Bab 8|Ulang Tahun

30 8 0
                                    

Aku mengerjapkan mata beberapa kali lalu menyentuh dahiku. Badanku rasanya tidak berat seperti sebelumnya, dan kulitku dapat merasakan nyamannya kasur dan sejuknya pendingin ruangan. Aku bangkit duduk lalu meregangkan punggung dan leherku. Di sebelah kasurku, mendekati pintu terdapat sebuah laci yang lebar. Dan diatasnya, ada kalender yang pada tanggal hari ini dicoret merah berbentuk silang.

"Ini hari ulang tahunku," gumamku memancarkan senyuman senang. Hanya segelintir orang yang mengetahui tanggal ulang tahunku. Pada daftarnya, segelintir itu termasuk pada kak Mia dan bu Keyla.

Pada ulang tahunku tahun lalu, aku merayakannya kecil kecilan bersama bu Keyla dan kak Mia. Dan kuharap tahun ini pun begitu. Walau bu Keyla sudah tak lagi memberi kabar, aku akan menaruh harapan besar untuk mendapat ucapan selamat darinya. Aku menatap ponselku dan melihat pesan yang seringkali kukirim untuk bu Keyla.

"Tidak ada balasan," gumamku sedih.

Aku bangkit berdiri, lalu mandi dan mengganti pakaianku. Setelahnya, aku berjalan menuju tas dan mengambil beberapa buku dari dalamnya beserta alat tulis. Aku menghampiri meja belajar dan membuka buku lalu mengerjakan soal-soal yang tertulis disana. Setelah beberapa jam, aku menyelesaikan semua pekerjaan rumahku. Kemudian, aku memasukkan buku buku itu ke dalam tas dan juga alat tulisnya.

Aku sangat mengingat bahwa tahun lalu, bu Keyla datang ke apartemen pagi hari, lalu segera menemaniku untuk menghabiskan hari dan malamnya, kak Mia datang membawa kue lalu kami mengucap doa sembari meniup lilin. Tapi hari ini, ia tidak datang. Tidak ada bel berbunyi tanda ada orang yang mau masuk.

"Mungkin dia sibuk," ujarku mencoba menghibur diri. Ucapan itu terasa janggal, sibuk? Dibanding sibuk rasanya dia menghilang. Aku juga rasanya tidak berani keluar dari apartemen dan memilih berada di bawah selimut nyaman karena kejadian semalam. Aku menghampiri kasur dan berbaring disana.

30 menit, 1 jam, kemudian aku bangkit duduk setelah bosan hanya bersembunyi di balik selimut. Meski begitu, bukan berarti aku tidak takut untuk pergi keluar. Aku takut kepada keheningan di dalam rumah, juga karena aku sendirian. Mahkluk itu mengagetkanku dan muncul tiba-tiba di belakangku. Sekarang pun aku bisa membayangkan wajahnya yang tak pernah kulihat dengan rupa mengerikan sedang berada di belakangku.

"Sepertinya aku akan betah di bawah selimut," gumamku kembali menutup tubuh dengan selimut. Kurasa setelah ini aku tidak bisa lagi mencuci muka karena takut, juga tidak bisa menghadap ke belakang karena seringkali membayangkan wajah imajinasi itu.

Aku memberanikan diri untuk bangkit kembali, aku menuju lemari lalu mengganti pakaianku yang cocok untuk sekedar pergi ringan. Aku keluar dari apartemen dengan mengenakan sepatu kets warna putih. Aku menarik nafas panjang lalu kembali berjalan. Setelah keluar dari gedung apartemen, aku berjalan hingga sebuah komplek yang tampak asri. Saat memasuki komplek itu dan lurus ke depan, aku menjumpai sebuah lapangan besar yang digunakan anak anak untuk bermain bola ataupun permainan kecil lainnya.

Di sebelah kanan, tak jauh dari lapangan itu ada sekolah yang besar. Di bagian utaranya adalah cabang jalan yang salah satunya kugunakan untuk masuk. Bagian timurnya terdapat juga satu sekolah lagi. Aku melihat di seberang lapangan itu --pada bagian selatannya-- ada beberapa cabang gang untuk memasuki area perumahan. Pada jalan paling kiri aku masuki, aku menatap rumah-rumah yang besar, serasi satu sama lain.

Aku menatap sebuah rumah yang lumayan besar dengan cat rumahnya berwarna krem dan coklat lalu menghampirinya. Aku menekan bel yang berada di atas pagar rumahnya. Tak lama setelah itu, seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah.

"Ya? Siapa?" tanyanya.

"Maaf permisi, saya mau bertemu bu Keyla?" ucapku.

"Ah, muridnya bu Keyla," seru wanita itu seakan sudah seringkali menemukan kasus orang yang ingin bertemu dengan bu Keyla. Rumah ini adalah kost tempat bu Keyla tinggal. Ini kedua kalinya aku berkunjung.

"Maaf ya nak, bu Keyla nya sudah pindah sejak satu minggu yang lalu," lanjutnya lagi.

"Apa bu Keyla memberitahukan sudah pindah kemana?" tanyaku. Wanita itu menggeleng, "Gak diberitahu,"

"Oh, baiklah. Terima kasih," balasku membungkuk lalu berbalik pergi.

Satu minggu yang lalu itu artinya saat sebelum bu guru mengundurkan diri. Aku berhenti sejenak lalu menatap ke langit.

"Bu Keyla sebenarnya ada dimana?" gumamku.

Aku berjalan kembali ke apartemenku. Sesampainya, aku langsung menuju dapur, membuat susu coklat dan meminumnya sebagai sarapan. Kemudian, aku mengambil buku buku tebal dari rak dan mulai mempelajarinya sambil sesekali istirahat.

Tak terasa, hari ini kulalui dengan membosankan di apartemen, dihantui rasa takut yang mendalam. Dan lagi, di hari ulang tahunku. Aku menatap jam dinding, sudah jam setengah sebelas malam. Rasanya janggal, mungkin karena ulang tahunku seringkali kulalui bersama bu Keyla. Sedangkan saat ini wanita itu hilang entah kemana.

Aku duduk di sofa. Aku memeluk kedua kakiku sambil menyembunyikan wajahku di baliknya. Padahal rasanya beberapa hari lalu aku masih meneliti video itu, tapi sekarang, membuka galeri ponsel saja rasanya tubuhku sudah gemetar luar biasa.

Bel tanda seseorang akan masuk berbunyi. Aku bangkit berdiri lalu terhenti sebentar sambil berpikir siapa yang menungguku diluar. Pikiranku mulai bercabang dengan seluruh ketakutan di hati. Seseorang menggunakan kunci untuk membuka pintu, aku tersentak dan berjalan mundur.

"SELAMAT ULANG TAHUN!!" teriak seseorang membuka pintu dengan cepat. Di tangannya ada kotak kue tart dan di bawahnya ada banyak tas belanja yang penuh.

"Kak Mia!" seruku terkejut.

"Tara!! Aku membawakanmu kue dan hadiah!!" serunya masuk ke dalam. Kak Mia meletakkan kotak kue tart diatas meja dan membawa masuk tas belanjanya. Setelahnya, ia menarik tanganku untuk duduk di sofa. Ia membuka penutup kotaknya dan terlihat kue berwarna krem dengan coklat. Di bagian atasnya ditulis dengan krim ucapan selamat ulang tahun dan lilin sesuai dengan umurku tertancap ditengahnya.

"Yay!! Sekarang, tiup lilinnya," pintanya antusias. Aku tersenyum lalu meniup lilinnya. Kami bertepuk tangan.

"Sekarang, kau berdoalah," ujarnya lagi. Aku mengangguk dan menutup mata.

"Nah, sekarang, buka kadonya!!" ujarnya mengambil beberapa tas belanja. Aku membuka tas belanja itu, banyak hadiah seperti buku, pakaian, dan beberapa aksesoris lainnya di dalam tas.

"Terima kasih!" ucapku.

"Ya.. Justin juga menitipkan salam selamat ulang tahun padamu," ujar kak Mia agak malu malu. Aku terkekeh, Justin adalah pacar kak Mia yang sudah menjalin hubungan dengannya selama dua tahun.

"Selamat ulang tahun, Lea! Semoga kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan maaf kalau memang hanya segini yang bisa kulakukan," ucapnya memelukku.

"Tidak apa apa, aku sudah puas dengan semua ini, terima kasih kak," balasku.

"Iya, sama-sama. Sekarang, bagaimana kalau kitasimpan barang barang ini dan tidur. Kue tart ini akan jadi lebih enak jika disimpan di kulkas," ucapnya bangkit berdiri sambil mebawa kue tartnya. Aku mengangguk dan menyimpan hadiah yang diberikan oleh kak Mia. 

Meskipun hari ini sepanjang waktu aku kesepian, tapi aku tidak boleh lupa bahwa ada seseorang yang sangat menyayangiku lebih dari siapapun di dunia ini. Dan aku harus bersyukur karenanya.

-To Be Continue-

Lea Thread Of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang