Berbelanja

608 45 8
                                    

"Jadi, kenapa kau memintaku menginap, nona?" tanya Yoongi skeptis.

Wendy mengerutkan dahi nya samar, Yoongi menyandarkan bahu nya di sofa, saat memasuki apartement Wendy, rasa hangat menjalari seluruh lapisan kulitnya, diluar cuaca begitu dingin.

"Aku lapar," sahut Wendy tanpa pikir panjang, jawaban singkat nya membuat Yoongi menegakkan bahu nya, mata sipit nya melotot tajam, "Kau-- bukankah kau bisa delivery? Kenapa harus memanggilku," Yoongi mendengus tak menyangka.

Wendy merotasikan bola mata nya malas, "Aku sudah terlalu banyak makan-makanan junk food, asal kau tau," Yoongi berpikir sejak kapan gadis dingin dihadapan nya ini memperhatikan makanan nya.

Yoongi melepas sepatu nya, menyisakan kaos kaki spandex kuning milik nya kemudian mengambil sendal rumah, berjalan santai menuju dapur, melihat ada persediaan bahan apa saja yang bisa ia masak malam ini. Wendy menyusulnya ke kitchen bar dan berjalan menuju lemari pendingin, berniat mengambil minuman berkarbonasi. Wendy merasa sedikit haus.

Melihat itu, Yoongi dengan cepat menghalangi langkah Wendy, gadis itu mengernyit bingung.

"Ada apa?" tanya Wendy.

"Aku akan membuatkanmu susu hangat, jangan minum-minuman berkarbonasi jika kau masih ingin memakan masakanku," sahut Yoongi santai, Wendy menatapnya tajam, kemudian mendengus kasar. Ia berjalan menuju meja makan dan meraih segelas air putih.

Anak baik, batin Yoongi.

Yoongi melirik sekilas kearah Wendy, kemudian beralih fokus untuk membuat makan malam gadis itu. Tak membutuhkan waktu lama untuk memasak, karena persediaan bahan makanan di lemari pendingin hampir habis. Jadi Yoongi hanya membuat ramen untuk Wendy.

"Makanlah," ucap Yoongi, ia meletakkan ramen itu dihadapan Wendy. Gadis itu mengerutkan kening nya samar.

Ramen lagi? Batin nya.

"Kenapa? Kau tidak mau?" tanya Yoongi, melihat Wendy hanya menatap makanan nya.

Gadis itu tidak memberikan respon apa-apa, ia hanya diam sambil menatap ramen dihadapannya.

"Yasudah kalau tidak mau, biar aku yang memakannya," Yoongi baru saja ingin menarik kembali ramen itu, gerakan nya terhenti saat Wendy berucap.

"Kenapa kau membuat ramen?" pertanyaan Wendy membuat lelaki putih itu mendengus geli.

"Kau bahkan tidak tau kalau bahan makananmu sudah habis," decak Yoongi.

"Kau tinggal belanja, apa susah nya," Wendy memberikan black card nya kepada Yoongi, lalu meraih sumpit dengan santai.

Yoongi menatap nya datar, nafas nya terdengar sangat pelan. Mencoba menahan desakan emosi yang hampir diubun-ubun.

"Kau menyuruhku belanja di tengah malam seperti ini, Son Seungwan?" desis Yoongi, Ya Tuhan, ia seperti nya sudah tidak tahan lagi.

"Kau... Takut?" kekeh Wendy

Yoongi mendesah pelan, meraih black card milik Wendy, "Aku akan menghabiskan uangmu." ancam Yoongi

"Dalam satu malam?" Wendy memiringkan kepala nya.

Oh, ayolah.

Mana mungkin.

"Bahkan hal sekecil ini kau meminta bantuanku," cibir Yoongi, nampaknya lelaki itu memang sangat kesal. Wendy terlihat acuh dan malah menikmati ramen buatan Yoongi.

"Sebentar—" tahan Wendy saat melihat Yoongi mulai beranjak menjauh.

Yoongi terlihat menahan nafas, "Apalagi?" tanya nya malas.

Wendy meraih air putih nya tergesa kemudian menghampiri Yoongi, "Aku ikut."

"Dengan berpakaian seperti ini," Yoongi menatap nya terang-terangan dari atas hingga bawah. Wendy mengernyit tipis.

"Apa ada yang salah? Hanya ke minimarket 24 jam bukan?" entah polos atau bodoh gadis dihadapan Yoongi saat ini.

"Setidaknya kenakan mantel tebalmu, setelah ini jika kau sakit, aku tidak ingin mengurusmu."

Wajah Yoongi nampak sangat datar saat mengucapkan itu, Wendy hanya menggangguk kemudian berlalu kekamarnya.

Yoongi memijit pelipisnya pelan.

Gadis ini menyebalkan, batin Yoongi.


~~~


"Diluar dingin sekali," cicit Yoongi pelan, ia menggosok-gosokkan tangan nya. Melihat sekeliling dan mulai mengambil keranjang, mengabaikan Wendy yang entah kemana saat mereka baru saja tiba.

Pertama Yoongi menuju tempat dimana bahan-bahan dapur tersedia, baru dia mengambil daging, banyak camilan dan beberapa kotak susu. Yoongi mengamati sekeliling mencari keberadaan bos sekaligus teman kecil nya itu.

"Apa kau mencariku?" Tanya Wendy, hal itu membuat Yoongi sedikit terkejut.

"Darimana saja kau? Apa yang kau beli?" cecar Yoongi, tapi dia melihat gadis itu tak membawa apapun ditangan nya.

"Aku hanya melihat-lihat, aku senang melihat rak-rak yang tersusun rapi," ucap Wendy acuh.

Yoongi melongo, jawaban macam apa itu.

Wendy melirik kearah keranjang Yoongi yang sudah penuh terisi dengan berbagai macam bahan makanan.

"Hanya itu?" tanya Wendy.

"Apa?" Yoongi mengangkat alis nya bingung

"Belanjaanmu, apa lagi?"

Yoongi menghembuskan nafas nya kasar, bahkan yang didalam keranjang itu untuk persediaan dua bulan kedepan, dan dia mengatakan hanya itu?

"Apa kurang? Siapa yang akan membawa barang sebanyak ini dan kembali menyusun nya nanti?" sarkas lelaki putih itu, ia memasukkan tangan nya kesaku mantel nya.

"Kau berkata akan menghabiskan isi black card ku, bahkan aku bisa membeli gedung beserta isi supermarket ini jika kau mau," sinis Wendy, gadis itu tersenyum masam.

"Dasar gila," Yoongi memilih berlalu menuju kasir daripada harus berdebat dengan nya.

Wendy mencibir dan memilih melanjutkan acara melihat-lihat rak-rak yang tersusun rapi, gadis yang aneh.

Disaat asik berkeliling ria sambil menunggu Yoongi membayar tagihan di kasir, dua orang pria menghampiri Wendy tanpa gadis itu sadari.

"Kita bertemu kembali Nona Son," suara baritone serak itu menginterupsi perhatian Wendy.

Wendy hanya menatap lurus dua pria didepan nya ini, tanpa ekspresi.

















To Be Continued

Lama sekali tidak update :'(

Love a PshycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang