•Part 4/5•

199 30 2
                                    

Pic : Chang'e
Sc : @you_chi_art

Nana bersembunyi di balik tembok dan berusaha mendengarkan apa yang Harith dan Chang'e bicarakan.

"Jadi, kita mau ke mana?" Tanya Chang'e.

"Hmm bagaimana kalau mall di dekat sini?" Tawar Harith.

"Boleh saja." Ujar Chang'e.

Dari sana, Nana terus mengikuti Harith dan Chang'e diam-diam. Ia sampai melupakan les musiknya hari ini.

Setelah sampai di mall, Harith dan Chang'e langsung menuju ke salah satu restoran dan Nana mengikutinya. Nana memilih tempat duduk yang agak dekat dengan Harith dan Chang'e agar dapat mendengar semua percakapan mereka.

Setelah memesan, Harith mulai berbicara.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Tentang kau dan Nana. Kalian terlihat sangat dekat bahkan seperti pacaran. Kenapa kau tidak menembaknya saja sekalian?" Tanya Chang'e.

"Ah, kau ini sangat frontal ya." Ucap Harith kemudian tertawa.

"Iya. Aku bahkan bingung kenapa kau tiba-tiba mengajakku ke sini di hari ulang tahunmu." Ujar Chang'e.

"Aku dan Nana hanya berteman." Tegas Harith. Nana tersenyum masam mendengarnya. Air matanya kini ingin meluncur begitu saja. Namun, ia berusaha menahannya sekuat mungkin.

"Kau kan memang hanya berteman. Memangnya kau mengharapkan apa?" Batin Nana.

"Apa kau sama sekali tidak ada perasaan pada Nana? Dia terlihat menyukaimu." Ujar Chang'e. Nana terkejut mendengarnya.

"Apa aku terlihat seperti itu?" Pikir Nana.

"Bagaimana ya... aku menyukainya sebagai teman. Ia sangat imut dan lucu. Aku senang melihat senyumnya setiap hari. Tapi, untuk masalah perasaan sejenis cinta, aku tidak menaruh hatiku pada Nana." Ujar Harith.

"Kenapa?" Tanya Chang'e.

"Karena aku sudah menyukai seseorang." Balas Harith.

Pernyataan itu benar-benar membuat Nana mengeluarkan air matanya.

"Bodoh. Memangnya apa salah Harith? Dia bahkan tidak pernah sekalipun berkata kalau ia menyukaimu." Batin Nana.

"Wah... siapa?" Tanya Chang'e.

"Seorang gadis di hadapanku." Ucap Harith.

"Apa?" Chang'e menatap Harith kaget.

"Um... iya. Aku menyukaimu, Chang'e. Maaf tiba-tiba aku berkata aneh seperti ini. Tapi aku telah menyukaimu sejak lama. Aku hanya... merasa malu untuk mengungkapkannya." Ucap Harith malu.

"Tunggu dulu, kau sudah menjelaskan hal ini pada Nana?" Tanya Chang'e.

"Belum. Aku terlalu takut menyakitinya. Aku tidak mau ia menjauh dariku. Ia adalah salah satu temanku yang berharga." Ujar Harith.

"Tapi kurasa Nana menyukaimu. Ini tidak adil. Kau akan menyakitinya cepat atau lambat." Ucap Chang'e.

"Kenapa kau sangat menekanku untuk melakukan hal itu? Aku tidak keberatan kalau harus menyembunyikan perasaanku, sekalipun kita pacaran. Aku sanggup menyembunyikannya dari Nana. Kau tidak perlu khawatir." Ujar Harith.

Nana sudah tidak sanggup mendengar apapun lagi. Ia bergegas mengambil kartu dan beberapa jumlah uang. Ia menaruh uang tersebut di mejanya untuk membayar pesanannya. Setelah itu, ia bergegas menuju meja Harith.

"Nana?! Kenapa kau ada di sini?" Tanya Harith kaget. Ia sangat tidak menyangka akan kehadiran Nana.

"Tidak apa-apa. Ini, kartumu tertinggal tadi." Ucap Nana seraya memaksakan senyumnya.

"Kau menangis?" Tanya Harith khawatir. Ia bangkit dari duduknya dan menatap wajah Nana lekat-lekat.

"Harith, terima kasih karena telah bersikap baik padaku. Aku tahu aku salah, aku salah karena memiliki perasaan itu. Aku salah karena aku telah menyukaimu, maafkan aku." Ucap Nana. Air matanya kembali meluncur.

"Ah, jangan menangis. Aduh... aku harus apa?" Ucap Harith panik.

"Kau tidak perlu melakukan apapun. Aku hanya ingin menyampaikan hal ini dan memberikan kartumu. Ke depannya, anggap saja kita tidak pernah saling kenal, okay? Selamat tinggal, Harith." Ucap Nana kemudian bergegas meninggalkan Harith dan Chang'e-- mengabaikan teriakan Harith yang terus memanggil namanya.

"Aku sudah bilang, kan? Kau akan menyakitinya." Ujar Chang'e. Ia menahan tangan Harith yang ingin mengejar Nana.

"Lepaskan! Aku harus mengejarnya." Ucap Harith.

"Tidak. Jangan mengejarnya. Nana akan semakin kencang berlari dan itu akan membahayakan dirinya. Lebih baik kau biarkan sampai keadaannya membaik." Ucap Chang'e. Harith terduduk lesu. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Bukan, bukan ini yang ia mau.

"Harith, aku juga ingin mengatakan sesuatu. Maaf, sebenarnya kau terlambat. Aku sudah memiliki pacar di sekolah lain. Aku tidak bisa membuka hatiku padamu." Ucap Chang'e. Harith tak benar-benar mendengarnya. Ia hanya tersenyum simpul dan mengangguk. Pikirannya kini hanya dipenuhi Nana.

"Bagaimana kalau gadis itu celaka?" Batin Harith.

°°°

Keesokan harinya, Nana tidak masuk sekolah. Harith sangat diliputi rasa bersalah. Ia menghampiri Angela dan Lylia untuk menanyakan keadaan Nana. Namun, keduanya enggan menjawab.

"Bukannya seharusnya kau yang lebih tahu? Nana sangat tergila-gila padamu, bukan?" Ucap Lylia sinis.

"Lylia, jangan begitu. Harith juga sedang tertekan. Kita jangan membuatnya semakin sedih." Ucap Angela.

"Biarkan saja. Aku yakin Nana lebih merasa sakit hati." Ujar Lylia.

"Harith, lebih baik kau jangan menghubungi Nana untuk sementara waktu. Gadis itu agak lama kalau sedang marah. Kau bisa, kan?" Tanya Angela. Harith mengangguk lesu.

"Terima kasih." Ucap Harith kemudian meninggalkan kelas Nana dan berjalan gontai menuju kelasnya.

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang