Chapter 6

2.8K 235 23
                                    

Chapter 6......

Pagi itu di sekolah SMAN 399 Bandung terlihat sangat meriah. Banyak siswa dan siswi berkumpul di tepi lapangan. Kebetulan hari ini memang sedang diadakan pertandingan persahabatan antara tim sepak bola sekolah ini dengan tim sepak bola dari SMA Harapan, yang sebenarnya salah satu dari rangkaian acara pembukaan sebelum festival sekolah tahunan. Pada umumnya setiap tahun pertandingan ini juga akan meriah tapi untuk kali ini terasa lebih meriah dari biasanya, karena pada akhirnya Revan secara official akan ikut andil dalam pertandingan. Maka tidak heran banyak sekali teriakan para siswi terdengar dari tepi lapangan.

Bahkan daripada sebuah pertandingan ini lebih terlihat seperti acara konser ataupun fansign. Banyak siswa perempuan yang membawa banner dengan tulisan nama Revan. Ada juga yang membuat kaos mendadak untuk mendukung Revan di pertandingan kali ini. Tidak hanya para siswa perempuannya, tetapi siswa laki-lakinya juga terlihat antusias. Mereka benar-benar penasaran dengan kemampuan Revan yang selalu dibilang sempurna di dalam segala hal.

Di ruangan ganti tim sepak bola SMAN 399 tengah bersiap-siap. Disana ada Raka yang menjabat sebagai tim kapten. Tentu saja dia ditemani oleh Kian dan juga 'Revan'. Meski demikian, 'Revan' mendapati tatapan tidak enak dari rekan tim yang lainnya. Seolah berkata padanya bahwa dia gila jika harus turun di pertandingan ini. Sekaligus seolah membisikkan tolong jangan ikut bertanding bersama kami. Tetapi 'Revan' sendiri tidak terlalu mempedulikannya.

Angga, salah satu pemain andalan mereka mulai mendekati Raka. "Ka lo serius nurunin dia? Bukannya gue gak mau dia ikut tanding, tapi lo tahu sendiri faktanya kan."

"Kali ini gue setuju sama Angga, Ka." Tambah Denis pemain gelandang mereka.

Raka malah memberikan senyuman penuh artinya kepada kedua rekannya itu. "Percaya kali ini, gue gak akan salah sama keputusan gue."

"Revan juga udah berkembang kok. Malah gue yakin 100% kalau Revan ikutan kita bakal menang dengan mudah." Kian menambahkan untuk membuat Angga dan Denis yakin.

'Revan' berdiri dan ikut bergabung ke dalam pembicaraan. "Gue gak akan seburuk yang lo pada kira kok."

Kalimatnya diakhiri dengan sebuah smirk yang entah mengapa langsung membuat Angga dan Denis yakin dan berhenti mengeluh dengan mengapa harus menurunkan Revan. Hampir semua anggota tim mulai meninggalkan ruang ganti untuk menuju lapangan. Menyisakan Raka, 'Revan' dan Kian disana.

"Sejak kapan lo ngopy kepribadiannya Revan woy?" Raka bertanya pada 'Revan' yang kini sibuk memakan chips-nya.

'Revan' menanggapi dengan santai. "Kayaknya hidup barengan sama dia selama dari rahim gue udah ketularan dia tanpa gue sadarin."

Kian terbahak. "Apaan tuh tadi, gue aja ampe kagak bisa kicep liatnya. Sampe bingung yang gue liat tadi senyum sombongnya si Revan atau lo Dev."

"Lo tahu, kalian itu bener-bener identik. Gue yang dari kecil temenan ma kalian, pagi tadi pas lo dateng, gue gak bisa bedain lo ini Devan atau Revan." Raka juga menyetujui perkataan Kian itu.

Kian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Sayang sih sifat kalian beda. Revan lebih mirip setan dan lo lebih mirip malaikatnya."

"Yan ngomong lagi dong biar gue rekam, nanti gue kirimin ke Revan langsung." Minta Raka dengan jahilnya.

Kian melotot. "Woy apaan lo ya? Seneng banget gue kesiksa sama Revan."

Raka kembali tersenyum jahil. "Hiburan Yan hiburan, daripada harus pergi ke acara lawak kan harus modal duit."

"Asem lo Rakambing!" Kesal Kian padanya.

'Revan' sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Tuhan masih sayang sama umatnya ternyata, untung duo absurd ini dapat temen kayak Revan yang normal kelakuannya."

[to END] Revan and Devan - Meaning of Life (Huang Renjun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang