Prolog

4.5K 230 16
                                    

Bahagia, bahagia, dan bahagia lagi. Siapa yang tidak menginginkan hal tersebut? Pasti semua orang menginginkannya. Namun, bagai bintang yang begitu sulit digapai, begitulah gambaran kebahagiaan bagi orang yang kurang beruntung mendapatkan hal tersebut. Sekalinya mendapatkan, rasanya bagai menang lotre puluhan juta. Ya, sebegitu berharganya kebahagiaan bagi orang yang sering mendapatkan luka.

Terbangun ditengah malam yang begitu sunyi dan diselimuti oleh luka yang tidak hentinya menyakiti, bukanlah hal yang diinginkan oleh Kalu. Namun, mau bagaimana lagi? Inilah yang terjadi saat ini.

Terbangun karena mimpi buruk, lalu menangis karena mimpi itu terus berputar dalam pikirannya tanpa henti bagai kaset yang begitu sulit untuk dihentikan. Hal tersebut rasanya sudah menjadi kebiasaan gadis itu. Mimpi buruk, menangis, dan tidak bisa tidur kembali.

Sebagai dunia yang begitu kejam, sudah pasti hampir keseluruhan manusia yang ada dimuka bumi ini melewati jalan hidup yang begitu lika-liku. Jalan lika-liku yang identik dengan tikungan yang dipenuhi oleh takdir yang tidak menyenangkan. Tikungan yang begitu berbahaya dan takdir yang tidak menyenangkan, mampu membuat manusia terluka bahkan meninggal.

"Setidaknya, jika tidak bahagia di dunia. Aku berharap suatu saat nanti aku akan bahagia di akhirat. Tanpa beban pikiran dan tanpa masalah yang begitu menyiksa hidupku--02.07."

Tiga kalimat untuk malam ini. Ia selalu saja menulis dalam diary abu-abu polosnya ketika terbangun ditengah malam.

Bukan apa, alasan mengapa ia menulis kalimat-kalimat dalam diary hanya untuk meluangkan isi hati, menghindari sakit hati yang berlebihan, walaupun ia tahu hal ini tidak terlalu membantu menghilangkan rasa sakitnya. Namun, setidaknya rasa sakit itu tidak bertambah hanya karena hal sepele seperti ini.

Malam ini masih seperti malam-malam sebelumnya, sepi, dingin, sunyi, dan menakutkan. Tidak pernah ada istilah menyenangkan dan menenangkan dalam hidupnya selama dua tahun ini. Hanya sepi, sunyi, hambar, dan luka yang ia rasakan. Sungguh pedih hidupnya.

Hidupnya menang menyedihkan. Namun, ini dunia! Ia bukanlah seseorang yang istimewa dan spesial dalam pandangan dunia, karena dalam dunia ini ada jutaan manusia. Masing-masing manusia yang ada di dunia ini memiliki kisah sendiri. Bahkan mungkin ada manusia diluar sana yang lebih menyedihkan kisah hidupnya dibandingkan dengan dirinya. Kenyataan itulah yang membuat ia tidak mau menuntut lebih dari takdir dunia ini. Jika takdirnya mendapatkan luka? Lantas mengapa jika seperti itu? Itu takdirnya dan dirinya harus menerima walau dengan berat hati.

❄️❄️❄️
_

_

_

_

_

Bersambung ....

Hanya sebuah imajinasi yang dituangkan dalam cerita, jadi jangan bawa perasaan membaca cerita ini. Awas, kedepannya kalian bakal dihantam oleh kisah menyedihkan Kalu. Jadi, siap-siap tanam dipikiran kalian, kalau ini hanyalah sebuah cerita, bukan kisah nyata.

Juga ini adalah hasil pikiran dan tulisan Author sendiri, jangan sampai ada yang mengatakan, "Karyanya mirip dengan karya si itu." Stop, mengatakan hal itu, karena sungguh itu menyakiti hati para author.

Oh ya, ini bukan cerita baru melainkan cerita lama yang aku revisi habis-habisan.

Hufff, sampai jumpa di bab 1, jangan lupa sapa Author lagi di sana, juga jangan lupa tinggalkan jejak di sini. Setidaknya vote doang lah. Terima kasih, kalau udah vote. Kalau tidak mau vote tidak masalah.

4 Juli 2022
_

_

_

Salam Cinta:
AfiCahayaPelangi

Diary Luka (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang