Chapter 10 -Kecewa-

57 21 4
                                    

Ketika aku harus kehilangan separuh nyawa ku. Aku tak tau harus bagaimana. Apakah aku harus menghilangkan seluruh nyawaku ataukah aku harus memperjuangkan kembali separuh nyawaku yang hilang?

♡♡♡♡♡♡♡

Sepulang sekolah risa dan reyhan langsung ke rumah sakit.
Di perjalanan risa tertidur, mungkin dia lelah.

Di rumah sakit, fannia terlihat sangat lelah karena kurang tidur.
"Ibu pulang aja dulu, biar risa aja yang jagain ayah" tawar risa pada fannia ibunya.

"Ngga sa gapapa ko ibu cuma kurang tidur aja"

Risa yang melihat ibunya yang lemas dan mata yang sayu pun merasa kasihan. Risa keluar dari ruangan ayahnya menuju ke kantin rumah sakit untuk membeli makan.

Setelah membeli makan risa kembali ke ruangan ayahnya. Saat masuk disitu ada dokter yang sedang memeriksa irsyad ayahnya.

"Ohiya bu ini hasil medis kemarin, kalian bisa buka untuk mengetahui penyakitnya. Saya permisi" ujar sang dokter sambil memberikan map berisi hasil tes medis ayah.

Bang rey membuka dan membacanya. Reyhan hanya diam setelah membacanya. Penyakit apa yang di alami irsyad? Apakah sangat serius? Bagaimana jika mematikan?

"Bang, ayah sakit apa?" Tanya risa dengan mimik muka yang kebingungan juga penasaran.

"Iya bang, ayah sakit apa?"

Reyhan diam. Dia tak tau harus bagaimana menyampaikannya. Terlebih lagi risa sangat sayang pada ayahnya. Pasti risa akan teramat sedih. Bagaimana bisa penyakit ini menyerang ayahnya?

"Emm ini bu, ayah....." jawab reyhan terbata-bata. Ibu dan risa menatap reyhan bertanya tanya dan keheranan.

"Kenapa bang? Bilang aja jangan kaya gitu"

"Emmm gini bu, sa. Abang tau kita semua kecewa, kita semua sedih, kita semua sakit. Tapi plis jangan sampe berlarut. Jangan ada penyesalan. Ini emang udah takdir Allah dan ini cobaan buat keluarga kita"

"Kenapa sih bang? Kenapa harus ngomong kaya gitu?" Tanya risa dengan nada yang sudah menahan tangis.

"Abang mohon dulu sama risa jangan pernah nyalahin keadaan dan ibu juga jangan jadiin ini beban, ini semua udah takdir" ujar reyhan dengan nada berusaha tegar padahal hatinya tersayat.

Ibu dan risa diam. Hanya mencerna ucapan reyhan. Semoga saja bisa begitu.

"Jadi ayah sakit meningitis bu, Reyhan tau ini bikin kita semua sakit tapi gimana lagi"

Risa menangis. Jujur ia sangat kecewa dengan keadaab juga ayahnya yang sudah menyembunyikan ini semua. Fannia juga sama, sangat teramat kecewa. Irsyad hanya mengatakan sakit biasa pada fannia. Namun nyatanya? Penyakit yang di derita irsyad itu parah.

Meningitis? Radang selaput otak.

"Kenapa harus ayah? Kenapa ga orang lain aja? Disaat risa lagi ngerasain kebahagiaan dari keluarga risa, kenapa ayah harus sakit dan koma kaya gini yah, kenapa?! Allah ga adil!" Ucap risa prustasi. Risa tak tahu harus bagaimana sekarang. Risa butuh azka.

Risa keluar dari ruangan irsyad sambil menangis. Dia ingin menangkan dirinya.
Risa pergi ke taman rumah sakit. Berusaha menghubungi azka namun hasilnya nihil.
"Apa gue nelfon jihan? Tapi ga mungkin. Gue gamau nambah beban jihan. Apa naya? Tapi naya gatau apa apa. Karena emang gue belum pernah cerita masalah keluarga gue selain azka. ARGHHHH GUE PUSING GUE MAU NYERAH AJA!" teriak risa prustasi. Bodo amat banyak pasang mata yang memperhatikan risa. Yang risa rasakan hanyalah kekesalan, kekecewaan dan juga kesedihan pastinya.

xylarissa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang