01 || Brixton

16 3 0
                                    

Happy Reading


"Astaga, bau apaan nih" Geram Haikal. Tangannya menyibak udara untuk menghilangkan aroma tidak sedap yang menguar.

Semua orang dalam ruangan menutup hidungnya. Tak kuat dengan aroma kentut sang pelaku. Siapa lagi kalau bukan Leo? Bahkan semua orang pun tau kebiasaan jelek Galileo Gauzan.

"Anjir, baunya kek tai kucing" Umpat Bian. Tanpa izin, ia keluar dari markas.

"Tau lo le" desis Abi. "Kalau mau kentut tu bilang dulu kek, apa kek" Keano menimpali ucapan Abi.

Zavier sendiri heran dengan kebiasaan buruk Leo yang suka kentut sembarangan. Apa tidak ada hal baik lain yang bisa dijadikan hobi selain kentut?

Satu per satu anggota meninggalkan markas dengan dongkol. Mengumpati Leo yang mengganggu kegiatan semua orang. Begitu juga dengan Zavier. Ia berbalik arah menuju dapur. Tempat pelarian yang bagus.

"Lo mau pergi juga Zav?" tanya Leo

"Mau ke dapur, cari makanan" jawab Zavier. "udah lo jauh-jauh sana, kasian yang lain" kalimat terakhir yang diucapkan Zavier sebelum pergi ke dapur.

Sekarang tinggallah Keano, Haikal, Abi dan sang pelaku.

Keano mengambil minyak wangi di lemari dan menyemprotkannya ke seluruh penjuru ruangan. Tak kuat mencium aroma kentut Leo.

"Leo anaknya singa, kalau mau kentut gue saranin lo ke WC dulu" Ujar Abi dengan datar.

"Gue nggak bisa prediksi kapan gas alam mau keluar Bi" Ujar Leo santai.

"Tapi setidaknya lo jangan kentut disini Le" Haikal marah. Mungkin hidungnya sudah mampet dengan aroma kentut Leo.

"Kentut lo itu baunya nggak enak banget anjir" ujar Keano. Jengkel. Satu-satunya yang dirasakannya.

"Gas alam gundulmu" ujar Abi.

"Bisa-bisa gue kena radang tenggorokan karna nelan kentut lo tiap hari" ujar Haikal. Ia terlanjur marah dengan Leo.

"Poor you lele" ejek Keano.

"Kok kalian nyalahin gue sih" kilah Leo.

"Ya emang gara-gara lo" Abi menjeda ucapannya. "siapa lagi coba yang kentut sembarangan" ujar Abi.

"Kentut doang" ucap Leo dengan santai

"Demi Achilles sang Dewa Yunani, kentut lo itu mirip sianida anjir" ujar Keano. Kesal. Sangat kesal. Bagi keano, Leo itu seperti parasit yang menempel di semua orang. Membuat orang risih setengah mati. Apalagi kebiasaan buruknya yang selalu kentut sembarangan.

"Kalau nggak percaya mending lo tanya mak lo" ujar Abi. Saran yang bagus.

"Oke, nanti gue tanya mak gue" ujar Leo.

Setelahnya tidak ada pembicaraan apapun. Keano, Abi dan Haikal lebih memilih keluar markas daripada mendengar Leo yang bertelponan dengan sang pacar. Percayalah, gaya pacaran Leo seperti anak SMP yang baru mengenal cinta. Telponan setiap saat, memberi kabar setiap waktu, suruh mandi, suruh makan tapi nggak pernah traktir jajan.

Sayup-sayup Leo melihat Zavier yang keluar dapur.

"Zav, kentut gue bau nggak sih?" tanya Leo. Zavier mengendikkan bahu. Ia berjalan keluar markas, memilih berbincang dengan Abi daripada mendengar Leo bertelponan.

Mendapat jawaban yang tidak memuaskan, leo menutup sambungan telponnya sepihak. Ia mencoba menghubungi seseorang.

Panggilan pertama, dialihkan.
Panggilan kedua, tak terjawab.
Panggilan ketiga, tersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZavierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang