Malam itu langitku mendung, entah kenapa. Menyisir jalan sepi, perlahan aku menemukan sosokmu di ujung sana, di bawah lampu temaram. Seolah takut akan gelap, kakimu tiada melangkah keluar cahaya. Bahkan bayangmu saja seperti takut termakan gulita. Aku terkekeh melihatmu berusaha menyembunyikan siluet dari bulan.
Orang-orang tak percaya malaikat. Akan tetapi, melihat wujudmu yang begitu tenang tersiram cahaya—meskipun itu hanya pendar lampu jalan—aku jadi ragu tentang kata orang-orang. Malaikat itu nyata, dan ia turun ke bumi dengan rupa dirimu yang indah itu. Yang terkadang bahkan membuatku takut hanya untuk sekedar mengerjapkan mata—kali-kali saja kau berniat hilang dari radarku.
Mungkin saja, memuja adalah keahlianku. Bagaimana tidak: berdirinya kau satu meter dariku saja bisa membuat tubuhku panas dingin. Senyum yang kau ukir—meskipun untuk orang lain—bahkan bisa jadi bait puisi. Aku aneh—atau sebenarnya kau yang aneh? Sihir apa yang kau punya sampai-sampai aku jadi tersesat dalam labirinmu, hah?
Dalam diam, aku berbisik: Jangan pernah hilang dari hidupku ...
Akan tetapi, sebenarnya, aku malu telah berkata begitu.
Bukannya sejak awal kau tidak pernah tertarik melangkah masuk, merumahkan dirimu, padaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Percobaanku Menulis Tentang Kamu | ✓
General FictionTidak ada akhir dari rasa yang tidak pernah diberi awal untuk tumbuh menjadi subur-tapi, kamu bilang, kamu suka memupuk rasa rindu? ** zahrashaffa © 2020