London, Januari 2022
Malam yang begitu damai. Taman Kota St. James yang terletak di Central London, menjadi tempat favorite dua insan ketika ingin menghabiskan malam bersama. Suara yang awalnya ramai oleh pengunjung, kini mulai sepi seiring berjalannya waktu.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Masih duduk di tempat yang sama, yaitu bangku taman dekat dengan permainan anak. Seorang gadis dengan iris mata ametis, berambut panjang lurus, dan poni yang menutupi kening—terlalu hanyut memandangi wajah tampan seorang pria yang sudah membuatnya menunggu selama empat jam—sementara pria itu masih sibuk dengan telepon.
"Hinata, sudah menungguku berapa lama?" tanya si pria, sesaat setelah telepon berakhir. Pandangannya lurus menatap gadis yang ia panggil.
"Aku baru saja datang kok, Naruto-kun." Sebenarnya, Hinata tidak ingin berbohong pada pria yang ia panggil Naruto itu. Mengapa?
"Bohong."
See, sudah terjawab, bukan?
Hinata menghela napas. Pria pemilik iris mata berwarna biru safir dan rambut pirang ini, selalu saja membuatnya tidak pandai bertingkah, apalagi berbohong. "Baiklah, aku sudah menunggumu empat jam ini."
Naruto spontan melihat jam tangan. Dahinya berkerut sesaat, kemudian melengos menahan kesal yang diakibatkan oleh dirinya sendiri.
Futsal sialan!
Ya, Naruto memang terlambat menemui Hinata karena terlalu asik bermain futsal bersama sahabat-sahabatnya. Ia sempat diusili, yang berujung harus membayar total tagihan sewa lapangan futsal. Dan jangan lupakan juga, bahwa Naruto yang membayar makan malam mereka setelah permainan berakhir.
"Bagaimana harimu, Naruto-kun? Apa menyenangkan?"
Suara merdu Hinata membuyarkan pikiran Naruto yang sejak tadi merutuki acara futsalnya. "Tadi mereka mengerjaiku. Aku jadi lupa waktu. Kamu seharusnya pulang kalau tahu aku akan terlambat. Kita 'kan bisa bertemu di apartemen."
"Ah ... aku terlalu asik duduk di sini. Aku malas pulang sendiri," jawab Hinata, sambil terkekeh melihat raut wajah Naruto yang menahan jengkel.
"Hmmm. Kalau begitu ...." Naruto beranjak dari tempat duduk.
Kemudian Hinata mendongak melihat Naruto yang berdiri—hendak pergi. "Mau ke mana? Kamu baru saja datang."
Naruto tersenyum, ia berlalu setelah berkata, "Tunggulah di sini sebentar, sebelum aku menebus waktu seseorang yang sudah kubuang."
Hinata tersenyum hangat menatapi punggung Naruto yang semakin menjauh. Jantungnya selalu saja berdebar setiap kali Naruto melontarkan kalimat manis—yang sebenarnya terdengar biasa saja bila diucapkan oleh pria lain.
Tuhan, jangan buat dia berhenti mempedulikanku.
Sesaat kemudian, Hinata memilih beranjak dan duduk pada salah satu ayunan di dekatnya. Perlahan, ia mulai mengayun sambil memainkan kaki. Iris ametis itu menatapi tanah, seakan sedang memikirkan sesuatu.
Pria bernama lengkap Uzumaki Naruto, yang selalu ada di pikiran seorang gadis cantik bernama Hyuuga Hinata. Sudah hampir dua tahun Hinata berada di sisi pria itu. Ia tersenyum lirih, mengingat bagaimana hari-hari yang telah dilaluinya bersama Naruto. Ini tentu bukanlah hal yang mudah. Dan ia berhasil sampai pada titik ini.
Setelah beberapa menit berlalu, Naruto kembali dengan membawa satu mi instan dan minuman hangat. Ia duduk di bangku taman sebelah ayunan, sementara Hinata memperhatikan gerak-gerik Naruto sambil menatapnya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggumu (NaruHina) - Remake
Romance"Membutuhkan waktu lebih lama dan berulang kali jatuh bangun, untuk akhirnya aku bisa ada di sini. Berlari ke arahmu, mengobati hatimu yang telah membeku. Aku tahu tak akan mudah melakukannya. Namun cinta ini terlalu besar. Ketulusan ini mendorongku...