Sudah sejak setengah jam yang lalu Nazwa masih menatap secarik kertas itu semu. Perhatiannya terpusat pada berberapa deret angka yang ia dapatkan dari adik kelasnya.
"Lepasin Yo!", bentak Nazwa mencoba melepaskan tangan adik kelasnya.
"Lo gila?!", dihempaskannya tangan cewek itu sampai Nazwa terdorong mundur.
"Gue niatnya bantuin lo! Bukannya ikut masuk ke dalem masalah kalian, gila lo!"
Nazwa mengerucutkan bibirnya kesal, "Gue td spontan! Lo gak berhak bentak bentak gue!"
Rio menghembuskan nafasnya kesal, ga berhak katanya?. "Gue berhak! Lu yang gak berhak ngeklaim gue jadi pacar lo tiba tiba! Murahan banget sih lo!"
Sehabis mengatakannya, Rio langsung menutupi wajahnya furstasi. Ia kelepasan.... sebenarnya apa sih yang kakak kelasnya pikirkan? Emang ga ada cara lain untuk nyelesaiin masalah sesepele ini?
Selagi ia menggrutu terdengar suara sesengukkan seseorang, membuat lelaki tambah panik.
"Na-Naz??"
Rio semakin mati kutu memandang punggung kakak kelasnya yang makin bergetar,
"So-Sorry gue kelepasan", ucapnya melunak.
Bukannya makin tenang isakan gadis itu semakin parah,
'Smua ini karna gw, harusnya jangan bawa Rio tadii. Bodoh banget lu nazz', batin Nazwa sambil terisak.
Rio yang kehabisan akal terhadap kakak kelasnya itu hanya bisa terduduk lesu, why me? Bukannya tanpa alasan ia merasa terbebani situasi ini.
Nazwa takut takut menoleh ke adik kelasnya, keadaannya pun tidak berbeda jauh dengan dirinya.
"Y-ya gimana lagii, hiks lu jangan marah d-dong. G-gue terdesak banget tadi... hiks", isak Nazwa pelan berusaha meredam isakan mengundang sorotan tatapan mata kelabu Rio.
Spontan gadis itu kembali tertunduk menghindarinya, 'Gw harus gimana inii, dia pasti benci banget sm gue! uhh god'
Nazwa sontak menoleh saat mendengar suara serak adik kelasnya, "Apa susah nya si minta maaf?"
Mata elang Rio dan mata sembab Nazwa pun saling bertemu, sejenak Nazwa terpana dengan segala fitur wajah adik kelasnya yang terpahat sempurna.
Sedangkan si empunya menatap bingung wajah cengo gadis dihadapannya,
"Hey? Kenapa bengong? Ga berniat jelasin apa apa?", ujar Rio sepelan mungkin.Nazwa tersentak berusaha menyadarkan diri dari alam bawah sadarnya, "o- oh tadi l-lu bilang apa?".
Gadis itu menggigit bibirnya,
'Ishh! Tadi gw mikirin apa sihh, huwee'Respon itu tanpa elak mengundang dengusan kasar Rio,
'Im dead.. Gimana inii', batinnya semakin keras menggigit bibir yang tanpak mau mulai berdarah.
Melihat itu, Rio berlutut menyetarakan tinggi gadis itu mengundang tatapan bingung Nazwa.
Perlahan tapi pasti Rio menjulurkan tangan ke bibir ranum perempuan yang berberapa saat lalu mendeklasrasikan diri sebagai pacarnya."Jangan digigit..", ucapnya hati-hati seraya mengelus bibir Nazwa memastikan perempuan itu baik baik saja.
Mata Rio yang awalnya tertuju pada bibir kakak kelasnya kini beralih menatap mata bulat Nazwa.
"Padahal gue gak pernah nolak jadi pacar lu kok, Naz", tuturnya. Wajah garang Rio kini meluntur berganti dengan senyuman hangat.
Siempunya bibir sejenak tertagun menatap adik kelasnya itu, "r-rio.. g-gue gasalah denger kan?", ucap Nazwa setengah tidak percaya. Apakah dia berhalusinasi?.
Rio hanya terkekeh mendengar tuturan Nazwa, gemas. Lantas ia menggeleng, meyakinkan Nazwa bahwa ia serius akan perkataannya.
Respon itu tak elak membuat Nazwa menarik sudut bibirnya membentuk senyuman lega, buru buru ia menghapus jejak airmata yang tertinggal.
Rio spontan mengulurkan tangannya, disambut dengan tangan mungil Nazwa agar bisa berdiri. Gadis itu langsung menepuk nepuk rok nya mengusir debu yang tertinggal.
"Hey"
Gadis itu menoleh ke sumber suara, mendapati Rio sedang menyodorkan secarik kertas berisi berberapa deret angka.
"Kalo ada apa apa lu bisa call gw", ucapnya seraya mengoper kertas itu ke gadis mungil dihadapannya lalu mulai beranjak menjauh pergi.
Nazwa bergeming menatap punggung adik kelasnya yang perlahan menjauh.
Belum setengah jalan kekoridor, lelaki itu kembali berbalik menghampirinya.Gadis itu menatap Rio yang kembali datang kehadapannya, "kenapa?? ada yang ketinggalan?", tanya Nazwa bingung.
Tiba tiba lelaki itu mengacak ngacak rambut Nazwa gemas.
Siempunya spontan menjauhkan diri dari jangkauan tangan besar adik kelasnya, "RIOO! Berantakan ih!", cecarnya.
Rio hanya menyengir tanpa dosa melihat kakak kelasnya berusaha merapikan rambut acak acakan yang merupakan hasil karyanya.
"Jangan nangis lagi. ayo, gw anter pulang"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Kelabu
Teen Fiction"Ia mewarnai harimu seperti pelangi, Ia melindungi sinar mu dari kegelapan seperti kelabu"