Aku berjalan beriringan bersama Woojin menuju sekolah. Ini sudah rutinitas kami sekarang. Saat pertama kali aku bertemu Woojin tadi pagi, dia tersenyum lebar menghampiriku dan langsung menciumku. Di bibir. Walaupun cuma sekilas tetap saja aku terkejut.
Dan disinilah aku, memasang ekspresi cemberut karena tindakan tiba-tiba dari Woojin. Woojin merasa tidak peduli dan terus saja tersenyum.
"Woongie Hyung tidak suka aku cium, ya?" Tanyanya tanpa dosa.
"Mana ada laki-laki yang senang dicium oleh laki-laki, hah?" Aku menghentakkan kakiku ke tanah kesal. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu dengan frontal.
"Tapi aku senang, kok." Woojin memasang ekspresi sedih. Aku memutar kedua bola mataku. Terserahlah.
"Padahal siapa yang waktu itu menangis di pelukanku sambil mengatakan 'jangan pernah tinggalkan aku' seperti itu? Mana ada laki-laki yang bersikap seperti itu pada laki-laki lain? Aku kan jadi salah paham." Lanjutnya. Aku berhenti melangkah dan menatap mata Woojin yang sendu.
Sepertinya Woojin memang sudah salah paham. Aku merasa aku yang salah disini.
Tapi bukankah bagus? Aku bisa memanfaatkan perasaan yang Woojin punya itu agar bisa terus berada di sisiku? Lagipula menjalin hubungan dengan Woojin tidak terlalu buruk. Kalau hanya sekedar ciuman, mungkin aku bisa mengatasinya.
"Oke, baiklah. Iya. Aku mengerti perasaanmu. Aku juga tidak ingin kau pergi dari sisiku jadi, mungkin aku bisa menerima mu." Ucapanku membawaku ke dalam pelukan hangatnya. Memang ini yang terbaik, aku selalu menyukai cara dia memelukku.
"Aku mencintaimu." Ucapan Woojin mengalun di telingaku.
"Aku mengerti. Jadi lepaskan aku. Ini tempat umum." Woojin melepaskan pelukannya dan kami kembali berjalan menuju sekolah. Wajahnya semakin berseri. Sepertinya dia sangat bahagia, aku merasa bersyukur karena dia memiliki perasaan yang seperti ini, karena ini akan memudahkanku untuk membuat Woojin jadi terus patuh padaku.
"Oh iya, kemarin kau ingin membicarakan apa?" Tanyaku. Aku baru ingat kalau Woojin semalam akan mengatakan sesuatu.
"Jangan bilang kau ingin mengatakan perasaan mu padaku?"
Woojin menggeleng. "Tidak. Bukan yang itu. Lebih penting dari itu." Katanya.
Aku menyipitkan mataku mendelik pada Woojin.
Woojin membawa ponselnya dihadapanku agar aku bisa melihat apa yang tengah Woojin perlihatkan. Aku melihat update-an foto dengan nama akun DongDongIee yang aku tebak itu sepertinya akun Instagram Kim Donghyun.
Yang membuat aku bingung adalah sebuah foto dan caption yang tertulis di bawahnya.
Aku menatap mata Woojin dengan tatapan bingung. Apa maksudnya ini?
Aku sedikit tidak terima. Aku yang setiap hari dirisak kenapa dia yang lelah? Apa maksudnya dia memegang pil sebanyak itu? Apa dia bermaksud untuk bunuh diri?
"Apa dia ingin bunuh diri?" Tanyaku. Woojin menggeleng.
"Orang seperti dia tidak mungkin ingin bunuh diri." Woojin memasukan kembali ponselnya ke saku. Sambil berjalan dengan tenang di pagi ini, kedua tangannya ia masukan ke dalam kantungnya, sambil mengatakan kata-kata yang mempu membuat aku menelan ludah dengan susah payah.
"Aku yang membunuhnya." Katanya. Dia, Woojin mengatakan itu dengan enteng. Aku terus berjalan dengan mata mengabur, bagaimanapun Woojin tetaplah orang yang mengerikan.
"Apa kau takut padaku?" Tanyanya. Aku menggeleng.
"Tidak ada yang perlu aku takutkan. Aku tahu kau tidak akan menyakitiku. Aku mempercayaimu." Jawabku dengan mantap. Aku harus percaya pada Woojin, bahwa Woojin melakukan ini semua demi aku. Dan aku juga percaya bahwa Woojin tidak akan pernah melukaiku.
"Bagaimana caranya?" Tanyaku.
"Hhmmm.." Woojin terlihat berfikir.
"Awalnya aku masuk ke kehidupan keluarga Donghyun Hyung. Aku membuat drama kecil seolah-olah Donghyun adalah anak yang tidak pernah menurut dan pembangkang. Donghyun Hyung tipe anak yang penurut dan takut pada kedua orangtuanya. Dari sana aku memanfaatkan keadaan itu, aku yang selalu bilang padanya berkali-kali bahwa aku selalu ada di sisinya, aku akan selalu membelanya. Di tengah keterpurukan di dalam keluarganya yang aku buat, aku selalu muncul untuk menenangkannya. Setelah itu, saat keadaan keluarganya lebih parah, aku melancarkan aksiku." Jelas Woojin panjang lebar.
Sepertinya aku tahu cerita selanjutnya seperti apa. Jadi itu alasannya mengapa Woojin dan Donghyun sangat dekat. Karena Donghyun sangat membutuhkan Woojin disaat-saat terpuruknya. Apa Woojin melakukan itu juga terhadap ku?
Kalau iya, bagaimana?
"Yang menarik ada di sini." Woojin melanjutkan. "Aku menggerus obat pil nya didepan matanya, lalu mencampurkan semuanya di depan matanya, lalu menyuruhnya minum di depan matanya. Sebelumnya dia baru bertengkar hebat dengan ayahnya, mungkin pikiran sesaat ingin mati itu muncul jadi aku lebih mudah untuk membuat dia meminum semua obat itu. Aku memperhatikannya dari dia minum, sampai ia kejang-kejang karena overdosis. Aku memastikan dirinya benar-benar sudah tidak bergerak lagi lalu membereskan yang harus aku bereskan, lalu aku pergi pulang."
"Lalu postingan di Instagram nya itu?" Tanyaku lagi.
"Aku yang meng-upload nya sesaat dia minum semua obatnya. Aku mengatakan kata-kata manis atau pemberi semangat dan harapan agar ia mau meminum obatnya sendiri. Agar jika polisi mengidentifikasi jenazah nya tidak ada tanda-tanda perlawanan atau kekerasan, dan itu murni bunuh diri." Jelas Woojin sambil menyeringai.
Aku menatap wajah Woojin yang asik bercerita sambil tertawa. Aku sedang berhadapan dengan iblis sekarang.
"Sebenarnya aku tidak benar-benar membunuhnya, kan? Aku hanya menyuruhnya meminum semua obat itu. Aku tidak meracuninya."
Aku kembali menunduk.
Itu artinya, satu orang hilang.
"Apa kau senang, Hyung?" Tanya Woojin. Aku mengangguk cepat.
"Terimakasih." Aku tersenyum lebar. "Tapi untuk selanjutnya, jangan mengambil langkah lebih dulu. Sekarang, yang memutuskan siapa yang ingin kau bunuh, adalah aku."
Perintah absolute ku sudah aku keluarkan. Aku punya senjata sekarang. Aku bisa menyingkirkan orang-orang yang aku benci tanpa mengotori tanganku sendiri.
Aku bersyukur Park Woojin hadir dalam kehidupanku.
.
.
.
.
Tbc
Eheheheh.. editan potonya sampah 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Lies {Chamwoong} 2Woo
RomanceAku, Jeon Woong, entah bagaimana malah memiliki keterikatan dengan si pembunuh ini. Park Woojin yang harusnya aku takuti, malah aku cintai. bxb yaoi