ini.

Tok... Tok... Tok... Tok... Tok...

"Nessa, ayo buka pintunya. Dengarkan penjelasanku dulu" kata Vallen gelisah.

Pintu rumah terbuka. Sayangnya ibu Nessa lah yang keluar.

"Vallen, Vallen... dengarkan tante. Jika kamu punya masalah dengan Nessa. Selesaikanlah dengan baik baik besok. Nessa sedang menangis di kamarnya, biarkan emosinya turun dulu yaa. Lebih baik kamu pulang sekarang" Tutur ibu Nessa.

"Baiklah tante. Terima kasih. Maaf menggangu malam malam begini. Permisi"

Ibu Nessa hanya tersenyum saja lalu menutup pintu.

Saat Vallen memasuki mobil, ia langsung buru buru mengirim pesan kepada Nessa.

To : My Lovely Nessa

My Lovely Vanessa Carina Alexander, aku ingin meminta maaf kepadamu. Biarku jelaskan besok yaa. Aku tunggu kau di Cafè Coffee Table. ♡♡♡

Vallen membuang nafasnya kasar, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***
VANESSA POV

Beep... beep...

Ada sms masuk, aku yakin itu pasti dari Vallen.

From : Vallen

My Lovely Vanessa Carina Alexander, aku ingin meminta maaf kepadamu. Biarku jelaskan besok yaa. Aku tunggu kau di Cafè Coffee Table. Aku naikan gajimu nanti♡♡♡

Tuh kan!! For god sake, sekarang aku memang miskin, Lenn. Tapi aku tidak seperti orang bodoh yang tergiur dengan uang. Aku memang hanya tinggal di rumah berlantai 2 yang kecil. Tetapi, asal kau tau aku ini masih punya Cafè kecil yang berkembang pesat serta mampu membuatku pergi ke mall, serta club club malam walau tidak se-sering dulu. Ya, aku memang sering pergi ke club malam akhir akhir ini. Club, tempat dimana aku melihat kebejatan orang yang aku cintai.

Aku pusing, aku capek, aku benci, aku benci dengan kehidupanku yang sekarang. Tidak ada lagi pelayan, tidak ada lagi mobil mewah, tidak ada lagi barang barang branded, semuanya hilang dan hancur. Ya, semua karena teman Papa, dia mampu membuat Papa percaya dengan semua tipuannya, tipuan yang mampu membuat keluargaku seperti ini dan sekarang ini aku hanya bekerja di perusahaan Vallen sambil mengurusi Cafè kecilku itu. Liat saja besok, aku akan keluar dari perusahaannya dan mencari pekerjaan baru lagi. Oiya, Cafè ku ini menjual Tea & Cake, di Cafè ku ini cukup banyak pengunjung. Saat hari biasa buka dari jam 07.00 - 21.00 sedangkan hari weekend kami buka 24 jam. Omset ku cukup menurun drastis akhir ini dikarenakan Vallen selingkuh dan mampu membuatku pusing tujuh keliling. Kau tau kan bagaimana rasanya di selingkuhin lelaki yang mampu membuat pipimu merah seperti kepiting rebus? Sakit.

Ya, sebetulnya aku tau sudah dari 2 minggu yang lalu kalau Vallen selingkuh. Tetapi, saat baru saja aku ingin menatap matanya sambil meminta penjelasan, tiba tiba aku seperti ter sihir dan lupa akan maksudku yang sebenarnya. Akhirnya karena aku sudah tidak sanggup lagi. Aku hanya mampu berbicara singkay dengannya lewat telefon sambil di iringi tangis kesakit hatianku

"Vallen, kita putus sekarang. Hiks.. hikss"

"Tapi kenapa? Jelasakan kepadaku dulu Ness."

"Aku tau kamu selingkuh"

Ahh, aku jadi mengingat percakapan di telfon itu lagi. Aku memang tidak sopan memutuskan telfon dengan cara sepihak. Tapi biarlah. Toh, salah dia juga berani main belakang sama aku. Sebetulnya kalau aku boleh jujur. Aku sangat mencintainya, kami berpacaran saat umurku 19 tahun dan sekarang umurku sudah 24 tahun. 5 tahun, Bayangkan!!! Dengan mudahnya dia selingkuh seperti ini. Jangan salahkan kalau aku yang bisa di bilang bad girl saat di kampus sampai sekarang, bisa - bisanya menangis sesenggukan seperti sekarang hanya karna makhluk yang bernama 'lelaki' itu.

Sungguh ku fikir semua lelaki sama saja, semua yang dikatakan mereka hanya bualan semata dan semua yang mereka katakan sama sekali bukan dari hati.

The AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang