Drettt... drett... getar ponselku diatas nakas berhasil mengganggu tidurku. Dengan rasa sedikit malas aku mencoba meraih ponsel dinakas disamping tempat tidurku. Sembari mengucek mataku yang masih sedikit kantuk aku mencoba melihat layar ponselku. Ada sebuah pesan masuk, dengan segera aku membuka kotak pesan.
Sebuah pesan masuk dari Tara
Malam yang indah bukan?
Sejak kapan seorang Amanda freya membiarkan lelaki berlama-lama diapartemennya?
Kita sudah lama bersama, dan kita tidak pernah melakukan itu.
Aku tidak menyukai itu, kau tahu itu. Aku masih menyukaimu,
Lebih dari seorang adik kecilku.
" kau benar-benar sudah gila tara!" kata ku menatap pesan itu.
Tiba-tiba aku teringat Gavin, dimana dia? Aku harus segera menemuinya. Hmmm, tapi sedikit canggung setelah apa yang terjadi diantara kami tadi siang. Apa yang harus aku lakukan? Lalu apa arti ciuman itu? Dan dia rela memasak untukku, rasanya tidak buruk. Ku pikir ia tidak pernah menyentuh kompor, aku tertawa geli. Lalu bergegas menuruni ranjangku, ingin mencari sosok Gavin diaman ia berada.
Aku menuju dapurku, tapi ia tidak ada disana begitu juga dengan ruang tamuku. Sepertinya dia sudah menninggalkan apartemen ini ketika aku tertidur, padahal aku berharap sekali bisa melihatnya saat aku terbangun. Rasa aku sangat merindukan sosoknya.
"apa-apaan kau ini Manda, kamu itu nggak pantes jatuh hati dengan seorang Emilio. Dan kamu juga baru saja patah hati karena Tara" Aku menatap jam dinding menunjukkan pukul 6.30 tepat.
EMILIO POV
Gavin sedang menatap pemandangan lampu-lampu perkotaan dari kamarnya, rumah mewah klasik yang berada dikaki bukit. Memiliki pemandangan yang sangat indah dan tentunya dimalam hari, dimana bisa melihat cahaya-cahaya lampu dikota kecil itu. Sesekali ia tersenyum kegelian mengingat kejadian di apartemen Amanda.
FLASHBACK
"wanita ini benar-benar menyedihkan, ia masih saja menyimpan diary yang menyakitkan ini. Dan disini ia benar-benar sendirian. Sangat menyedihkan" Gavin melihat-lihat buku serta album poto dalam laci meja kayu milik Amanda.
Gavin mengendap-endap pelan mengintip kedalam kamar Amanda, ia melihat wanita itu sedang tertidur pulas diatas ranjangnya. Terlihat cukup empuk, namun tidak terlalu empuk bila dibandingkan dengan tempat tidur miliki seorang Emilio Gavin. Gavin berdiri tepat disebelah ranjang Amanda, kemudian berlutut . wajahnya mendekati wajah Amanda.
"Kau terlihat begitu polos dan tulus, Tara memang lelaki bajingan yang sudah mengkhianatimu. Tapi aku lelaki yang lebih bajingan dari dia. Haruskah aku mengorbankan wanita sepertimu? Tapi permainan ini baru saja dimulai, maafkan aku Amanda" Mata Gavin sedikit berkaca menatap Wajah polos Amanda, kemudia perlahan ia mendekati bibirnya dengan bibir amanda . kemudian ia mengecupnya lembut. Ia segera berdiri kembali dan bergegas meninggalkan Amanda.
Emilio Pov
" Tuan emilio makan malam sudah siap, apa anda akan segera turun?" tanya Peter pelayan setia Gavin, menyadarkan lamunan Gavin.
Gavin menoleh kaget kearah Peter. "hhah?!"
"oh maaf tuan saya mengkagetkanmu" kata peter sopan.
" tidak apa-apa, aku akan pergi sekarang" Gavin dengan sigap segera pergi meninggalkan kamarnya. Ia sedikit tergesa-gesa, dengan sigap ia mengendari mobil sport ferrarinya.
Ia melaju kencang tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, ia tampak khawatir. Matanya sesekali melihat wajahnya kaca spion tengah mencoba menenangkan dirinya. Ia melesat dengan sangat cepat, bahkan banyak sekali kendaraan yang mengklakson mobil Gavin karena melewati mereka tanpa sopan rambu-rambu keselamatan.