"Ayah."
Renjun masuk kedalam ruang kantor ayahnya yang ukurannya saja Renjun sendiri tak pernah mengerti. Selain buku-buku penting ayahnya, ada sofa yang sangat nyaman serta berbagai asesori yang kadang Renjun sendiri tak mengerti mengapa ayahnya sangat tergila-gila menghias kantornya.
"Oh, Renjun, anakku. Ada apa?" tanya Tuan Huang begitu dirinya melihat Renjun masuk kedalam ruangannya. Renjun hanya memasang senyuman terprogramnya layaknya seorang pramugari.
"Aku punya permintaan. Dapatkah aku mengganti bodyguardku? Aku sudah bosan." Ucap Renjun tiba-tiba. Mendengar permintaan calon pewaris tahtanya itu, ayahnya tiba-tiba berdiri.
"Mengganti bodyguard? Untuk apa, anakku? Bukankah sudah kuperintahkan bodyguard terbaik untuk menjagamu kemanapun kau pergi?" tanya ayahnya. Renjun hanya menggeleng.
"Aku khawatir mereka akan menyerang kita melalui aku. Aku ingin mengganti bodyguard yang mungkin tak begitu pintar tapi sangat kuat. Bayangkan jika kau bisa menghemat dengan satu orang bodyguard yang cukup menjagaku. Bagaimana?"
Uang. Inilah salah satu trik Renjun dalam memojokkan ayahnya. Bagi Tuan Huang, uang satu sen pun adalah harta yang sangat berharga. Ia tak pernah membeli hal yang menurutnya tak perlu, walaupun pada akhirnya uang yang ia hemat itu ia gunakan untuk kepentingan dirinya sendiri entah untuk bermain golf ataupun segala hal lainnya. Renjun ingin rasanya mengganti bagian otak ayahnya agar lebih berguna.
"Setelah kupikir, pendapatmu ada nilai positifnya juga. Baiklah akan kucarikan-"
"Aku tahu siapa. Aku sudah banyak mencari dan percayalah, ayah. Laki-laki ini cukup untukku. Dia bisa jadi supir, bodyguard, segalanya."
Karena bagiku, dia memang segalanya.
"Baiklah. Kedua bodyguardmu akan ayah pindahkan atau ayah berhentikan. Sisanya, ayah serahkan padamu, Renjunnie."
Senyum terprogram itu kembali muncul. Betapa bencinya Renjun mendengar panggilan itu keluar dari mulut ayahnya. Hanya ada satu orang yang bisa memanggilnya dengan nama itu.
Dan orang itu juga yang memutuskan untuk meninggalkan kerajaan ayahnya dan melimpahkannya pada Renjun.
And he goes by the name Huang Doyoung.
"Terima kasih, ayah. Aku pergi dulu." Ucap Renjun lalu pergi keluar dari kantor ayahnya. Tak lupa, ia segera menutup pintu. Tentu saja Renjun tidak ingin ayahnya mendengar suara tarikkan nafasnya yang sedari tadi ia tahan.
Baru saja Renjun melepaskan semua kekesalannya terhadap ingatan yang muncul tentang ayahnya, wajah Renjun tiba-tiba menjadi ceria membayangkan bahwa ia benar-benar bisa membuat barista itu menjadi pengawal pribadinya. Bukan hanya karena Renjun menyukainya semenjak melihatnya di kafe tadi, tapi entah Jeno sadar atau tidak, Jeno punya peran penting dalam hidup Renjun. Penting sekali. Sampai-sampai Renjun tak akan pernah bisa membiarkannya pergi lagi.
Drrt ... drrt
Handphone Renjun bergetar dan pada layar handphonenya tertulis nama rekannya satu sekolah dulu. Tanpa berpikir panjang, Renjun segera menyambungkan panggilan telepon itu.
"Renjunnie~!"
"Kau ini tak akab pernah berubah, Na Jaemin? Selalu saja memanggilku layaknya aku ini adik kecilmu." Ucap Renjun di ujung yang lain. Suara di seberang sana itu membiarkan Renjun mendengar tawanya.
"Kau memang terlihat seperti adik kecilku dan itu fakta. Jangan mencoba lari dari kenyataan, Huang Renjun."
"Aku menyesal mengapa aku memiliki teman sepertimu." Ucap Renjun sambil menggelengkan kepalanya. Walaupun ia kesal, namun senyum manisnya masih saja bisa keluar untuk sahabatnya yang satu itu.
"Jujurlah jika kau memang benar-benar sayang padaku, Huang Renjun. Ah, aku hampir lupa. Aku mendengarnya sekitar lima menit yang lalu bahwa kau meminta kepada ayahmu untuk mengganti bodyguardmu. Apa yang terjadi? Apa benar mereka membuat ancaman?" Tanya Jaemin.
