Aku berdiri dan keluar secepat mungkin dari gudang yang ada di sekolah. Berlari setelah berhasil lepas dari cengkeraman para manusia tidak berguna yang bisa-bisanya mencari kebahagiaan dengan cara membuat orang lain menderita.
Tiga orang itu meringis setelah aku berhasil menggigit tangannya dan berteriak sumpah serapan dan memutuskan untuk berlari mengejarku.
Aku menengok kebelakang dan mendapati mereka masih mengejarku. Aku berusaha untuk berbelok di gang-gang sempit hanya untuk memutuskan jejakku agar mereka bisa kehilangan jejak.
Inginnya begitu. Tapi lari mereka lebih cepat dari dugaanku. Aku juga sudah mulai kehabisan tenaga, aku tidak yakin bisa berlari lagi. Tapi tetap saja aku tidak ingin tertangkap oleh mereka. Mau tidak mau, aku harus berlari. aku hanya harus terus berlari dan berlari agar bisa lepas dari kejaran mereka.
Aku menengok kebelakang, sepertinya mereka bertiga sudah kehilangan jejakku.
Aku berhenti berlari dan mendudukan diri ke salah satu bangku yang ada di depan toko yang sudah tutup. Tentu saja sudah tutup, ini sudah tengah malam dan aku sedang bermain kejar-kejaran.
Berusaha menenangkan diri dan mengatur nafas setelah berlari tadi, aku pun langsung kembali berjalan pulang ke rumah setelah nafasku mulai teratur.
Aku menghela. Sepertinya aku harus mempersiapkan mental dan fisik untuk besok.
.
.
.
.
"Ya!"Aku merasakan tekanan yang sangat kuat mendarat di pinggangku. Badanku limbung dan terjatuh cukup keras ke lantai. Aku meringis kesakitan. Seseorang menendang ku dengan kaki lumayan keras, aku mendongakkan kepalaku untuk melihat siapa yang menendang diriku.
Oh, Kim Donghyun.
Sudah kuduga.
Pasti dia marah karena semalam aku berhasil kabur dari cengkeraman nya. Tapi itu bukan salahku, dia saja yang bodoh karena tidak melilit tubuhku dengan tali. Kalau dengan tali, aku tidak akan mungkin bisa lepas semudah itu hanya karena aku menggigit tangannya.
"Berani-beraninya kau kabur kemarin, heh! Sunbae!" Aku kembali meringis ketika geplakan mendarat mulus ke kepalaku. Rasa maluku berkali-kali lipat karena dia terus-terusan memanggilku senior.
Faktanya memang aku senior dari Kim Donghyun. Aku berada di tingkat ketiga sementara dia berada di tingkat kedua. Entah bagaimana ceritanya, dia mengenalku dan menjadikanku sasarannya setiap hari.
Bukan hanya Donghyun yang melakukan ini semua padaku, kurasa. Semua orang yang ada di sekolah ini memperlakukan ku seperti budak, bahkan guru pun mengabaikanku. Entah alasannya apa, mungkin karena tampangku cocok untuk dijadikan mainan mereka.
Aku meminta untuk pindah sekolah kepada orang tuaku, tapi mereka juga bersikap tidak peduli. Pekerjaan mereka lebih penting daripada anak mereka. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa meminta tolong kepada orang lain. Aku hanya harus menahan ini semua sampai aku lulus, setelah aku lulus aku pasti bisa lepas dari semua ini.
Donghyun menarik rambutku kasar. Aku mengaduh merasakan kulit kepalaku seperti dipaksa lepas. Sejujurnya aku ingin menangis.
"Harusnya kau tidak kabur kemarin, huh! Kau tahu kan kalau aku tidak suka kalau pekerjaanku diganggu?" Donghyun melempar kepalaku ke lantai sampai terbentur. Sejujurnya aku tidak pernah peduli terhadap apa yang sedang ia kerjakan, lagipula kerjanya hanya merisakku.
Aku mendapati tubuhku merasakan tendangan bertubi-tubi. Aku berusaha melindungi kepalaku menggunakan kedua lenganku. Setelah puas menghajarku, dia meninggalkan aku sendirian di koridor sekolah penghubung gedung satu dengan yang lain.
Aku berusaha bangkit dari tubuh yang sudah benar-benar sakit luar biasa. Aku harus mengikuti pelajaran hari ini, aku tidak ingin tertinggal pelajaran karena bagaimanapun aku anak kelas 3.
"Mau kubantu?" Suara bariton itu menggema di telingaku. Aku berusaha bangkit dan melirik kearah pemilik suara.
'Ah, dasi merah, anak kelas satu, ya.' Batinku. Ternyata dia anak kelas satu. Aku melirik name tag yang menempel di seragamnya.
Park Woojin.
Aku menatap matanya sejenak. Matanya tajam, rahangnya tegas. Badannya besar dan tinggi, lebih dari badanku. Aku menggeleng pelan dan membungkukkan badan ku untuk sekedar formalitas agar aku bisa secepatnya pergi darinya. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan nanti kalau aku membiarkan orang itu masuk ke dalam lingkaran ku.
.
.
.
.
Tbc
Kali ini aku bawa Chamwoong 😣😣
Aku sebenarnya udah nulis ini lama banget cuma aku gak publis ini karena gak terlalu pede dengan genre yang aku buat ini ..
Kayaknya masih belum keliatan ya, karena masih chapter 1, nanti chapter 2 bakal aku kasih tau genre apa ini.. hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Lies {Chamwoong} 2Woo
RomanceAku, Jeon Woong, entah bagaimana malah memiliki keterikatan dengan si pembunuh ini. Park Woojin yang harusnya aku takuti, malah aku cintai. bxb yaoi