Gebetan

7 0 0
                                    

***

Kita tau ini sudah tak berguna

namun masih tetap kita perjuangkan

--------------

Tidak boleh ada nikmat yang harus dinistakan.Perumpamaan yang serasi dengan sarat kepuasan yang terlukis di wajah Atala. Memerhatikan sang gebetan yang tengah bermain basket. Bermandikan keringat menambah nilai plus auratnya. Keseriusan gerakannya menggiring bola hingga masuk ke ring ingin membuat Atala berteriak. Astaga Tuhan pasti berniat menciptakan sang gebetan sebagai penggoda kaum hawa.

"Inget mingkem Ta.Itu ludah lo meluber kemana-mana" ujar Bianca yang sudah berdiri disamping memandang Atala geli.

Atala mendengus "iyain biar cepet" lalu kembali memalingkan muka kembali ke depan.

"jangan ngambek Ta. Lo nongkrong di depan nggak ngajak, kaget gue si Umang duduk di samping. Hampir gue peluk tadi anaknya, untung sadar"

"ngapain lo mau meluk si Umang. Demen?"

"ngawur ini anaknya mama Dara, sampai Kak Juna ngelihat lo ga bakal apa gue jadi gandengannya si Umang"

"maksudnya bawa-bawa nama ayangku apa yah? Minggu depan dipastikan gue udah taken kok sama Kak Juna.Tunggu aja"

"memang udah tahap sampe mana? Udah chat di WA atau Line atau dm-an di IG? Pernah dilirik nggak situ?" Bianca menjeda menatap sejenak Atala "Sadar Ta lu cuman buang waktu.Kak Juna nggak bakal ngelirik lo hanya dengan lo jadi stalker IG nya doang"

Bianca itu seolah memang manusia yang terlalu realitas. Memupus khayalan indah yang tadi sedang dikronologikan apik di otak Atala. "gue nggak berani.Takut dbilang murahan Bi"

"ga ada yang namanya murahan hanya dengan lo deketin Kak Juna. Hal yang dulu biarin lalu. Dia nggak sama kayak Tirta." Bianca memengan lengan menguatkan temannya yang satu itu untuk melupakan memori terkelamnya. "gue disini Ta.Gue dukung lo apapun itu tapi ketika keputusan lo yang malah memenjarakan diri sendiri. Itu gak baik Ta"

"gue coba" Atala memberikan senyum dengan sorot menyakinkan.

"semangat ya Ta.Si brengsek tu lupain aja. Sekarang gue bantu lo dapetin nomor Kak Juna."

"Lo punya?!!"

Bianca tersentak akan suara naiknya Atala beberapa Oktaf di dekat telinganya " jangan deket kuping gue napa. Budeg nanti gosip tetangga ketinggalan terus gue ga up to date dong"

"dasar segini banget gue punya sahabat ya Tuhan"

Bianca terkekeh "makanya Ta lo daftar OSIS. Banyak daftar nomor cogan tuh disana termasuk kak Juna"

Atala tak menanggapi lagi. Ia memfokuskan kembali ke arah lapangan basket dimana sang gebetan masih terus bertanding memperbutkan kemenangan.Tim Juna masih unggul dengan skor delapan, lebih dua skor dari tim lawan.Bisa tidak Atala menggapai Kak Juna yang tingginya hampir sebelas duabelas dengan bintang.Atala hanya manusia biasa bukan superhero.Dia banyak punya saingan yang lebih berkualitas daripada dirinya.Salah satunya primadonanya SMA Andarkarsa yang tengah berdiri di tepi lapangan memerhatikan Juna dengan membawa sebotol aqua di genggamannya.

Maura Talita incaran para anak lelaki di SMA nya.Dia seangkatan dengan Juna kelas dua belas.Anak Ipa yang banyak menyumbang piala ke sekolah.Pintarnya itu seimbang dengan rupawan orangnya.Kulit putih mulus, rambut coklat alami yang bergelombang dan warna mata hazel yang mampu mengikat atensi mata pada pandangan pertama.Kedekatan antara Maura dan Juna sudah menjadi hal lumrah sejak Atala menapaki sekolahnya ini.Membuat ia mundur perlahan-lahan mendengar berita itu. Jika saja bukan Bianca yang menyemangatinya dengan sugesti Maura dan Juna hanya teman ia tidak akan berjuang seperti ini hingga setahun sudah menjadi pengagum rahasianya Juna Raksananda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE CHANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang