6

433 57 2
                                    

.

.

.

Wajah pucat, bibir biru keabu-abuan nampak kering karena kekurangan cairan. Kedua mata yang tertutup rapat, seolah pemiliknya tak ingin membukanya. Pakaian khusus pasien dibalut selimut putih bersih sebatas dada menemani Jungkook, pemuda yang Taehyung temukan tidak sadar di kamar apartemennya.

Taehyung masih lega mendengar penuturan dokter yang mengatakan ia tidak terlambat membawanya kerumah sakit. Ia memiliki banyak harapan Jungkook akan segera membuka matanya. Meski sampai sekarang, malam di hari berikutnya jungkook dirawat, ia belum juga menunjukkan tanda-tanda siuman.

Kepala Taehyung berat, ia tidak tidur sejak kemarin malam. Taehyung hanya tidak ingin saat Jungkook membuka matanya, ia malah asyik tidur. Ia juga ingin tahu kenapa adiknya itu dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya memilih untuk hampir overdosis obat penenang. Ya, Taehyung sangat penasaran.

Mata Taehyung tidak terasa mengantuk. Kalian juga pasti pernah mengalaminya, menahan kantuk hingga kantuk itu hilang dengan sendirinya malah membuatmu semakin tidak mengantuk tapi kondisinya semakin menurun. Itulah yang terjadi pada Taehyung, ia hanya merasa pedih dimatanya dan kepala yang pening. Sekedar informasi, ia juga tidak makan. Hanya minum, itupun karena perawat menyuruhnya.

Taehyung merantau ke kota Seoul, ia hidup sendiri di apartemen yang berbeda dengan Jungkook tapi tidak jauh. Bisa di tempuh dengan jalan kaki. Orang tuanya tinggal di Daegu, jauh dari orang tua membuatnya bebas menjaga Jungkook. Ia jarang menghubungi orang tuanya. Sedikit konflik intern.

Taehyung bekerja? jelas. Ia perlu biaya hidup. Ia menjadi rapper underground yang kadang juga membantu menjadi tim produser musik sebuah label untuk membuat lagu. Atau sesekali menjadi model majalah. Pekerjaannya tidak menyita waktu tapi menyita pikiran. Tapi Taehyung menikmatinya karena itu passionnya.

Ia bersyukur untuk semua itu, memudahkannya untuk bisa tetap duduk di samping jungkook saat ini. Ia menggenggam tangan Jungkook. Hangat seperti biasa. Tangannya kekar di genggaman Taehyung. Tangan Jungkook memang sedikit lebih besar darinya, seperti tubuhnya.

"Kookie, bangunlah. Jangan tidur terlalu lama."

Taehyung bermonolog, karena jungkook tak meresponnya. Ia sudah bertanya pada dokter kenapa Jungkook belum juga sadar. Tapi dokter hanya memintanya menunggu. Jungkook tidak bangun sesuai waktu prediksi dokter. Itu bisa diartikan alam bawah sadar jungkook yang belum mau untuk bangun.

"Kookie, irona jebal. Jangan membuatku khawatir... hiks,"sebuah isakan terdengar. Taehyung menunduk menangis. Ia tidak bisa menahannya lagi. Ia mulai takut kehilangan jungkook. Hanya jungkook yang ia miliki di kota ini, dan di hatinya.

"Kenapa kau begini? Ada apa sebenarnya denganmu? Hiks Kenapa kau tidak bicara padaku? Kau tak percaya padaku, eoh? Hiks,"Taehyung menatap Jungkook. Ia hanya mencoba jika benar Jungkook sekarang tidak ingin bangun atau dalam bahasa medis kondisinya disebut koma, Taehyung mencoba untuk mengatakan yang dirasakannya. Semoga itu membantu Jungkook merespon.

"Aku..hiks...jangan tinggalkan aku, Kookie."Taehyung menunduk, airmatanya semakin deras.

"Kajima."bahunya naik turun, Taehyung benar-benar takut.

"Ahn-ka, hyeong (Aku tidak akan pergi)."

Taehyung sontak mengangkat kepalanya dan berdiri, ia jelas mendengar suara Jungkook bicara. Matanya menatap Jungkook intens, Ia bahagia. Tapi apa ini ? Jungkook masih menutup matanya? Lalu siapa yang bicara? Apa ia berhalusinasi? Taehyung mengusap airmatanya, menarik isakannya sekali.

"K-kookie?,"Taehyung menunggu beberapa detik tapi tak ada respon, ia nyaris duduk lagi karena berfikir ia berhalusinasi jika Jungkook tak bicara.

"Uljima,"jungkook membuka mulutnya, tapi matanya masih terpejam. Taehyung bukannya diam, ia malah menangis semakin jadi. Ia meremas dan mengusap tangan Jungkook dengan kedua tangannya.

"Syukurlah, akhirnya kau bangun."

Jungkook menarik senyumnya meski tidak seperti biasanya. Taehyung lega dan sangat bersyukur, sungguh. Ia masih penasaran apa yang terjadi pada Jungkook, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bicara.

"Mianhae hyeong."

Taehyung tahu jungkook meminta maaf untuk apa. Ia tahu jungkook merasa bersalah sudah membuatnya khawatir. Tapi Taehyung hanya menggeleng.

"Aniya. Gwaenchanna. Terima kasih sudah bangun. Apa ada yang sakit?"jungkook menggeleng pelan.

"Apa kau mau minum?,"kali ini jungkook mengangguk. Barulah tangan mereka terlepas. Taehyung meraih apa yang Jungkook butuhkan dan membantunya minum.

Jungkook berusaha bangun saat Taehyung mengembalikan gelas meski harus sedikit berjuang melawan lemas otot tubuhnya.

"Hei, Apa yang kau lakukan?,"Taehyung menahan Jungkook.

"Gumawo hyeong."penolakan halus dari jungkook membuat Taehyung memilih membantunya bersandar.

"Untuk apa heum?"

"Sudah mau menjadi alasan untuk aku bertahan."Taehyung bingung. Jungkook menunduk, ia takut Taehyung marah.

"Detik terakhir merasakan gemetar, sesak dan lemas setelah meminumnya, aku sempat menyesalinya. Aku takut mati, meski sangat menginginkannya. Tapi melihatmu disini, jeongmal gumawo hyeong sudah menyelamatkanku. Aku tahu aku bodoh, aku--."Jungkook diam membulatkan matanya, ia terkejut.

Kaget karena kepalanya sudah ada di dada Taehyung. Respon yang Taehyung berikan padanya diluar ekspektasinya. Ia sempat berpikir respon Taehyung jika tidak memarahinya, mungkin hanya akan mengusap kepalanya. Tapi Taehyung malah memeluknya, sangat erat. Hangat.

Entah kenapa Jungkook tidak bisa mencegah air matanya keluar. Ia merasakan kehangatan yang Taehyung berikan. Taehyung tidak bicara apapun. Ia hanya memeluk Jungkook, seolah tak ingin melepasnya. Dan memang itu maksud Taehyung, untuk berkata jangan pergi tapi tidak secara langsung.

Jungkook mendapatkan semuanya, jauh diluar pemikirannya. Tangan kanan Tahu mengusap kepalanya, tangan kirinya menepuk-nepuk punggungnya pelan.

"Jangan lakukan lagi, kecuali kau mau aku menyusul mu."Jungkook menggeleng cepat dipelukan Taehyung.

"Geuraeseo, jangan lakukan lagi. Aku tidak mau melihatnya."jungkook mengangguk kali ini.

Perlahan Jungkook mengangkat tangannya, meraih Taehyung dan memeluk pinggangnya meski tak melingkar penuh, tapi Taehyung tahu itu jawaban Jungkook untuknya. Jungkook menerimanya, Jungkook tidak akan meninggalkannya. Hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk tahu beban hati Jungkook dan mencari solusinya bersama.

"Saengil chugkahae, Kookie,"bisik Taehyung.

END

***

Annyeong!
Mianhae chapter ini pendek dan singkat sekali.
End ya...udah tahu Kookie selamat kan? Khkhkh
Please voment juseyo.
Gumawo 👋

Together ✔️Where stories live. Discover now