Bagas sedang dari kamar mandi cowok ketika melihat Oka berbicara dengan Maharani di kantin. Walaupun suasana kantin di sore hari cukup ramai karena banyak siswa mempersiapkan diri untuk malam kesenian, Bagas masih bisa dengan jelas mendengar pembicaraan Oka dan Maharani. Tanpa bermaksud menguping, ia bersandar di tembok di balik kantin.
"Aku itu masih sayang banget sama kamu, Rani. Walaupun nanti aku kuliah di Australia, aku pasti bisa jaga hati aku buat kamu. Semuanya tergantung kamu." Bagas mendengar suara Oka yang memelas. Ia juga bisa mendengar isak kecil Maharani.
"Ya sebenernya aku juga masih sayang sama kamu. Pisah 3 bulan dari kamu bikin aku nggak tenang. Tapi bayangin kalo kita pisahannya lebih lama gara-gara kamu kuliah di Australia. Kamu bilangnya bisa jaga hati kamu. Tapi baru seminggu pisah sama aku, kamu sudah jalan sama si vokalis itu." Terdengar suara sarat emosi milik Maharani.
Deg! Jantung Bagas serasa berhenti berdetak. Vokalis? Maksudnya Gantari?
"Itu kan rebound aja sayang. Aku cuma mau ngetes, hatiku masih punya kamu apa sudah bisa move on. Ternyata aku masih stuck di kamu." Terdengar suara Oka lagi. Bagas menggeram. Kedua tangannya terkepal di samping badannya. Bayangkan gimana kalau Gantari tahu Oka bicara seperti itu.
Baru saja Bagas berpikir tentang Gantari, tiba-tiba sesosok cewek mungil melintasinya cepat sambil menahan isak tangis.
"Tari! Gantari!" Bagas langsung menyadari sosok itu. Ia mengejar Gantari yang sudah setengah berlari menuju belakang sekolah.
"Berhenti!" sentak Bagas sambil mencekal pergelangan tangan Gantari. Punggung Gantari bergetar. Terdengar isakan kecil-kecil. Bagas menarik tangan Gantari untuk mengikutinya ke taman samping sekolah.
Bagas hanya diam, duduk di samping Gantari yang masih terisak-isak memilukan.
"Kenapa...kenapa kak Oka jahat banget, Gas?" Gantari bertanya diantara isakan-isakannya. Bagas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Yaahh..dia juga nggak tahu jawabannya. Menurut Bagas, orang yang berjuang demi cintanya tidak jahat sama sekali. Hanya saja, kadang dalam sebuah hubungan, ada pihak yang tersakiti di balik kebahagiaan seseorang. Contohnya, Bagas lebih menunjuk pada dirinya sendiri. Kalau Gantari jadian dengan Oka, pasti dia akan jadi pihak yang tersakiti ditambah Maharani mungkin. Kalau Oka jadian lagi dengan Maharani, Gantari lah yang jadi pihak tersakiti. Ya memang rumit. Tapi bukan berarti tidak bisa diselesaikan.
Pada akhirnya, Bagas hanya bisa menepuk-nepuk pelan kepala Gantari dalam diam. Ia tak tahu harus memilih kata yang bagaimana untuk menghibur Gantari. Bisa-bisa malah tambah runyam kalau dia salah pilih kata.
"Udah ah nangisnya. Lo udah dandan cantik-cantik jadi horor gitu kan jadinya klo nangis melulu. Padahal bentar lagi tampil." ujar Bagas sambil mengamati Gantari. Maskaranya luntur membuat Gantari jadi seperti berdandan gothic. Gantari meraih tangan Bagas untuk mengusap air matanya. Tangan Bagas langsung hitam-hitam belepotan maskara.
"Hiiyyy! Serem amat sih lo. Dihh!" Bagas bergidik, lalu mengusapkan tangannya ke rumput-rumput. Gantari tertawa.
"Yee...malah ketawa. Jadi seneng kan lo klo guenya riweh. Sana benerin dulu tuh muka." Bagas bersungut-sungut.
"Duh...muka gue pasti kacau balau ya...Gimana mau nyanyi kalau kayak gini..."Gantari mengeluh sambil meraba-raba wajahnya yang basah oleh air mata.
"Emang nyanyi pake muka? Ya udah sih..nyanyi ya nyanyi aja. Ga usah pake nangis." sambar Bagas. Gantari memukul lengannya pelan.
"Lah emang bener kan? Tahan dulu nangisnya. Nyanyi dulu kayak biasanya. Lo kan udah biasa nyanyi di depan orang. Harusnya udah biasa ngendaliin emosi. Ntar klo habis nyanyi masih mau nangis. Lo bisa cari gue. Gue temenin lagi." Ujar Bagas panjang lebar. Baru kali ini Gantari mendengar Bagas bicara sepanjang itu. Ditambah mendengar Bagas akan menemaninya lagi kalau dia menangis, membuat Gantari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kau Ada
Short StoryBerdiri termangu membisu...Berat tuk memulai hari... Semua sirna...hanya karena kau ada.... Short story captured from Bagas dan Gantari