Vote biar gak pundung.
Banyak TYPO, maafkan oche!
Hari ini, Jaemin merasa ada sesuatu hal mengganjal di hatinya, tapi dia tidak merasa risih dengan itu, malah dia merasa akan ada sesuatu hal baik yang akan menimpa dirinya
Disisi lain, dia takut. Bahkan sangat amat takut, kambuhnya dia saat tengah malam kemarin membuat hatinya tergoyahkan
Pikiran pikiran negatif mulai bersarang dipikirannya
"Nana, gwaenchana?"
Suara lembut ibunya membuat dia tersentak, dia berada di balkon kamarnya sambil duduk. Dia ingin melihat bintang bintang yang tersebar di luasnya langit
"Eomma, apa jika aku telah pergi, aku akan menjadi bintang? Aku akan menjadi salah satu bintang di sana?"
Jaemin menunjuk langit gelap berselimut bintang itu dengan senyuman yang merekah
"K-kenapa kau bertanya seperti itu sayang?"tanya Hyerin, dilihat anaknya yang semakin lama semakin kurus
"Kata teman temanku, senyumanku itu indah dan manis. Emangnya iya?"tanya Jaemin tanpa mengalihkan pandangannya
Hyerin tersenyum tipis lalu mengusap lembut rambut Jaemin, dia mengangguk
"Yang dibilang mereka benar, makanya jangan berhenti tersenyum, bagaimana pun keadaannya"
Jaemin menatap ibunya intens, dia mengangguk sambil tersenyum lebar
Hyerin memalingkan wajahnya saat sesuatu hendak mengalir dari kedua pelupuk matanya
"Masuk yuk, istirahat. Besok kan sekolah"ucap Hyerin, Jaemin mengangguk baru saja berdiri, tubuhnya limbung hingga dia kembali terduduk di sofa
Matanya menatap Hyerin berkaca kaca, kakinya langsung lemas saat berdiri
"Kenapa masih duduk? Ayo"ajak Hyerin
Jaemin menggeleng cepat, hingga suara isakan lolos dari bibirnya
Hyerin merengkuh tubuh anaknya itu, mengusap lembut punggung Jaemin, tubuh anaknya itu bergetar
"Kakimu lemas?"tanya Hyerin, Jaemin mengangguk pelan
"Eomma panggil kedua hyungmu ne"
Baru saja Hyerin hendak bersuara memanggil kedua anaknya yang lain, tapi Jaemin menggeleng cepat
"Aku bisa, eomma"ucap Jaemin pelan
Dia berdiri, berjalan masuk kamarnya dengan tertatih tatih
Hyerin membantunya jalan, sesekali dia mengeluarkan isakan
"Uljima, aku sudah baik baik saja"ucap Jaemin meyakinkan ibunya, nyatanya itu akan membuat ibunya tambah khawatir
"Tidur ya sayang, kalau masih lemas besok gak usah sekolah"ucap Hyerin, Jaemin tidak membalas dia hanya diam
Hyerin mengecup kening Jaemin lalu membenarkan selimut yang menutupi tubuh Jaemin sampai dada, lalu pergi dari sana dengan wajah sembab yang sangat terlihat
Setelah ibunya pergi, tangis Jaemin terdengar. Dia menangis dalam diam, tak beranjak dari tempat tidurnya. Menatap langit langit kamarnya yang putih polos
Kematian..
Kematian...
Kematian....
Iya, Kematian. Satu hal yang sedari tadi Jaemin pikirkan. Baru saja sebentar dia mendapat kebahagiaannya, baru saja sebentar dia bisa bercanda ria dengan keluarganya, baru saja sebentar dia bermain dengan teman temannya, dan apakah itu akan dirampas dengan secepat itu?
Berikan Jaemin waktu yang banyak untuk merasakan semua itu, dia merasa belum sanggup jika harus meninggalkan orang orang yang dia sayang.
.
.
.Pagi pagi kepala Jaemin sudah pusing, dia lagi lagi harus mendekam di kamarnya atas perintah ibu dan kedua kakaknya. Padahal dia baru saja masuk sekolah, masa harus bolos lagi? Percuma saja dia sekolah
"Aku ingin sekolah, baru saja aku masuk. Kenapa bolos lagi?"
"Sayang, kau tidak bolos. Izin"ucap Hyerin
Jaemin mendengus kesal, lalu memalingkan wajahnya kesamping, menghindar dari tatapan ibunya
Hyerin menghela nafas, akhirnya dia harus mengizinkan anaknya sekolah
"Baiklah, ayo. Siap siap dulu"
Jaemin memekik girang, dia memeluk ibunya erat sambil tersenyum lebar.
Jaemin masuk ke kelasnya dengan telat, 10 menit. Semoga dia tidak dihukum, apa lagi pelajaran pertama dari guru Do yang kejam dan galak minta ampun
"Na Jaemin!! Telat berapa menit hah?!"
Jaemin menunduk, "10 menit ssaem"
"Lari lapangan sepul-"
Belum sempat memberi hukuman, ada telepon masuk membuat guru Do pergi dari sana sambil membawa alat tulisnya, senyumannya merekah sambil cengengesan gak jelas didepan kelas
Untung sepi, kalau tidak dia sudah di cap gila
"Hai teman temanku semua yang Nana sayang"
Jaemin masuk sambil tersenyum, yang berada di kelas hanya cekikikan
"Kenapa telat?"tanya Jeno
"Sedikit berdebat dengan eomma dan Hyungdeul"ucap Jaemin sambil cemberut
"Wae? Kenapa?"tanya Renjun
"Tadi kepalaku sangat sakit, tapi aku ingin sekolah karena baru saja masuk, masa udah bolos lagi"ucap Jaemin menekuk wajahnya
"Jinjja baboya!! Seharusnya kau memang tidak sekolah!"kesal Jeno sambil memukul pelan bahu sahabatnya itu
"Perlu aku datangkan Felix Hyung agar kau mau istirahat dirumah saja hah?"tanya Renjun kesal
"Lagian aku sudah baik baik saja"
"Sepertinya kata eommamu benar, kau lebih baik homeschooling saja, biar gak kecapean"ucap Jeno
Renjun terdiam, ingin menolak tapi itu adalah pilihan terbaik
"Kata Jeno benar, biar bisa banyak istirahat"
Jaemin terdiam dengan wajah datar, tidak menyangka kedua sahabatnya ingin dia tinggal di rumah dan dihantui rasa bosan
"Ngambek ah, tau. Masa bodo"ketus Jaemin lalu pergi dari sana dengan wajah sebal
Jeno dan Renjun gelagapan, dia memanggil nama Jaemin namun Jaemin tidak menyahut
"Izinin kita bertiga ya, Jaemin kayaknya sakit lagi. Mau ke UKS"ucap Renjun pada sekretaris kelas, laku mereka berdua pergi menyusul Jaemin yang ngambek
"NA JAEMIN!! NANA!! HUHUHU"
Tak sadar jika teriakan mereka mengganggu aktivitas KBM kelas lainnya.
TBC.
Aku lagi gak ada ide buat cerita painful, maaf ya
Awas TYPO guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful- NJm
RandomNa Jaemin memiliki mimpi, namun dia terlalu dikekang oleh keluarganya. Berbeda dengan kedua kakaknya yang dibiarkan bebas memilih jalan hidup mereka. "Kalian jahat" Hampir setiap hari dia mengucapkan kata itu, kedua sahabatnya tau jika hidup Jae...