Dinda menekuk lutut nya sambil menangis terisak di balik sebatang pohon rambutan besar di samping bangku taman yang sedang di duduki oleh satria
Satria yang sedang minum air dari botol kemasan tersedak lalu celingukan mencari sumber suara tangisan yang bisa di bilang menyayat hati.
' eh ya kali ada setan sore-sore gini..'
Satria berdiri lalu memeriksa sekeliling nya sampai ke dalam tong sampah pun ia buka tutup nya untuk ia lihat mana tau ada Mbak kunti lagi nyempil kan.
Suara tangisan semakin jelas saat Satria berjalan semakin mendekat ke arah batang rambutan tua yang daun nya cukup lebat, karena penasaran Satria melongok kan kepala nya ke balik batang rambutan dan binggo Satria melihat ada seorang perempuan menangis dengan baju putih dan rambut panjang serta rok sekolah yang masih melekat di tubuh nya
Satria mengelus dada nya sambil membuang nafas dalam
' gue kita ada Mbak kunti tadi.. Rupanya anak abg putus cinta'
Satria berjalan dengan pelan ke arah dinda lalu berjongkok di depan dinda sambil menoel-noel bahu dinda dengan jari telunjuk nya
Dinda yang merasa tangisan nya terusik mengangkat kepala nya ke arah depan,
" nih...."
Satria mengulur kan handuk yang ia gantung di leher nya ke arah dinda, Dinda menatap Satria dengan datar ada sorot takut di tatapan mata nya tapi se bisa mungkin ia tutupi
" huh. Tenang aja gue bukan orang jahat, nih ambil buat ngelap ingus lo tuh tuh meler. Jorok,! "
Dinda menerima handuk berwarna biru dengan sulaman huruf S di ujung handuk tersebut dengan ragu. Satria berdiri lalu melihat ke arah pergelangan tangan nya,
" udah jam lima lo ngak mau pulang, mau nangis sampek pagi di sini"
Satria berdiri di depan dinda yang masih betah duduk di tanah sambil memainkan handuk yang tadi di berikan oleh satria. Dinda menggeleng kan kepala nya
" gue bukan nya sok dewasa atau ingin mengurui lo, gue cuma mau bilang apa pun masalah lo saat ini lo harus hadapi semakin lo menghindar semakin buat lo sakit. Toh kemana pun lo menghindar tu masalah bakal terus ngikutin lo kalau ngak hadapi dan selesai kan, lagian lo masih sekolah juga kan masa depan lo masih panjang"
Satria mengelus rambut dinda dengan wajah datar tapi ada sedikit senyum di ujung bibir nya lalu beranjak keluar dari balik pohon besar diikuti oleh dinda
" gue harap lo pulang nyokap sama bokap lo pasti nyariin lo "
Saat Satria akan melangkah, Dinda menarik baju Satria, Satria berhenti lalu menoleh ke belakang
" makasih buat handuk nya kak, nanti di rumah aku cuci terus aku kembalikan, maaf kalau boleh tau nama kakak siapa dan kakak tinggal di mana ? "
Satria menatap dinda dengan mengerutkan kening nya,
" panggil aja aku kakak seperti tadi"
Setelah mengatakan kalimat panjang yang belum bisa di cerna oleh dinda Satria berjalan menjauh, Dinda menatap punggung Satria dengan tersenyum
' gue harus kuat, gue harus hadapi apa pun yang akan terjadi kedepan nya. Makasih kakak ganteng '
***
Dinda sampai di rumah jam delapan lewat hampir setengah sembilan. Dinda masuk ke dalam rumah dengan memasang wajah dingin nya. Saat dinda akan naik ke lantai atas tepat di anak tangga yang ke tiga langkah nya terhenti,