1

1.1K 82 8
                                    

.

.

.

Peep..peep..peep..peep...peep..peep!

Suara jari menekan terbata password sebuah apartemen di ikuti bunyi password correct dan pintu terbuka. Taehyung datang ke apartemen Jungkook. Ia tau password Jungkook dan dengan mudahnya masuk ke apartemennya tanpa Jungkook tahu. Ia hanya ingin memberikan kejutan untuk Jungkook di hari ulang tahunnya. Ia memasuki apartemen itu, ia melepas sepatunya dan membiarkannya di batas ruang tamu. Ia masuk semakin ke dalam menuju ruang tamu.

Sekarang jam 11 malam. Seharusnya Jungkook sudah tidur dan ia bisa dengan mudah menyiapkan segalanya hingga waktu tengah malam, sebelum hari ulang tahun Jungkook berakhir. Hari ini ia memang belum mengucapkan apapun pada anak itu. Sengaja. Supaya kesannya lupa.

Jungkook memang bukan tipe anak yang akan uring-uringan kalau tidak mendapat ucapan ulang tahun. Ia terkesan diam dan bersikap ceria seperti biasa. Tapi Taehyung tahu, Jungkook menunggu ucapan darinya.

Taehyung perlahan meletakkan bungkusan kue di meja. Bersiap mengeluarkan kue dari kotaknya. Berusaha bergerak secepat mungkin tapi tanpa membuat suara sedikitpun. Tapi sebuah suara barang jatuh dari dalam kamar Jungkook mengagetkannya.

PRANG!
BRUK!

Terlalu kencang untuk sebuah barang jatuh. Ini terkesan seperti seseorang menghempaskan semua barang dari atas meja. Mungkinkah Jungkook belum tidur? Apa dia sedang ada masalah? atau...perampok? pencuri?

Taehyung dengan cepat berlari ke kamar Jungkook yang kebetulan tidak pernah di kunci. Siapa juga yang akan masuk kalau ia tahu ia tinggal sendiri? Itu alasan Jungkook tak pernah mengunci pintu kamarnya.

CEKLEK!

'JUNGKOOK!,'batinnya berteriak.

Taehyung berdiri kaku didepan pintu terbuka, menatap barang-barang yang berantakan dilantai. Yang membuatnya lebih terkejut adalah sosok yang tergeletak di dekat barang-barang itu. Ya, Jungkook entah untuk alasan apa tidur di lantai yang dingin itu.

Taehyung berjalan cepat mendekati Jungkook. Ia panik sungguh, ia bingung harus melakukan apa. Pertama, ia harus mengecek kondisi Jungkook. Apakah ada luka ditubuhnya atau masih bernafaskah? Mata Jungkook tertutup rapat, bahkan tak terbuka saat Taehyung menepuk pipi dan mengguncang tubuhnya.

"Jungkook-ah, i-irona! Yak! jangan bercanda. Aku tidak suka cara bercanda mu. Jungkook-ah! Irona! Yak, Jeon Jungkook! Sadarlah!,"kata-kata itu berkali-kali dilontarkan Taehyung, tapi sosok yang sudah dianggapnya adik itu tak merespon. Taehyung semakin bingung. Ia terdiam sejenak, ia menenangkan dirinya, ia harus tenang agar bisa berfikir.

Telpon 911? Jungkook mungkin tidak bisa menunggu lagi. Hanya beberapa detik ia terdiam, hingga ia akhirnya dengan sekuat tenaga mengangkat tubuh Jungkook ke punggungnya dan membawanya berlari keluar lobi apartemen, menuju rumah sakit.

Seribu pertanyaan dikepalanya, ada apa dengan Jungkook? Apa dia sakit?tapi hari itu Jungkook terlihat sangat sehat, meski lebih pendiam dari biasanya. Tapi Jungkook tetap menanggapi candaannya bahkan sempat mengganggunya. Apa Jungkook punya masalah yang tidak ia tahu? kenapa jungkook tidak bercerita padanya? Apa mungkin Jungkook punya musuh?

Tidak ada titik terang sama sekali yang muncul di kepalanya tentang keadaan Jungkook. Jangan tanya dimana kedua orang tua Jungkook. Sejak mereka saling mengenal, Taehyung hanya tahu Jungkook hidup sendiri. Anak itu terlalu ramah dan baik, hingga Taehyung sendiri sempat terkejut saat Jungkook memberitahu dirinya bahwa Jungkook sebatang kara. Pikirannya terlalu fokus pada Jungkook, hingga seseorang menepuk bahunya.

"Kau keluarga jungkook?,"seorang dokter berdiri dihadapannya dan membuatnya spontan berdiri dari duduknya.

"Ne, aku kakaknya (Sengaja. Supaya cepat. Itulah Taehyung). Bagaimana kondisi adikku?

"Sejak kapan pasien mengkonsumsi obat penenang?"

"Apa? obat? Jungkook.."melihat respon Taehyung yang berusaha mencerna kata-kata, sang dokter menghela nafas.

"Pasien nyaris overdosis obat penenang. Ia mengkonsumsi diluar dosis yang ditentukan. Untuk anak seusianya, masih terlalu beresiko mengkonsumsi obat itu. Sebaiknya dihentikan. Melihat kondisinya sekarang, ia mungkin sudah mengkonsumsi cukup lama. Cobalah berkomunikasi dengannya, itu bisa mengurangi beban pikirannya."Taehyung tertegun mendengar penjelasan tentang Jungkook.

Ia terkejut, tak menyangka Jungkook mengkonsumsi itu. Sosok yang terlihat seperti malaikat itu... Mengkonsumsi obat penenang? Untuk apa? Ia bahkan tidak pernah terlihat punya masalah. Taehyung tiba-tiba saja merasa tidak mengenal Jungkook sama sekali.

"Kondisinya sudah lebih baik, ia akan segera dipindahkan ke ruang rawat. Kau bisa menemuinya disana. Untung saja kau cepat membawanya kemari."Taehyung melihat senyum dokter yang memegang sebelah bahunya. Dokter itu tahu Taehyung masih tak percaya apa yang didengarnya. Setelahnya dokter itu meninggalkannya sendiri diruang tunggu itu.

Taehyung duduk di bangku tepat di sebelah ranjang Jungkook. Menatap khawatir anak itu yang selama satu jam ini ditungguinya tapi belum juga mau membuka mata. Taehyung mengantuk tapi ia tidak bisa tidur. Ini sudah waktu tengah malam, ngomong-ngomong, wajar Taehyung mengantuk. Matanya pedih tapi otaknya masih sibuk bekerja. Begitulah Taehyung, jika ia sedang memikirkan sesuatu, ia akan memikirkannya hingga ia menemukan setidaknya sedikit kejelasan. Tanpa peduli waktu. Perfeksionis? itulah Taehyung.

Jungkook terlihat damai bahkan saat anak itu tertidur. Ia tidak terlihat seperti orang yang sedang menyimpan masalah. Wajah malaikatnya seolah menipu banyak orang termasuk Taehyung. Disinilah Taehyung menggenggam tangan Jungkook, menyalurkan hangat dari tubuhnya kepada Jungkook, berharap anak itu cepat bangun, dengan pikirannya yang masih melayang kemana-mana.

Delete or Next?

***

Annyeong chingu!
Khkhkh belum apa-apa udah bikin masalah, mianhae..
Sedikit aja buat yang ini.
Kalo banyak yang voment, janji di lanjut.
Gumawo 👋

Together ✔️Where stories live. Discover now