Jasthin berjalan memasuki sekolah baru nya menuju ruang tata usaha, setelah ia memarkirkan motor merah besar nya. Koridor sekolah masih terlihat sangat sepi. Tidak ada suara seorang pun manusia. Hanya suara kicauan burung yang terdengar.
Jasthin duduk di sebuah bangku di depan ruang tata usaha, ia melihat sekeliling nya "ternyata kayak gini sekolah baru gue" katanya dalam hati.
Jasthin berfikir sebenarnya ia telah bosan terus menerus belajar di sekolah. Namun jika bukan karena Aurel adiknya yang memaksa Jasthin untuk sekolah lagi setelah di pecat dari sekolah lamanya, untuk apa dia sekolah.Sejak Jasthin kecil, Jasthin tidak pernah sependapat dengan pemikiran ayahnya. Jasthin sangat membenci ayahnya, sejak kecil ayahnya selalu saja sibuk dengan urusannya sendiri tidak pernah perduli pada anak nya. Selalu pulang terlambat, jarang dirumah, dan sikap nya yang kasar pada ibunya semakin membuat Jasthin semakin membenci ayahnya. Walaupun begitu sebenarnya ia adalah anak yang baik karena kasih sayang dan didikan yang ibunya berikan.
Sampai suatu saat, ketika ibunya meninggal, sikap Jasthin mulai berubah. Jasthin sering keluar malam, balapan liar dan tidak pernah tersenyum pada siapapun. Kecuali, dihadapan Aurel. Satu satunya alasannya untuk tetap bertahan di rumah. jika tidak karena Aurel pasti sejak lama Jasthin sudah meninggal kan rumahnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
way of life
Teen Fictionsebuah perjalanan hidup yang penuh dengan lika liku. sebuah rasa sayang sabagai sahabat berubah menjadi cinta.