"Gan, gimana penelitian lapangannya?"
"Prof. Bayu kemarin turun langsung?"
"Terus gimana, Gan? Seru nggak?"
"Kok lo balik ke kantor lagi? Bukannya belum kelar penelitian lapangannya?"
"Gan..."
"Ganis..."
"RENGGANIS!"
"Apa sih, Gala? Jangan rusuh, deh," kesalku karena tingkah laku rekan kerjaku yang satu itu sangat rusuh.
Oiya, aku belum berkenalan. Perkenalkan aku adalah Rengganis Adiratna, biasanya orang-orang memanggilku Ganis. Aku berumur 25 tahun. Wanita karier yang bekerja di salah satu lembaga penelitian non-profit; Procalisme. Aku berada dalam naungan Division of Historical Research and Information Development (DHRID) atau singkatnya divisi yang melakukan penelitian ulang mengenai sejarah dan penelusuran informasi dan arkeologi yang belum pernah terkuak keberadaannya. Sounds cool, right? Aku memiliki tugas dalam divisi ini, menjadi anggota dalam research project di lapangan atau terkadang menjadi penghimpun informasi yang ditemukan di lapangan. Namun, baru kali ini aku diberi perintah untuk mencari tahu mengenai informasi personal tentang seseorang, Zwestisia Janiasetya.
"Ih, gue kan mau tau tugas lo di project ini. Masih jadi anggota lapangan? Tapi kayanya nggak mungkin, soalnya sekarang lo lagi ngantor dan gak ada tanda-tanda mau buruan cabut ke lapangan lagi. Mau himpun informasi lapangan?" Ujarnya cerewet. Gala memang secerewet itu.
Gala adalah salah satu rekan kerjaku. Ia juga berada di divisi yang sama denganku. Namun, tugasnya adalah menyelediki jejak informasi digital objek penelitian yang tengah digarap oleh divisi kami. Kemampuannya patut diacungi jempol. Dia memang hebat kalau perkara korek-mengorek informasi digital. Maka kali ini, aku biarkan dia tenang dengan membalas kecerewetannya itu karena aku akan meminta bantuannya, jika aku kesulitan mencari informasi terkait Zwestisia Janiasetya, salah satu warga Okidarkia itu.
"Gak, gue lagi ditugasin sama Prof. Bayu buat nyari informasi personal. Jadi, kemungkinan gue bakalan stand by di kantor akhir-akhir ini, but I don't know for sure, mungkin juga gue bakalan nyari informasi orang ini di lapangan."
"Yah, gak seru. Gue gak bisa titip foto alam lagi, deh. Kan lo emang penyuplai foto-foto buat gue upload sosial media." Lihat. Dia malah pundung karena aku stand by di kantor. Luar biasa nggak punya adab.
"SAMPAH LO, MANGGALA"
-----------------------------------
Prof. Bayu kantor DHRID
Ganis, besok saya ke kantor. Temui saya jam 9 pagi, di ruangan saya ya.
Ini terkait dengan Zwestisia Janiasetya.
Jangan lupa, Ganis.
19:00
Anda
Baik, Prof. Terima kasih.
Siap, Prof. :)
19:10
Aku sudah di kantor dari jam 08:00. Kerjaanku hanya duduk-duduk saja, sembari melalukan penelusuran singkat mengenai Zwestisia Janiasetya. Aku mendapat fakta baru bahwa ia adalah seorang mahasiswa Okidarkia dan pernah tinggal di Kveleria, sebuah negara yang letaknya jauh dari negara asalnya, Okidarkia. Hanya informasi itu saja yang bisa kutemukan. Tidak ada informasi tambahan mengenai Wesya.
"Huft..." Lelah, aku tak mendapat informasi yang ku harapkan. Sejenak aku lihat jam dan menunjukkan pukul 08.55, aku harus segera bersiap untuk menemui Prof. Bayu.
"Ganis, ini dokumen peninggalan Wesya yang bisa saya dan tim temukan sejauh ini." Prof. Bayu menyerahkan sekardus besar yang berisi buku, dokumen, atau benda-benda lain milik Wesya.
"Saya harap kamu bisa menjaga barang-barang pribadi milik Wesya dan ingat selalu bahwa jangan menyebarkan informasi apapun ke pihak eksternal. Kita simpan informasi ini hanya di divisi kita, kamu bisa minta tolong anak Digital Information (Bahasa Inggrisnya penelusur jejak), si Manggala, Narayaka, atau Kinarsih. Saya sudah memberitahu mereka untuk membantu kamu, jika kamu kesulitan dalam menjalankan tugas ini." Prof. Bayu memberikan banyak wejangan sekaligus memberikan kardus yang berisi banyak dokumen itu.
"Prof., saya penasaran, kenapa saya sulit mendapat informasi rinci mengenai Zwestisia via internet? Saya hanya mendapatkan sedikit fakta bahwa ia melanjutkan jenjang perguruan tinggi di negaranya sendiri dan menemukan riwayat domisili bahwa ia pernah tinggal di Kveleria. Padahal jarak antara Okidarkia dan Kveleria sangat jauh dan berada di belahan bumi yang berbeda."
"Telitilah profilnya. Kelak kamu akan menemukan jawaban atas pertanyaanmu sendiri, Ganis."
Prof. Bayu hanya menanggapi pertanyaanku dengan pernyataan misterius, seolah aku mendapat misi sekaligus tantangan untuk mencari lebih lanjut mengenai sosok Zwestisia Janiasetya ini.
Kenapa Wesya ini masih menggunakan dokumen fisik?
Kuno sekali.
Apa ia tidak bisa memanfaatkan teknologi dan kemajuan peradaban negaranya sendiri?
Kenapa pula Prof. Bayu malah memberikanku sekardus penuh yang berisi dokumen ini?
Tidak fleksibel sekali.
Seharusnya Prof. Bayu bisa saja mengirimi dokumen ini via Procalista, aplikasi daring untuk mengirim pesan dan dokumen rahasia yang hanya digunakan oleh lembaga kami.
Apa ada hal penting dari dokumen fisik ini?
Apa itu suatu pesan tersirat?
Zwestisia Janiasetya, kamu ini sebenarnya siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
FOLKLURE
Historical FictionApa yang akan kamu lakukan ketika negaramu adalah salah satu negara yang memiliki peradaban maju di seluruh dunia? Senang? Euforia? Jumawa? Bangga? Tapi tidak dengan Zwestisia. Ia muak dan tak tahan dengan ini semua. Kehidupan dikontrol, interaksi v...