Suara langkah kaki beradu memenuhi telingaku. Aku menatap jam baby blue yang bertengger di tanganku. Lima menit lagi bel sekolah akan berbunyi, wajar saja jika lapangan terlihat ramai. Aku mendapati seorang namja dengan rambut berwarna hazelnutt berlari ke arah yang berlainan.
Namja itu berlari dengan membawa tas gitar berwarna army di punggungnya. Mau kemana pagi-pagi seperti ini? Mataku tertuju pada mobil van hitam yang ia masuki dengan beberapa orang yang membawa berbagai macam alat musik. Mungkin perwakilan sekolah dari jurusan musik? Aku memilih untuk membuat coretan di buku gambarku.
"Han Raemi! Annyeong!" sapa seseorang. Yeoja itu menarik kursi disampingku dan meletakkan tasnya.
"Yuji! Kau pasti telat lagi." tebakku.
"Tak ada kata untuk tidak terlambat di kamusku. Oh iya, aku lupa mengerjakan tugas etika. Raemi-ya, bolehkah kupinjam? Hehe." Aku mengeluarkan buku catatanku dan memberikan padanya. Yuji menyalin catatanku sementara aku kembali mencoret-coret buku gambarku, membuat sebuah sketsa namja yang aku perhatikan barusan.
Senior High School, salah satu tempat awal sebuah cerita dimulai. Peralihan dari masa anak-anak menjadi seseorang yang sedikit dewasa. Banyak sesuatu yang harus ditentukan seorang diri, salah satunya tentang masa depan. Aku masuk sekolah seni karena memang kemauan orang tuaku, untuk melanjutkan sanggar seni yang mereka dirikan. Walau memang aku juga menyukainya, setidaknya hal ini masih ingin kulakukan.
Aku menatap papan tulis yang sudah terisi penuh oleh tulisan Jung ssaem. Salah satu guru matematika favoritku, beberapa orang suka menggosipkan dirinya karena terlalu galak dan suka menindas para murid, nyatanya beliau hanya ingin anak didiknya menjadi orang yang disiplin. Aku pernah mendengar cerita beliau yang rela pergi ke Busan hanya untuk membujuk siswanya yang ingin putus sekolah karena masalah orang tuanya. Ya, masa SHS sedikit menakutkan.
"Raemi, setelah ini bantu kumpulkan tugas yang lainnya dan pergi ke ruang guru." Perintah Jung ssaem. Aku mengangguk memahami perintahnya. Menjadi ketua kelas merupakan salah satu tugasku selama di sekolah ini.
Aku melihat sekitar, berjalan dengan 40 buku tulis ditanganku sambil memandangi objek yang ingin di gambar nanti. Tapi saat melewati ruang musik, mataku menangkap sosok namja yang sedang memainkan piano. Aku tak tau banyak tentang lagu yang biasa dimainkan untuk piano, tapi lagu ini milik Yiruma, seorang pianis dari jepang.
Tangannya bermain sangat lincah, tak ada satupun nada yang terlewat darinya, tanpa sebuah partitur, ia menghafal semua not musiknya. Keren. Kata itu muncul dipikiranku. Aku berniat untuk menggambarnya, tapi lupa kalau tanganku masih penuh dengan buku tulis matematika. Aku pun mempercepat langkahku ke ruang guru untuk mengumpulkan buku-buku ini.
Sesampainya diruang guru, aku berdiri di depan meja Jung ssaem. Sebuah poster perlombaan melukis terlihat jelas di atas buku presensi miliknya.
"Thank you Han Raemi." Kata Jung ssaem. Aku mengangguk. Sekali lagi aku melirik poster itu.
"Kau mau mengikutinya?" Tanya Jung ssaem. Aku membulatkan mataku, sepertinya Jung ssaem menyadarinya.
"Daftarkan saja Raemi. Dia yang terbaik dari yang lainnya. Seperti Jungkook. Yah, walau dia sempat tidak fokus saat lomba tadi." Kim ssaem tiba-tiba bergabung dengan obrolan.
"Tetap saja harus menanyakan kesiapan dirinya. Jangan memaksakan kehendak orang lain." Kata Jung ssaem. Aku terdiam, menunggu ucapan atau perintah selanjutnya dari Jung ssaem.
"Poster ini akan di pasang di papan pengumuman, kau boleh mendaftar kalau kau ingin. Nanti akan ssaem data. Sekarang kau boleh kembali ke kelas" Kata Jung ssaem. Aku menggangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
WITH YOU
FanfictionAku akan selalu mencintaimu dan selalu bersamamu sampai kapanpun. Ketika rasa ini kupendam, aku selalu was-was takut ketahuan olehmu, tapi saat aku tau kita punya rasa yang sama, jantungku selalu kau buat tak beraturan. Akankah selalu seperti itu? W...