Bab 4 PERTENGKARAN

9 1 0
                                    

Hari ini widia di sibukkan dengan kegiatan class meeting, seperti biasa untuk memperingati hari kemerdekaan republik indonesia. Karena anak osis mungkin kekurangan umat atau mereka menginginkan adanya partisipasi dari kelas 10 dan entah apa pun alasan mereka gue gak peduli. Tapi kalo bisa tolong jangan widia dong yang diminta bantuan. Apa mereka gak tau gue gak punya teman akrab dan gue gak bisa pura-pura bodoh dengan mencoba mengakrabkan diri.

"lo kok kantin sendiri." Tebak siapa yang datang

"temen gue udah mati, gue bunuh kemarin. Makanya gue makan sendiri."jawabku

Hari masih pagi dan aku gak sempat sarapan karena orang rumah lagi gak ada semua, ayah sama bunda lagi pergi ke rumah mbah dan sebagai anaknya yang baik gak mungkin dong gue ikut bolos sekolah biarpun sekarang lagi gak aktif karena ada acara yang diselenggarakan sekolah. Sedangkan abang gue dengan baik hatinya ikut mengasingkan diri diperkebunan tempat dia kerja, dan sekarang lebih mirisnya lagi sahabat gue ikut-ikutan suka mojok sama anak-anak osis.

"sory kali say, kan ini amanat mana bisa sih gue melalaikan tugas."

Gue cuman mengendikkan bahu doang, malas dengan alasannya. Lagian kalo masih ingat gue, bisa kan waktu istirahat bareng gue. Ini sama sekali zonk! Istirahat aja si kampret ini malah ikut mepet di anggota osis.

"lagian dikelas kan masih banyak yang lain sa, bisa kan lo bareng sama mereka dulu."sambungnya

Aku tetep diam, karena pasti ini akan berakhir dengan pertengkaran kami. Sebenarnya kami bersahabat lama bukannya gak mungkin bertengkar, kami pernah bertengkar, sering malah tapi kejadian kayak gini udah pernah terjadi saat kami masih SMP dan si kampret lebih milih organisasinya dan mantan pacarnya yang gila dari pada gue sahabatnya. Pertengkaran itu menjadi kami musuh selama satu bulan dan setelahnya setelah dia gak dipakai di organisasi dan ditinggalkan cowoknya. Kampret ini malah datang nangis-nangis dan minta maaf. Intinya gue gak pengen kejadian kayak gini terjadi lagi, cukup sekali buat kesalahan yang sama karena kalo sampek kesalahan yang sama terulang berarti lo adalah binatang yang gak punya otak, dan itu juga menunjukkan seberapa bodoh lo, gue gak mau punya sahabat gak pinter kayak kampret ini.

"sa, ini bukan saatnya buat debat. Nanti kita bisa pulang bareng, oke!"

Bulshit! Kemaren-kemarin ngomong yang sama, tapi pas udah pulang malahan ikut rapat gak jelas.

"yuk wid, itu mereka pada nungguin."itu suara cewek yang ada disebelah widia dan gue gak kenal

"lisa"panggilnya lagi

"terserah."jelas singkat dan padat, udah muak gue terserah dialah mau ngapain. Hak apa gue ngelarang-ngelarang dia

"lo duluan aja kak, gue makan disini aja sama sahabat gue.gue nitip pesen aja kak, maaf kali ini gak bisa gabung."

"oke deh nanti gue bilang sama ketuanya. Gue duluan bye."

Ku lihat widia duduk di kursi depan gue, keadaan jadi canggung dan gue gak perduli. Gue lanjut makan aja. Walaupun sebenarnya nafsu makan gue sudah hilang entah kemana

"sa sory, sory banget." Aku masih tetep diam "ngomong dong sa, gue kan udah ada di sini nemenin lo. Masa lo gak hargain gue."

Gue angkat kepala gue yang tadinya nunduk, gue tatap matanya. Bisa gue liat di gugup

"kalo lo gak mau disini gue gak maksa, lo gak budek kan gue tadi bilang apa TERSERAH! Yang artinya mau lo jungkir balik gue gak peduli."jawabku sengit

Mata widia berkaca-kaca setelah gue mengeluarkan suara. Gue rasa udah cukup gue sabar dan ngerti kalo dia lebih milih organisasi gak pentinya itu bahkan gue kasian sama dia udah kayak babu disuruh- suruh sama kakak tingkat sok berkuasa.

"kok lo disini, kan di grup gue udah bilang kalo pagi kita kumpul dulu buat bahas perkembangan acara ini dan lo kan bagian penanggung jawab acara wid. Gimana sih." Ucap cowok yang datangi meja gue, yah siapa lagi kalo bukan ketua osis sok bijak dan berkuasa itu.

"sory kak, pagi ini gue bener-bener gak bisa. Tadi gue juga udah nitip pesen kok sama kak citra."

"lo gimana sih, kok gak tanggung jawab. Ini acara besok udah mulai jangan malu-maluin lo"tunjuknya "lagian gue kan udah nanya dulu ke elo sebelumnya sanggup apa enggak, jadi bukan salah gue kalo gue nagih kesiapan divisi elo." Widia Cuma nunduk gak berani jawab

Astaga gue bener-bener pusing kali ini, gila semua deh kayaknya manusia disini.

"dan gue gak bisa terima alasan lo, bisa-bisanya lo gak bisa hanya karena nemenin temen lo ini." tunjuknya ke gue, secara otomatis gue natap dia "acara osis ini lebih penting dari pada temen gak jelas lo ini."

Aku berdiri dihadapan ketua osis gila ini, ku tunjuk muka dia

"asal lo tau , organisasi lo yang gak guna sama sekali. Bisa-bisanya semua orang lo suruh-suruh udah kayak babu lo."

"eh, jaga ya ucapan lo. Lo masih siswa baru disini jaga sopan-santun lo!" hardiknya

Kantin sekarang udah jadi tontonan anak sekolah, semula kantin yang sepi karena masih pagi mendadak rame.

"emang gue murid baru yang bilang gue senior siapa? Dan yah ketua osis yang gila hormat apa perlu gue yang ajarin lo sopan santun."

"LO!" dia udah marah terlihat jelas dari wajahnya yang memerah dan dadanya naik turun

"udah iz, kita jadi bahan tontonan anak-anak nih."ucap citra

"dasar bocah! pantes aja makan masih minta di temenin. Gue bingung gimana orang kaya lo bisa masuk ke sekolah ini, oh iya pastinya ada bantuan orang tua lo dong." Dia tersenyum, yang menurut gue itu senyum paling menjengkelkan. Dia belum tau aja lawan sama gue

"lo pinter apa blo'on sih, jelas lah gue masuk sekolah atas dasar bantuan orang tau gue. Emang lo bisa masuk sekolah gratis, gimana caranya lo bisa bayar spp tanpa duit mereka, gimana caranya lo beli baju sekolah tanpa duit mereka. Lo gitu ja gak tau, sebenarnya lo ini sekolah SD lulus gak sih?"

cowok kayak gini cara menghadapinya jangan terlalu pake urat karena udah pasti bisa menimbulkan efek tua di wajah kita mereka orang-orang yang kayak gini semakin merasa menang ketika kita berhasil terpancing masuk keperangkap mereka

"dan gue ingetin sekali lagi ke elo wahai ketua osis yang gila hormat, organisasi gak guna lo itu gak bisa bayarin sekolah gue. Gue sekolah bukan untuk jadi babu buat orang-orang gila hormat kaya lo."

"untuk lo wid, gue rasa lo gak budek. Dengan apa yang gue omongin tadi."

Gue segera pergi dari kantin. Kalo gue egois emang iya, gue sekarang sendiri semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan ninggalin gue sendiri

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


terima kasih buat yang udah baca, semoga suka dan part ini lebih panjang dari biasanya saya post dan saya minta saranya buat pembaca. terima kasih

IMPOSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang