Gantari berlari-lari kecil menaiki tangga ke lantai dua, lalu sambil menyusuri koridor, ia mengecek papan yang menunjukkan kelas di setiap ruang. Mengenali beberapa teman dan menyapa mereka terburu-buru, Gantari terus melangkah hingga sampai ke kelasnya, 2 IPA 3. Memasuki kelas, ia melihat dan menyapa beberapa teman kelas satu yang ternyata sekelas dengannya. Walaupun belum terlambat, namun semua tempat duduk sudah penuh. Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Sialnya hari hujan, jadi Gantari tak bisa berangkat pagi untuk memilih tempat duduk favoritnya di dekat jendela. Satu-satunya tempat duduk tinggal di belakang tengah.
"Disini kosong?" Tanya Gantari. Anehnya, tempat duduk di kelas ini adalah tiga di sebelah kanan dan kiri, serta empat di tengah. Jadi dari empat tempat duduk di tengah sudah terisi seorang cowok dan tiga lainnya kosong.
"Kosong." Cowok itu menjawab pendek. Tanpa senyum, tanpa menoleh pada Gantari. Ia tak mau repot-repot mengangkat wajahnya karena asyik menekuni komiknya. Ia sedang duduk di kursi ketiga. Gantari menghela nafas panjang. Sial banget kalau harus duduk setahun di belakang, tidak dekat jendela dan di sebelah cowok yang jelas-jelas tak mau repot menyapanya. Ya sudahlah...bisa bilang apa lagi. Gantari lalu meletakkan ranselnya yang setengah basah di kursi keempat, lalu melepas jaketnya yang juga setengah basah disampirkan ke kursi.
"Weits..apaan nih basah-basah." Cowok itu menoleh saat lengan jaket Gantari yang basah menyapu lengannya. Ia menatap Gantari galak lalu pindah ke kursi sebelahnya lagi, kursi kedua. Gantari terkejut namun lalu diam mematung. Lebih gawat lagi ini....cowok itu tidak hanya cuek dan galak...tapi juga gantengnya pake banget.
"Sorry..." Hanya kata itu yang keluar dari bibir mungil Gantari. Lalu ia duduk dan mengeluarkan buku dari ranselnya. Triple sial! Sebagian bukunya juga basah. Ah...semoga hari pertama tidak membuatnya harus menulis di buku-buku basah ini.
"Hai bro! Sekelas lagi kita!" Teriak seorang cowok penuh semangat menuju ke arah tempat duduk belakang. Lalu ia melakukan toss dengan cowok di sebelah Gantari sambil tertawa-tawa. Anehnya, cowok galak di sebelah Gantari ikut tertawa lebar dan nampak normal.
"Loh? Kok ada makhluk beginian disini?" Tanya cowok yang baru datang. Gantari langsung menatap galak. Makhluk beginian?? Iya sih...Gantari dengan rambut lepeknya yang habis kena hujan, separuh seragamnya basah sedang mengelap buku-bukunya diatas meja, memang agak kelihatan...ehem...menyedihkan.
"Hehehe..gitu aja manyun. Aldo" Kata cowok yang barusan datang mengulurkan tangan ke Gantari sambil nyengir. Gantari menyambut uluran tangannya,"Gantari. Panggil aja Tari." Sambut Tari sambil tersenyum manis, memperlihatkan lesung pipinya.
"Kalau lo siapa?" Gantari merasa keceplosan ketika bertanya pada cowok galak di sebelahnya. Ia mengulurkan tangan ke arah si galak.
"Bagas." Jawab si galak pendek tanpa menjawab uluran tangan Gantari. Gantari jadi bengong. Aldo terbahak. Ia menepuk pundak Bagas keras-keras hingga Bagas melotot sewot.
"Jangan galak-galak dong sama cewek manis begini." Aldo masih tertawa-tawa menggoda Bagas. Bagas melengos dan meneruskan ketekunannya membaca komik. Aldo meletakkan ranselnya di kursi pertama, persis sebelah Bagas lalu mengajak Gantari ngobrol. Mereka tertawa-tawa membicarakan kejadian di jalan sebelum sampai di sekolah.
"Ssshh...berisik!" Bagas menggerutu lalu bangkit dari kursinya dan melangkah keluar. Gantari bengong lagi melihat kelakuan ajaib cowok itu.
"Biarin aja. Dia emang kayak gitu orangnya. Gue sekelas sama dia sejak SMP. Hahaha..udah hafal kalo galaknya level dewa. Tapi galaknya biasanya cuma ke cewek aja sih. Hahaha" Aldo menerangkan pada Gantari sambil cengar cengir.
"Duh mati deh gue. Gimana kalau lo yang duduk sebelah gue, Do? Bisa mati berdiri gue kena aura galaknya tiap hari." Keluh Gantari.
"Kursi yang persis di sebelah lo itu kosong?" Tunjuk Aldo ke kursi kosong di sebelah Gantari. Gantari buru-buru mengangguk. "Ya? Pleaseeee..." Gantari memohon dengan tangannya dan mengedip-kedipkan matanya.
"Okeee..okeee..buat cewek semanis lo, apa sih yang nggak." Aldo balik mengedipkan matanya lalu memindah ranselnya dari kursi awal ke kursi di sebelah Gantari.
Bel masuk berbunyi. Gantari duduk manis di sebelah Aldo. Bagas masuk dengan membawa komiknya. Ia mengerutkan kening melihat posisi duduk Aldo di sebelah Gantari, apalagi melihat senyum lebar Aldo.
"Minggir." Bagas berkata galak. Senyum lebar Aldo langsung menghilang berganti keheranan.
"Napa emangnya? Kursi ini kosong kok. Kan lo duduk disini." Aldo menepuk-nepuk kursi di sebelahnya lagi.
"Gue tadi dateng duluan. Gue yang duduk disitu. Minggir." Bagas masih berdiri dengan tegas, tak mau duduk di kursi kosong di sebelah Aldo. Pak Herman, guru Fisika sudah masuk kelas. Aldo enggan ribut hanya karena kursi, apalagi berurusan dengan pak Herman yang kumis melintangnya udah cocok jadi satpol PP. Ia menggeser tubuhnya keluar, lalu memberi jalan Bagas untuk lewat. Aldo memandang Gantari dengan tatapan minta maaf. Gantari membalas tatapannya dengan tatapan putus asa. Terbayang masa depan suramnya selama setahun kedepan karena harus duduk di sebelah si galak.
Si galak itu namanya Bagas!
------
Banyak hutang di ADD, Dioskouri dan Behind the moon beyond the rain....tapi udah gatel pengen bikin short story ini...hihihi....
Buat yang suka short story, semoga suka :) Palingan cuma akan dibikin 3 - 5 part aja.
cheers!
-BJ-
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kau Ada
Short StoryBerdiri termangu membisu...Berat tuk memulai hari... Semua sirna...hanya karena kau ada.... Short story captured from Bagas dan Gantari