Harith tengah melakukan tugas piketnya. Ia melakukan bersama salah satu teman kelasnya, Chang'e.
"Apa kau sudah selesai, Harith? Aku ingin segera pulang." Ucap Chang'e setelah membersihkan papan tulis.
"Aku belum selesai, tapi sebentar lagi." Jawab Harith yang masih sibuk dengan sampah di laci.
"Aku duluan ya? Supirku sudah menunggu di gerbang. Aku tidak enak kalau harus membuatnya menunggu lebih lama." Ujar Chang'e.
"Ah, tunggu sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Harith sedikit panik. Ia bergegas mendekat ke arah Chang'e dan berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" Tanya gadis itu.
"Itu... apa besok kau ada acara? Besok aku ulang tahun. Aku ingin mengajakmu menonton film." Ujar Harith seraya menggaruk tengkuknya gugup.
"Apa?" Chang'e menatap Harith bingung.
"Apa kau mau menonton film denganku besok?" Ulang Harith.
"Hah... iya aku dengar. Maksudku, aku hanya bingung. Bukankah kau ini berpacaran dengan Nana? Kenapa kau malah mengajakku pergi di hari spesialmu?" Tanya Chang'e.
"Darimana kau bisa menyimpulkan begitu? Aku dan Nana hanya berteman." Sanggah Harith. Entah untuk yang keberapa kali, ia harus menyanggah perkataan seperti ini.
"Tapi Nana terlihat menyukaimu." Balas Chang'e.
"Kita bisa bicarakan besok. Kau boleh bertanya apapun yang kau mau. Bagaimana?" Tawar Harith. Chang'e tampak berpikir kemudian mengangguk. Gadis itu juga penasaran dengan apa yang terjadi di antara Harith dan Nana.
Tapi, Chang'e sama sekali tidak memiliki perasaan terhadap laki-laki di hadapannya. Karena saat ini, ia justru telah memiliki pacar dari sekolah lain. Untuk sekarang, ia bertekad menyembunyikannya dari Harith sampai ia mengetahui hal yang membuatnya penasaran selama ini.
"Serius? Kau mau?" Tanya Harith antusias.
"Iya... ya sudah, aku pulang ya." Ujar Chang'e kemudian meninggalkan Harith yang hatinya tengah berbunga-bunga.
°°°
Keesokan harinya, Nana berangkat ke sekolah dengan pakaian yang sangat rapi. Ia memoles make up tipis dan memakai parfum terbaiknya. Setelah dirasa cukup, ia membawa hadiah untuk Harith yang telah ia siapkan dari jauh-jauh hari.
Sesampainya di kelas, ia duduk di bangkunya dan mendapat tatapan kagum dari Angela.
"Kau berdandan?" Tanya gadis itu. Matanya tampak berbinar.
"Sedikit. Apa terlalu mencolok?" Tanya Nana malu.
"Tidak. Kau tampak sangat cantik dan parfum mu juga harum sekali." Puji Angela.
"Ah, terima kasih." Ucap Nana tersipu.
"Tapi, tumben sekali. Ada apa?" Tanya Angela penasaran.
"Hari ini kan Harith ulang tahun. Aku ingin memberikan hadiah ini. Setidaknya aku harus berpenampilan baik, bukan?" Ucap Nana. Lylia yang sedang fokus pada buku PRnya lantas menatap Nana dengan terkejut.
"Apa-apaan kau? Gara-gara Harith kau sampai seperti ini? Aku akui kau sangat cantik hari ini, Nana. Tapi kalau Harith alasannya, itu sangat mengecewakan. Kau tidak harusnya seperti ini." Ucap Lylia.
"Uh... aku kira kau sudah tidak marah padaku." Ujar Nana sedih.
"Aku tidak marah. Tapi kau yang bertindak bodoh seperti ini membuatku sangat ingin marah." Ujar Lylia. Ia bangkit dari duduknya dan berpindah ke tempat duduk di pojok kelas untuk menjauhi Nana dan Angela.
"Tuh kan, aku salah lagi." Gumam Nana.
"Tidak apa-apa, Nana. Sekarang kau duduklah dengan tenang. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai. Lylia akan memaafkanmu nanti." Ujar Angela menenangkan.
"Baiklah...." Ucap Nana lesu.
°°°
Saat bel pulang berbunyi, Nana bergegas pergi ke kelas Harith dan berniat memberikan hadiahnya. Sebenarnya Nana berniat akan memberikan hadiahnya saat jam istirahat. Namun, Harith tidak berada di kelasnya saat itu. Akhirnya, waktu pulang adalah saat yang tepat untuknya kali ini.
"Aku duluan!" Seru Nana pada Angela dan Lylia.
"Hati-hati, Nana." Ucap Angela seraya melambaikan tangannya. Sedangkan Lylia hanya melirik Nana yang pergi meninggalkan kelas dengan semangat.
"Hah... aku rasa aku yang terlalu mengkhawatirkannya." Ucap Lylia.
"Hahaha, aku paham perasaanmu, Lylia. Aku rasa Nana terlalu menyukai Harith. Aku tidak ingin merusak kebahagiaannya saat ini. Jadi, mari berharap semoga semuanya lancar." Ujar Angela. Lylia mengiyakan.
Nana memasuki kelas Harith yang telah sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih setia berada di sana termasuk Harith. Setelah menemukan Harith, Nana mengajaknya untuk keluar kelas agar lebih leluasa dalam bicara.
"Ada apa, Nana?" Tanya Harith. Nana tersenyum dan merogoh sesuatu dari tasnya.
"Ini, selamat ulang tahun, Harith." Ucap Nana malu-malu.
"Ah, kau ingat ini hari ulang tahunku?" Tanya Harith.
"Tentu saja aku ingat!" Seru Nana. Harith tertawa dan mengacak rambut Nana dengan gemas.
"Terima kasih. Oh iya, apa aku sudah bilang padamu?" Tanya Harith.
"Bilang apa?" Nana menatap Harith bingung.
Harith mendekatkan dirinya pada Nana dan berbisik, "Kau sangat cantik hari ini."
Wajah Nana memerah padam. Ia memukul bahu Harith dengan pelan, sedangkan laki-laki itu tengah tertawa.
"Jangan membuatku malu." Ucap Nana.
"Tapi aku berkata yang sebenarnya." Ujar Harith.
"Terima kasih." Nana tersenyum lagi.
"Terima kasih juga untuk hadiahnya. Kau mau langsung pulang?" Tanya Harith. Nana mengangguk.
"Aku ada les musik hari ini." Ujar Nana.
"Baiklah, hati-hati di jalan, cantik." Ucap Harith. Nana mengangguk dan melambaikan tangannya pada Harith.
Nana kemudian berjalan menuju gerbang sekolah. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika ia mengingat suatu hal.
"Kartu ucapannya kan ada di tas bagian depan. Ah, aku lupa memberikan pada Harith tadi." Batin Nana. Ia bergegas menuju ke kelas Harith lagi.
Langkahnya terhenti ketika melihat Harith yang tengah berjalan bersisian dengan Chang'e. Mereka tampak membicarakan sesuatu yang menarik dan sesekali Harith tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
FanfictionMlbb fanfiction. ☆ Tidak perlu khawatir. Semua ini hanya sementara, termasuk perasaanku. Harith × Nana.