[🚬] i've been a fool

393 84 11
                                    

Author's POV

Kalau seandainya kamu bisa terlahir kembali, kamu mau jadi apa?

Kalau Seulgi, mau jadi batu. Ya, gadis itu berharap harusnya ia terlahir jadi batu saja. Kenapa batu?

Karena batu, walau sudah dihancurkan pun tidak akan menangis, tidak akan merasa sakit tidak akan mengeluh.

Seulgi meringkuk di sudut ruangan, merasakan perih di betisnya akibat pukulan sang ayah dengan rotan. Kakinya berdarah banyak, belum ia bersihkan, bahkan untuk berdiri saja tidak sanggup. Kalian pasti bertanya kenapa Seulgi dipukul?

Seulgi tadi pergi ke toko buku, ponselnya tertinggal, alhasil telepon dari ayahnya tidak diangkat, padahal ayahnya ingin memerintah dia membeli rokok.

Seulgi sudah jelasin semua ke ayahnya tapi ayahnya malah mengucap kalau Seulgi tak bisa diandalkan.

Seulgi terisak, kakinya perih, tetapi batinnya lebih perih, terlalu banyak luka. Ya memang Seulgi anak yang tidak diharapkan. Seulgi berpikir seperti itu, sambil menatap lukanya. Ia butuh pertolongan, tapi ia tak sanggup bangun. Ponselnya baru saja dibanting sang ayah, hingga bentuknya berubah.

Seulgi merasa dirinya memang tidak berguna, merasa dirinya bodoh.

.
.
.

Akhirnya setelah kurang lebih 30 menit, Seulgi memaksakan dirinya untuk berdiri, mencoba mengobati kakinya. Iya meluruskan kakinya mencoba membersihkan sisa-sisa darah di kakinya.

Rencananya setelah lukanya bersih, ia mau pergi ke rumah Wendy, apalagi mamanya sudah pulang, fyi aja mama Wendy sama Seulgi itu deket banget, kayak ibu-anak beneran.

Tapi Seulgi mengurungkan niatnya, dari pada nanti tambah masalah baru pas pulang nanti.

Seulgi berdiam, menatap bangkai hpnya yang sudah tidak bisa dijelaskan bentuknya. Seulgi berjalan ke arah jendela, melihat ke arah luar, banyak anak-anak yang sedang bermain. Mereka tertawa dengan lepas, seperti tidak ada beban. Seulgi iri dengan mereka, Seulgi tidak pernah seperti itu.

Seulgi tersenyum miris.

Seulgi mengambil album foto di kolong tempat tidurnya, dan melihat-lihat isinya.

Hanya kenangannya dengan Wendy saat sekolah dasar.

"Makasih banget, lu mau jadi sahabat gw"

Seulgi tidak kuat meenahan tangisnya.

"Kalo bukan karena lu, mungkin gw udah mati aja Wen. Gw sayang sama lu Wen, gw bertahan supaya gw tetep bisa main sama lu Wen. Makasih lu selalu ada buat gw, tapi Wen, kalo misalkan gw harus pergi duluan lu ikhlas gak Wen? Gak, gw gabakal bunuh diri, tapi kalo seandainya Tuhan ngasih cara lain buat gw mati, gimana perasaan lu Wen?"

Seulgi terus menangis, sampai tiba-tiba ia terperanjat kaget, ada yang memeluknya dari belakang.

"Gausah lebay lu, gw selalu ada buat lu"

"Wendoy?!"

Dari mana bisa ada Wendy?

"Kok lu bisa masuk?"

"Tadi gw abis dari apotek, terus gw liat mobil ayahlu keluar komplek, eh gw liat ada bundalu juga, jadi yaudah gw tancep gas ke home lu aja, itu kakinya sini, gw obatin yang bener"

Wendy beneran punya hati yang baik.

"Perlu tidur di rumah gw?"

"Gausah Wen, nanti aja"

"Okay, okay, lu udah makan belom?"

"Belom"

"Astaga! Gimana lu gak makin kurus anjir, ayo ke rumah gw, bodo amat! Mama gw masak sup iga banyak banget, kesukaan anda ya Kang Seul Gi"

"Tapi Wen-"

"Mama juga kangen ama lu Seul, lu juga boleh cerita ke mama, ayo siap--"

"Tapi Wen--"

"Kang Seul Gi"

"Ini bantuin gw bangun anjer!"

"Oh iya, hehehe"

























Pengen punya sahabat kayak Wendy :(

Vote, comment, sider ak gigit ni hihihi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

strawberries and cigarettes; seulgiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang