DZIO POV
Hingga saat itu gue tau nama dia, dan ternyata sahabat dia sekelas sama gue, ya gue gamau sia-siain kesempatan emas itulah, gue selalu tanya-tanya perihal Vanka ke Redhyta, dari nama lengkap, tanggal lahir, sifat dia, dan masih banyak lagi. Hingga akhirnya gue memutuskan untuk...
Memberanikan diri buat ngedeketin dia. Huftt.. asli gue deg deg an banget, cara gue bisa dibilang norak, tapi ya udah lah, gue mencoba mengetik di layar hp gue untuk meminta save ke Vanka. Dan yes.. akhirnya dia save nomer gue. Keesokannya, gue denger dari temen gue si Rendy kalo ternyata Vanka suka sama temen sekelasnya, namanya Anggra.
"Wahh.. parah ni, si tukang marah keknya kepanasan, woy kipas mana woy" ucap Rendy si tukang kompor.
"Lo apaan sih Ren, gue jitak juga lo" garang Dzio.
"Eh eh ampun dong abang" Ujar Rendy dengan nada cewek.
Dzio yang kesal itupun diam di bangkunya, tidak mendengarkan guru, dia meletakkan tangan dan kepalanya ke meja.
Tak lama kemudian..
"Eh woy Dzio!" kaget Rendy
"Ck, apaan sih" ujar Dzio masih dengan posisinya.
"Lo liat itu" ujar Rendy
"Ada apaan, males gue" Ucap Dzio
"Vanka, Dzi!" ucap Rendy agak keras
Dzio langsung menoleh.
Deg!
Mereka saling bertatapan selama beberapa detik.
Vanka POV
Gue sebenernya males banget disuruh beginian, tapi gimana lagi ini tanggung jawab gue sebagai sekretaris Osis dan Rohis yang sholehah, baik hati, dermawan dan tidak sombong. Gue disuruh sama Bu Heni buat umumin mengenai zakat buat kegiatan pesantren Ramadhan bentar lagi, ke tiap-tiap kelas terutama kelas XI.
"Ishh.. Lo duluan geh Fa, gue merinding nih" ucap gue ke Zulfa setelah sampai di depan kelas XI IPA 2.
"Eh eh apaan lo, kagak mau gue, lo duluan sana" ucap Zulfa sambil dorong gue
"Buset, gue kan udah tadi di 2 kelas masak lo ga adil sih, ah sahabat cem apa lo" gantian gue yang dorong Zulfa
"Gue ga berani, ada gurunya, lo liat tu" tunjuk Zulfa sambil dorong gue. Lagi.
"Lah lo kira gue tadi masuk kaga ada gurunya apa" kesal gue
"Woy Fa, ada apaan? Masuk aja kali" bisik ketua kelas disitu dari kejauhan.
"Yaudah, gue masuk duluan, tapi lo yang ngomong, oke" ucap Zulfa tiba-tiba membuat perjanjian.
"Lah lah apaan lo tiba-tiba nyuruh... ehh.. ehh..." belum selesai gue bilang, Zulfa sudah menarik gue kedalem kelas angker tersebut.
"Assalaamu'alaikum, bu saya dengan teman saya ingin mengumumkan untuk pengumpulan zakat di kelas ini" ujar Zulfa
"Wa'alaikumussalaam, oh ya silahkan," ucap guru tersebut.
"Ngomong gih Van" bisik Zulfa, sambil menyenggol lengan gue.
Gue meneguk ludah, daritadi gue masih nunduk, ngeliatin sepatu gue, jujur gue malu sejak gue masuk, semua mata ngelihat gue, karna topik Dzio yang suka sama gue itu udah kesebar, nama gue dikenal dimana-mana, di kelas XI IPA 2 bahkan hampir 1 angkatan.
"Ayo dong lama banget."ucap salah satu murid kelas itu.
Akhirnya gue memberanikan diri, ngangkat kepala gue. Dan yang bikin gue merinding, saat itu juga, pertama yang gue liat disitu, Dzio. Gue akhirnya memutus kontak mata itu setelah beberapa menit dan langsung berbicara.
"Assalaamu'alaikum, disini ada yang ingin mengumpulkan zakat hari ini?" tanya gue dengan singkat, karena gue udah gugup seperempat mati, dan gue mulai berkeringat dingin.
Hening
Ga ada yang menjawab, semua tertuju pada muka gue.
"Aishh.. ngapa malah ngeliat muka gue semua" ujar gue dalam hati
"Kalau tidak ada, ya sudah terima kasih, Wassalaamu'alaikum" ucap gue
"Woy Dzio, itu si Vanka, ciee Si Dzio kaga jadi galau nih guys, bwahahah" ujar Rendy dengan cukup keras
"Ahaha, cieee Dziooo" hampir sekelas meneriaki Dzio, saat itu pula dengan secepat kilat gue keluar kelas, original malunya gue saat itu.
"Woyyy... Vann, gue kok ditinggal sih"ucap Zulfa sambil menetralkan jantungnya yang ngejar gue.
"Lo sih, ini yang gue takutin kalo ke kelas itu, bikin phobia aja lo"kesal gue
"Hehe, ya maap Van, btw itu catetan yang udah ngumpulin jangan di remuk gitu juga kali," ujar Zulfa
"Nih pegang lo aja!" gue langsung ninggalin Zulfa.
----------
Sepulang sekolah..
"Gue duluan ya Van, babay" ucap Zulfa pada Vanka, ya, baru beberapa jam yang lalu, mereka baikan lagi
"Gue juga ya Van" ujar Syifa juga sambil melambaikan tangan.
"Yoi babay" jawab Vanka sambil menyelesaikan tugas piketnya.
Setelah selesai, Vanka mengunci pintu kelas dan bergegas pulang. Diantara anak yang lain, Vanka lah yang paling rajin dalam hal kebersihan, tapi yang lain rajin juga kok, cuma ga serajin Vanka aja.
Sesampainya di lapangan Volly Vanka berjalan, Vanka melihat dari belakang seperti ada segerombol anak laki laki, Vanka langsung menerobos dan tidak sengaja melihat tas yang dia kenali.
"Eh itu kan tas Dzio, atau jangan-jangan.." Ucap Vanka dalam hati.
Vanka pun berjalan bak menggunakan sepatu roda, cepat banget buset.
"Ssstt.. Vanka tu" Ujar Dika, sambil menunjuk menggunakan dagunya pada Dzio
Dzio pun menoleh, namun setelah beberapa langkah Vanka berjalan dengan cepat, Tali sepatu Vanka lepas, dan mau tidak mau tali sepatu Vanka terinjak dan hampir terjatuh
"Eh buset sepatu syaiton" ucap Vanka dengan sedikit berbisik pada sepatunya
Dzio kaget, sedangakan temannya berusaha dengan sekuat tenaga menahan tawa.
Vanka pun melanjutkan jalannya dengan berhati-hati.
"Ah malu maluin lo sepatu, ngapain talinya lepas ditempat yang ga tepat sih ah, gada akhlak lo" ucap Vanka pada sepatunya sendiri, dan pastinya dengan ditatap oleh adek kelasnya dengan wajah heran, ada juga yang sedikit bingung, karna di depan gerbang sekolahnya masih lumayan banyak siswa yang belum di jemput.
----------
SO WADAB WADIDAB GUYS, AWKAWKO:v
GIMANA NIH, MAAP KALO RADA GJ ATAU GJ BANGET CERITANYA
OH YA CERITA INI LEBIH BANYAK NYERITAIN DI SEKOLAH DARIPADA DI LUAR SEKOLAH, KARNA KYK LEBIH SERU AJA GITU:(
DON'T FORGET VOTE AND COMENT-!!!
THANK YOUU..
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionKehadiranmu tepat, saat dimana hatiku berada dalam kondisi ibarat sebuah kaca yang sengaja dilempar setinggi-tingginya lalu dijatuhkan sejatuh-jatuhnya sehingga pecah dan hancur. Namun di sisi lain ada yang mengambil kaca yang sudah hancur itu dan m...