Bertahun-tahun setelah tangisan mengering. Masih terbesit benci di hati.
Insiden tragis yang tak pernah ku lupakan. Masih tergores darah basah hingga kini.
Butiran air mata tak kan habisnya berderai dikala aku mengenang peluknya. Ya aku merindukan nya.
Merindukan orang yang pergi sebelum waktunya. Dan 'dia' datang tanpa berdosa membuat goresan, pekikan dan rintihan.
Kau kira aku bodoh hingga melupakan semua?? Haha tidak.
Aku kembali menggandeng duka yang kian memburu.
Untuk semua yang pernah kau lakukan pada ku.
Kan ku balas semuanya dengan tatapan sendu yang membawa keegoisan haru.
Gemuruh hatiku menjerit ingin segera menghabisi mu. Aku sungguh membenci mu.
Tuhan..
Izinkan aku meluapkan itu sekarang..
Hanya untuk menghapus pertanyaan yang tak kunjung ku dapati jawaban pastinya.|~|~|
Lamunan ku buyar ketika suara pintu terbuka lebar seakan angin ingin masuk dan ingin tau suatu hal.
"Hari ini kau tidak istirahat dan makan?" tanya Renal, rekan kerja ku.
"Kau tak melihatku sedang santai kah?" Kesal ku.
"Aku lihat. Tapi tangan mu masih menyentuh dokumen menyebalkan itu." Ucapnya.
"Apa kau bisa keluar? Aku ingin sendiri!" Kataku geram.
"Baiklah. Aku tak akan mengganggumu bersama dokumen yang sudah mendarah daging terlihat tidak nyata dengan sifat kerasmu!" Balasnya lengah dan menutup pintu kasar.
Aku merancau tak jelas. Aku tak tau tujuan hidup ku. Yang ku tau hanya satu. Kau akan ku dapati hingga ku goreskan luka yang sama persis kau lakukan untuk ku.
°°°°°
Hari ini aku malas untuk kembali kerumah. Tak ada seorang pun dirumah. Hanya bi Inem saja yang bertugas sebagai asisten rumah tangga.
"Huffft ke apartement saja lebih baik."Ku lajukan mobil ku pelan agar bisa menikmati jalanan yang begitu padat dengan orang-orang yang tak sabar ingin menginjakkan kaki kerumah.
Sungguh aneh, mengapa mereka begitu menyayangi keluarganya? Padahal itu sangat menganggu pekerjaan.
"Grrrrrrrr" suara perut ku tak mau diam.
Ah aku lapar.
Ku banting setir untuk mengunjungi tempat makan di sisi jalan kota. Macet yang sedari tadi ku lewati membuat ku muak, ingin rasanya aku keluar dan menghempaskan semua kendaraan mereka dan ku lajukan mobilku.Sepertinya ini cocok untuk ku nikmati.
Aku berhenti disebuah restoran Nusantara dan memesan ayam bakar Taliwang dan juice jeruk.Aku tak menyukai keramaian. Bagiku itu sangat tidak nyaman. Aku memang seorang CEO dan bertemu dengan beberapa orang serta mengikuti rapat tapi setelah itu aku langsung kembali ke kantor ku.
Sangat jarang aku bercengkrama dengan orang-orang yang menurut ku tidak penting. Hanya buang-buang waktu saja!
Selesai makan aku langsung ke apartement dan mengistirahatkan tubuhku yang selalu ingin merebahkan diri di kasur yang empuk.
Kali ini pikiranku sangat kacau. Entah mengapa, tidak biasa nya seperti ini.
Hidup ku bebas tanpa ada kendala ataupun gangguan dari siapa pun.
Tak ada ayah yang selalu mendukung usahaku.
Tak ada ibu yang selalu menyemangati hari-hariku.
Tak ada adik yang bisa bermain dan bertukar pikiran denganku.
Ku anggap semuanya tidak ada.Tak ada siapa pun di dunia ini.
Aku sendiri, aku bisa sesuka hatiku mau berbuat apa. Bagiku harta sudah mencukup membuat hidup ku bahagia.
Kesuksesan yang ku dapati saat ini adalah hasil jerih payah ku bertahun-tahun.Hahaha aku bahagia.
Bahagia bisa melakukan apapun yang aku mau.Tak ada hari yang spesial bagiku. Semuanya sama. Ya sama.
Bekerja, bekerja, dan bekerja. Itu sudah cukup bagi kuAku~ Ednan Dafiq Pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIMAWARI PERTAMA
Teen FictionBagaimana rasa cinta itu diukur dengan membayar semua kepedihan?? '_' Bagaimana hanya mencintai sepihak? -,- Bagaimana cinta timbul karena dendam? °_° Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? * * ~aku, Tama. Jangan lupa tinggalkan jejak ya😆 agar aku bisa k...