Dinda sampai rumah jam tujuh pas acara makan malam. Saat dinda masuk ke dalam rumah ia disambut oleh tatapan kesal jihan dan tatapan khawatir jhoni serta juminten
" aduh nona kemana aja sih keluar dari siang sampek sekarang baru pulang, saya kira nona tersesat "
Juminten membrondong dinda dengan berbagai pertanyaan sedangkan jihan menatap dinda dengan aura kesal serta khawatir
" ish lo bisa ngak sih buat ngak ngilang gitu aja, mana hape lo di tlponin ngak masuk lagi, gue kira lo Ilang, hampir aja gue nelpon bokap lo, ish.. "
Dinda duduk di ruang keluarga sambil meminum cokelat panas yang entah punya siapa
" gue ngak kemana-mana ji, gue cuma keliling-keliling aja cari angin sambil hapal jalan "
Dinda menjelaskan sambil mencubit pipi jihan lalu berjalan naik ke lantai dua kamar nya
Dinda masuk ke dalam dan langsung menuju ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Ini rekor mandi tercepat dinda lima menit selesai. Maklum Dingin.
Dinda mengambil piyama motif mickey mouse sambil mengeluarkan hape dari dalam tas sandang kecil nya untuk memeriksa apakah ada notifikasi dari kak Juan atau papa nya
Saat dinda mengaktifkan tombol hape nya, benda pipih cantik tersebut bergetar tanpa henti tanda banyak Notifikasi yang masuk baik Via WhatsApp, Via Pesan maupun Via email.
Dari sekian banyak pesan WhatsApp yang masuk ada satu dari nomor yang sangat dinda kenal bahkan dinda hapal nomor tersebut di luar kepala nyaa
08xxxxxxxxxx...
Hei.. Udah sampai belum ? Kok ngak ngabarin orang rumah sih , baik-baik di sana ya, jaga kesehatan.Dinda membanting hape nya ke atas kasur dengan kesal
" dasar gila.. Gak waras kali tu orang ! "
Jihan yang kebetulan lewat di depan kamar dinda melongok kan kepala nya ke dalam kamar dinda
" lo kenapa din, kesambet marah-marah sendiri "
Jihan masuk ke dalam kamar dinda lalu duduk di atas kasur di samping dinda, Dinda mengepal kan tangan nya kesal.
Jihan yang merasa menduduki sesuatu meraba apa yang ia duduki
" wehhhh... Belum juga jadi dokter udah main buang-buang hape aja lo din, ckckck"
Jihan mengambil hape dinda lalu melihat layar hape nya yang masih terbuka
" what The fuck... Upss.. "
Jihan tersenyum ke arah dinda sambil menutup mulut nya,
" kelepasan gue.. Hee.. ini nomor mantan lo kan din ? "
Dinda menaik kan satu alis nya sambil berdehem
" gila ya tu cowo, mau nya apa coba ? Udah mau kawin juga ama kakak lo masih aja hubungin lo, "
Dinda berjalan ke arah cermin hias mengambil Ikat rambut nya lalu berjalan ke arah luar kamar. Jihan mengejar dinda yang hampir sampai di anak tangga
" Fix. Pokok nya disini lo harus punya cowok kalau bisa lo harus punya calon laki yang lebih dari dia, mmm pokok nya segala-Gala nya deh, gue dukung lo"
Jihan mengepal kan tangan nya ke udara dengan semangat
" Jihan Sanjaya sayang, lo kebanyakan nonton drama korea ya, kita tuh udah di Amerika Serikat tempat nya Edward Cullen sama Bella Swan bukan di Indonesia lagi jadi,.. Gak ada bucin ala-ala Oppa ya disini, Ck "
Dinda mencolek hidung jihan lalu berjalan menurun tangga, sedangkan jihan berjalan dengan kesal di belakang dinda sambil ngedumel ntah apa
***
Menjelang jam sepuluh malam Satria baru keluar dari ruang kerja dady nya di susul oleh Jonathan kakak ipar nya serta Samuel dady nya. Satria berjalan ke arah ruang keluarga ia berencana mengambil jas dan hape nya yang tertinggal di kursi tadi
Saat Satria sampai di ruang keluarga di sana ada Momy nya dan kakak nya Wulan menatap dengan senyum yang aneh ke arah Satria.
Satria duduk dengan anteng nya tanpa melihat ekspresi momy dan kakak nya,
" eh.. Tumben jam segini belum pada tidur ?"
Tuan Samuel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, diikuti oleh angguk an Jonathan menantu nya
" Bawa gadis itu ke sini, momy mau kenalan ! "
Tuan Samuel, Jonathan dan Satria saling pandang satu sama lain, kemudian sama-sama saling mengangkat bahu dan melihat ke arah nyonya Gisele
Nyonya Gisele menyodorkan hape Satria. Tuan Samuel dan Jonathan menatap bingung sedangkan Satria mengalihkan perhatian nya dari gelas teh yang sedang ia minum ke arah meja,
Uhukk...
" momy buka hape Satria ? "
Satria mengambil hape nya lalu menyimpan nya di dalam saku jas nya. Nyonya Gisele tersenyum lalu membuka layar tablet yang tadi ia pegang kemudian meletak kan nya di atas meja dengan gambar seorang gadis yang terlihat di layar tablet tersebut
" Cantik. Kau memang pintar memilih calon istri Son "Tuan Samuel mengelus bahu Satria sedangkan Satria sudah kembali ke mode dingin nya untuk menutupi aura merah yang keluar di pipi nya
" Momy pengen kenalan sama dia bawa dia besok ya, pliss ya... Momy bakal buktikan ke teman-teman momy kalau kamu itu ngak Gay. Ah ya, siapa nama nya ? "
Satria masih betah di mode wajah datar dingin nya, pura-pura tidak mendengar apa yang di katakan oleh momy nya
" Oke kalau kalau kamu ngak bilang ke momy, momy bakal suruh zio untuk mencari informasi "
Satria menghembuskan nafas nya dengan malas sambil bersandar di sandaran kursi
" Satria belum tau nama nya mom , "
Sontak semua yang ada di ruang keluarga menatap Satria dengan melongo, tak terkecuali nyonya Gisele
" maksut mu son ? Kau belum ketemu dengan gadis ini ? "
Satria menganggukan kepala nya dengan acuh
" bukan belum bertemu mom , tapi belum kenalan aja"
" Oh tuhan. Kenapa aku bisa punya anak yang seperti ini "
Nyonya gisele memasang wajah sedih mendramatisir keadaan, sedangkan Wulan dan Satria memutar bola mata nya melihat ke lebay an momy mereka
" Kau harus gerak cepat son, dady tidak ingin kehilangan calon menantu cantik dady "
Tuan Samuel menepuk bahu Satria dengan tersenyum.
' tenang saja dad, Satria bakal mendapatkan nya dan menjadikan nya milik Satria selama nya '
Satria tersenyum tipis di ujung bibir nya bahkan karena tipis nya tidak ada yang menyadari bahwa Satria sedang tersenyum