"Tidak, Na Jaemin," Ucap Renjun sebelum ia menarik nafas yang dalam dan panjang. Renjun tak tahu bagaimana ia harus menceritakan semua ini. Jaemin belum pernah mendengar seluruh bagian cerita hidup Renjun tapi Renjun ingat dirinya pernah memberitahu Jaemin tentang laki-laki paling penting mendahului peringkat Doyoung sebagai kakak satu-satunya.
"Jaemin-ah ... I found him."
_
Jeno sedang beristirahat sembari menonton reality show favoritnya saat pintu rumah sewanya yang berada diatas atap rumah susun diketuk oleh seseorang. Jeno pun meninggalkan mangkok makanannya di meja sebelum berteriak kearah luar.
"Siapa di luar?" Tanya Jeno sambil berteriak. Ia tak tahu apakah orang diluar tempat tinggalnya mendengar suaranya atau tidak – ia tak peduli. Jeno hanya peduli pada siapa.
"Kami dari Huang Corporation, Tuan Lee. Mohon buka pintunya. Ada beberapa hal yang harus kita bicarakan."
Malam-malam seperti ini ... mengganggu saja pikir Jeno.
Jeno pun berdiri dan membuka pintu 'apartemen'nya dan mendapati dua orang berpakaian jas lengkap berdiri di hadapannya. Jas hitam, celana bahan hitam, kacamata hitam serta earpiece hitam meneriakkan kata misterius bagi dua orang ini. Walaupun begitu, Jeno hanya terdiam dan berlaku selayaknya laki-laki yang malamnya diganggu begitu saja.
"Selamat malam, Tuan Lee. Kami dari Huang Corporation meminta anda untuk bergabung dengan kami sebagai seorang bodyguard. Batasan gaji anda adalah dua setengah juta won sebulan."
"DUA SETENGAH JUTA WON?!" Jeno terbelalak. Bayangkan apa yang bisa kau dapatkan dengan dua setengah juta won sebulan. Dalam setahun saja entah sudah berapa banyak yang ia akan dapatkan.
"Betul, Tuan Lee. Anda telah dipilih oleh Tuan Muda Huang sendiri sebagai bodyguard pribadinya yang akan bersamanya kemanapun beliau pergi." Ucap salah satu dari dua orang itu menyelesaikan kalimatnya.
Jeno berpikir, tentu saja. Dua setengah juta won sebulan bukan uang yang sedikit, sangat banyak pada kenyataannya. Tapi sebagai gantinya, Jeno harus melepaskan semua yang ada di dalam hidupnya dan memulai kehidupan baru dengan menjadi bodyguard seseorang. Jeno tak pernah berpikir dirinya menjadi seorang bodyguard yang akan menjaga seseorang dengan mempertaruhkan seluruh hidupnya. Tapi dua setengah juta won sangat menggiurkan baginya. Haruskah ia menyetujuinya?
"Kau yakin? Gaji yang kudapatkan dua setengah juta won?" tanya Jeno dan laki-laki itu hanya mengangguk.
"Tuan Huang mengharapkan anda secepatnya bertemu dengannya dan menjadi bodyguard pribadi Tuan Muda Huang. Anda tak punya banyak waktu dan banyak pilihan. Tuan Huang serta Tuan Muda akan menunggu anda di tempat ini jam tiga sore besok. Sampai bertemu lagi, Tuan Lee."
Laki-laki itu memberikan Jeno sebuah kertas dengan alamat tak jauh dari tempat tinggal Jeno, tepatnya di sebuah restoran tak jauh dari tempat Jeno bekerja. Baru saja Jeno melepaskan pandangannya dari orang-orang itu, laki-laki itu sudah pergi meninggalkan Jeno di depan pintunya. Segera, Jeno menutup pintunya dan melangkah kearah sofa sambil memperhatikan alamat tersebut. Di dalam pikirannya, mungkin pekerjaan ini bisa membuat Jeno mendapatkan kehidupan yang lebih baik, mendapatkan uang yang banyak walaupun keselamatan dirinya harus ia relakan demi laki-laki yang disebut Tuan Muda Huang ini. Jeno memang pernah belajar Taekwondo dan memang cukup bisa bertarung demi melawan seseorang. Namun Jeno tak pernah menyangka akan menjadi seorang bodyguard.
"Setidaknya aku harus menyiapkan pakaian terbaikku demi bertemu calon bosku yang baru."
KAMU SEDANG MEMBACA
All In | Noren
FanfictionJeno tidak pernah menyangka kehidupannya akan berubah seratus delapan puluh derajat ketika dirinya bertemu dengan seseorang berambut silver yang menarik perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu. "Atas nama siapa?" "Renjun. Huang Renjun" Apa k...