Tak dapat kupungkiri rasa itu mulai bersemayam dalam diri
Akan tetapi segalanya tak berpihak pada duniaku
Ia pergi sebelum sempat kutanyakan, maukah menjadi penggenap imanku?◇◇☆◇◇
Salah satu ciri khas pantura (pantai utara) Madura khususnya Banyuates setiap pemukiman penduduk pasti akan ditanami pohon mangga di halaman rumah. Biasanya mangga arum manis atau mangga kalijiwo.
Rumah-rumah di pedesaan masih banyak yang model tradisional. Terbuat dari kayu berdinding anyaman bambu. Lantainya dari tanah atau semen.
Selain itu, masayarakat percaya pada adat leluhur. Bahwa rumah yang baik menghadap ke arah utara atau ke selatan. Jika menghadap ke timur atau barat tidak baik. Bisa jadi mendatangkan bencana atau musibah pada pemiliknya. Entah itu hanya mitos atau fakta. Sepastinya kepercayaan itu sudah mendarah daging dalam diri masyarakat sejak dulu.
Rumah yang dibangun biasanya terdapat dua sampai empat kamar anggota keluarga. Dapur berdiri di bagian barat samping rumah. Tidak boleh di bangun samping timur. Hal itu juga menyalahi adat yang tidak boleh dilakukan. Sebab menurut kepercayaan sesepuh terdahulu akan mendatangkan keburukan.
Langgar adalah komponen terpenting setelah rumah dan dapur. Selain sebagai tempat peribadatan juga sebagai tempat menerima tamu dan acara-acara selamatan. Sekaya apapun hartanya jika tidak memiliki langgar rasanya masih kurang sempurna.
Komponen selanjutnya adalah kandang. Hewan peliharaan penduduk madura adalah sapi, kambing dan ayam. Baik si miskin maupun si kaya pasti akan memelihara ketiga hewan tersebut di rumahnya.
Satu hal lagi yang menjadi ciri khas. Pagarnya terbuat dari pepohonan yang ditanam sedemikian rupa. Mengelilingi rumah dari setiap sudut berbentuk segiempat membatasi satu perumahan dengan perumahan yang lain.
"Ini apa ya? Mimi lupa namanya?"
Afra menunjuk ke bawah pura-pura berpikir kala melihat Lora Fahad berdiri antusias di balik pagar balkon untuk mengenal beberapa benda.
"Abing." Jawabnya cepat diiringi tawa.
"Mo... bil." Koreksi Afra.
"Abing." Serunya lagi memamerkan gigi susu yang sudah mulai tumbuh di bagian depan.
"Baiklah. Abing." Gadis itu mengalah. "Kalau itu apa?" Tunjuknya pada sepeda motor yang terparkir tak jauh dari mobil.
"Enda." Tangan kecil itu ikut menunjuk.
"Pinter." Keduanya kompak bertepuk tangan disertai tawa gembira.
Afra menggendong Lora Fahad. Mencium pipinya memberi apresiasi atas kecerdasan si kecil. Dia tidak menyangka, bayi berusia 15 bulan tersebut sudah bisa mengenal banyak benda dengan baik meski cara pengucapannya masih belum fasih.
Tiba di kamar, Lora Fahad mengambil buku huruf hijaiyah dari lemari miliknya.
"Coba tunjuk mana huruf fa'."
Netra bulat itu berbinar. Ia mencari letak huruf Fa'. "A'," Tunjuknya setelah menemukan.
"Huruf alif."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Di Bangkalan [REVISI]
Spiritual#1 In SpesialRamadhan 040941H #1 In Afra 16091441H #1 In Raih Jum'at,16081444H-10032023M #RomanceReligi