1

17 6 3
                                    

"Pliss, Chaya janji bakalan ngikutin semuanya yang kakak bilang tapi Chaya cuman pengen sekolah"

"Tapi Cha. Kamu ngga boleh kecapean sama sekali, ingat kamu bisa kritis bahkan mati kapan aja kalau detak jantungnya tiba tiba ngga beraturan"

Chaya hanya diam menunduk, Alyssa yang seharusnya membujuknya malah menjadi merasa bersalah. Ia mulai memikirkan cara lain, mungkin ia bisa mempercayai Chaya untuk pergi ke sekolah.

"Selama kamu ngikutin semua kata kami, dan bisa ngejaga detak jantungmu dengan normal. Kamu boleh sekolah," Chaya menatap Alyssa dengan mata berbinar.

"Tapi kamu harus janji satu hal..." lanjut Alyssa. Ia membisikkan sesuatu di telinga Chaya.

Chaya agak terkejut dengan janji yang harus ditepatinya. Tapi demi bisa masuk sekolah lagi ia menerimanya.

"Ok, besok kamu boleh sekolah." Chaya turun dari kasurnya dan berjoget joget kegirangan, Alyssa panik. "Cha, ingat jangan sampai naik," Chaya hanya menganggukkan kepalanya.

Ia memegang dada sebelah kirinya memastikan detak jantungnya normal, agak lebih cepat dari biasanya. Seperti biasa ia mulai batuk dan sesak nafas, Alyssa berdiri dan membantunya untuk duduk dengan pelan.

Chaya mencoba menarik nafas setenang mungkin, butuh sekitar 10 menit untuk bernafas dengan normal lagi.

"Sudah dibilangin, nanti bisa nanganin sendiri?" Chaya hanya mengangguk dengan tatapan penuh arti.

"Ok aku keluar, jangan lupa makan malam dan minum obat" ucap Alyssa sambil melambaikan tangannya tanpa berbalik. "I love you Alyssa!" ucap Chaya setengah berteriak, meski itu sudah terdengar ke seluruh lorong C3. Mereka sudah terbiasa mendengar Chaya berbicara dengan suara keras, lagipula kamarnya agak kedap suara.

Chaya merebahkan dirinya setelah memastikan ia memakai oksigennya. Ia memeluk Olive, dan masih saja memukul mukulkan kakinya ke kasur karena saking senangnya.

Lagi lagi batuk dan sesak napas.

Chaya duduk dengan hati hati dan mengulang mantranya setiap kali dirinya sesak napas.

Tenang, tarik, hembuskan

Tenang, tarik, hembuskan

Tenang, tarik, hembuskan

Setidaknya terkadang mantra itu berhasil. Chaya kembali merebahkan dirinya dengan rileks. Menarik nafas sebanyak yang ia bisa, sebelum oksigennya tak dapat ia capai.

Chaya menyalakan laptopnya dan menonton youtube, beberapa vlog tentang orang yang sedang berlibur keluar negeri. Ia menontonnya sambil memakan makan malamnya, hanya nasi goreng spesial dari Chef Alex. Seperti biasa.

Ia juga memakan obatnya yang super banyak bagi orang yang malas minum obat seperti dirinya. Tapi demi bisa kesekolah besok ia rela mengikuti semua pengobatan yang harus ia jalani.

Chaya sudah berada dirumah sakit ini selama hampir 6 bulan. Meski sebelumnya keluar masuk. Jadi sebenarnya sudah lebih lama dari 6 bulan, tapi Chaya mulai menetap disini selama kurang lebih 6 bulan. Jadi ya... tidak terlalu lama.

Akhirnya  semua orang mulai tenang, Chaya bisa bersantai dengan mudah. Akhir akhir ini ia sering membuat video untuk mengabadikan kesehariannya atau hanya ingin sekedar bercerita keluh kesahnya selama dirumah sakit.

Ia sudah agak capek setelah merekam dirinya dan menonton banyak video, akhirnya ia pun memutuskan untuk tidur.

-----------------------------------------------------------------
Chaya bangun lebih pagi dari siapapun, bahkan semua lorong terasa sangat sepi. Meski beberapa perawat lalu lalang tapi tetap saja sepi. Mereka tak banyak bicara saat makin larut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang