yang sedang duduk di depan seungmin sekarang adalah felixㅡterfokus pada game di ponselnya. sedangkan changbin duduk di sebelah seungmin, baru saja datang dan memesan kopi.
seperti biasa, seungmin menghabiskan malamnya bersama teman-temannya. ada hyunjin juga, tapi ia sedang pergi. ada urusan sebentar, katanya.
felix adalah teman yang baik, kadang kali ia dijadikan objek candaan seungmin, tapi felix tidak pernah marah. sedangkan changbin, teman yang baik juga, tapi sering sekali berbeda pendapat dengan seungmin. orang yang hanya sekilas melihat seungmin dan changbin akan menganggap mereka tidak cocok untuk berteman. padahal, bagi mereka, berbeda pendapat bukan berarti tidak bisa berteman.
saat ini seungmin sedang memainkan jemarinya, ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu pada dua orang yang ia percayai itu.
"ah! dikit lagi menang, ayo ayo ayo jangan kalah!" seruan felix mengalihkan pandangan seungmin ke arahnya.
memantapkan niat, seungmin meletakkan kedua tangannya di atas meja, lalu berucap, "aku mau cerita sesuatu, tapi jangan salah paham."
"apa tuh?" tanggap changbin dengan semangat.
seungmin melirik ke arah felix, yang masih fokus pada permainannya.
"bukannya aku naksir, ya. serius aku gak naksir, pokoknya kalian gak boleh salah paham!" seungmin mengalihkan pandangannya kembali ke jemarinya yang sedang bermain, setelah melihat anggukan changbin, "aku lagi tertarik sama orangㅡ tertarik aja, bukan naksir!"
"oh, hyunjin?"
tanggapan changbin membuat seungmin terkejut. bagaimana changbin bisa tahu? apa sejelas itu seungmin menunjukan rasa tertariknya pada hyunjin?
"orang kayak kamu pasti sukanya hyunjin, lah. wajar banget. aku aja sering kagum sama dia, keren banget skill sosialisasinya." changbin berhenti sejenak, "gak mungkin orang kayak kamu nih suka sama modelan aku atau felixㅡ gak mungkin. pasti hyunjin. iya, kan?"
namun, seungmin takut untuk menjawabnya. dia memilih untuk melanjutkan ke topik selanjutnya, "tapi aku bingung sama penasaranku. aku gak tau yang aku rasain itu apa? aku gak pernah suka sama orang, gak pernah pacaran."
"yang bener aja?" seru changbin setengah teriakㅡia terkejut, "gak pernah pacaran? serius?"
seungmin mengangguk, heran dengan respon changbin yang menurutnya berlebihan, "emang kenapa?"
changbin mengangkat kedua bahunya sekilas, "gak papa, sih. cinta pertama itu harus kamu pilih bener-bener. jangan sampai kamu jatuh ke cowok brengsek. udah pas, sih, kalau suka sama hyunjin. dia cowok baik, kok."
"emang dia gak banyak deket sama orang lain?"
"gak, kok?" changbin menggeleng, "dia bukan tipe yang begitu."
setelah memahami maksud changbin, seungmin beralih kepada felix.
"kalau menurut kamu, gimana, lix?"
tangan felix masih sibuk, "hah? apa? bentar-bentar, dikit lagi menang."
"jawab, gak?" kesal seungmin, setengah bercanda.
felix fokus kepada permainannya sejenak sebelum menanggapi, "kalau kamu yakin, lanjut aja. tapi kalau kamu takut, mundur, jangan berharap banyak."
seungmin baru saja membuka mulut untuk melanjutkan sesi curhatnya, namun kalimatnya harus kembali ia telan, sebab hyunjin yang sudah terlihat cukup dekat dari bangkunya.
berdiri di samping changbin, hyunjin kemudian bertanya, "ada apa, nih?"
"wey bro, kemana aja? lama amat. ketinggalan cerita seru, nih."
seungmin melotot ke arah changbin.
"sini-sini duduk dulu." changbin berpindah tempatㅡmemilih untuk duduk di sebelah felix. sengaja, agar hyunjin duduk di sebelah seungmin.
"ada cerita apa tadi?" tanya hyunjin penuh rasa penasaran.
"eh, ngomong-ngomong, gebetan yang di kampus sebelah, apa kabar?"
seungmin terkejut dengan changbin yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. berbeda dengannya, hyunjin tidak terlihat terusik, hanya meringis pelan, lalu menggeleng.
"ya, udah gak lanjut. gak ada harapan lagi, jadi yaudah lepas aja."
seungmin tidak mengerti kenapa dan apa arti tatapan changbin dan felix yang tertuju kepadanya, tepat setelah hyunjin menyelesaikan kalimatnya.