🌿🌿🌿
Jika Rapunzel terkurung karena kekuatannya,maka aku terkurung karena kelemahanku.
🌿🌿🌿
[Zam'ah]
Budayakan vote sebelum membaca.
Bebas komenDidepan cermin rias,aku mulai memperhatikan wajahku,iya,aku lagi dandan,tapi jangan bayangin aku pakek bedak,lipstik,ngolesin eyeliner,pakek maskara,enggak! aku cuma pakek pelembab wajah dan sedikit lipsglosh supaya menghilangkan kesan kering pada bibirku.Setelah puas melihat-lihat wajah dan sedikit berdandan,aku mulai mengikat rambut dan memakai kerudung.Tersenyum sebentar dan menghela nafas.Jujur,aku merasa sedikit nervous.
Bukan hal yang anehkan,jika aku merasa gugup saat pertamakali masuk sekolah?setelah menghabiskan masa bertahun-tahun dengan homeschooling, dan ini pertamakalinya aku masuk sekolah,memakai seragam SMA-ini kali pertama aku memakai seragam sekolah-,dapat teman baru,jajan ke kantin bareng-bareng,pasti menyenangkan.
"Wiih..anak Bunda,cantik banget pakek seragam SMA."
Sangking asiknya ngelamun,aku nggak sadar kalau Bunda udah berdiri diambang pintu.Segera aku memutar tubuh untuk menghadap ke Bunda.
"Ih..Bunda mah,biasa aja." entah kenapa aku selalu merasa malu jika mendapat pujian dari siapa aja,tak terkecuali Bundaku ini.
"Daritadi Bunda manggil nggak denger ya dek?" Bunda mulai berjalan menghampiriku.
"Maaf Bun,nggak denger tadi."
"Drop it,udah yang dandan?"
"Udah kok Bun."
Bunda mengelus kepalaku,kemudian membenarkan kerudungku.Perasaan udah bener deh,ya aku cuma diam aja,sambil memeta wajah Bunda yang cantik dalam balutan kerudung warna navy.
Kalau ditanya siapa orang yang paling sabar ngadepin rewelanku,ya jawabannya pasti Bunda.Bunda tuh bagaikan sosok malaikat tanpa sayap buat keluarga ini,apalagi buat aku.
Suara Bunda lembut banget,enak didengerin,apalagi kalau sedang bersenandung,beuh..mantul, mantap betul,kecuali kalau lagi ngomel atau marah sih,ngomongnya puanjaangg banget,kalo kata abang Ze,ce-re-wet.
Coba tebak,siapa orang yang bantuin aku buat bujukin Ayah supaya aku dibolehin sekolah?iya,Bunda yang ngebujuk Ayah.Mungkin kalau Bunda nggak bantuin aku untuk ngebujuk Ayah,sudah dipastikan,aku bakalan homeschooling lagi.I want not.
"Bun,makasih ya,udah ngerayu Ayah,supaya Zam dibolehin sekolah lagi."
"Iya,sama-sama.Jujur,sebenarnya Bunda juga nggak setuju kalau adek sekolah,tapi mau gimana lagi,Bunda nggak tega lihat adek murung terus-terusan." Sekarang tangan Bunda udah pindah ke pipi kananku,mengelusnya dengan lembut.Hangat.
"Apapun bakal Bunda lakukan buat adek,asalkan itu baik dan membuat adek happy."
Tanpa aba-aba lagi,aku langsung cium pipi Bunda dan memeluknya,bisa aku rasakan Bunda agak terpekik kaget karena aksiku yang tiba-tiba.
"Bunda yang terbaik!,i love you Bunda."
"Love you too." Kata Bunda sambil ngelus-ngelus punggungku.
"Udah ah yang meluk,kita sarapan dulu,kasihan Ayah dan abang kamu udah nunggu."
Aku segera melepaskan pelukanku,mesem ke Bunda dan ngangguk,terus ngekorin Bunda kearah meja makan.
Di meja makan terlihat Ayah dan bang Ze duduk berhadapan.Aku kira Bunda bakal langsung duduk disebelah Ayah,taunya malah mlengos kearah dapur,nggak tau mau ngapain.Segera aku duduk disamping bang Ze.
"Lama amat dandanya." Bang Ze bicara dengan mulut penuh roti.
"Biarin dong,namanya juga cewek."
Bang Ze cuma mangut-mangut sambil berusaha menelan roti susunya.
"Nanti di sekolahan jangan kluyuran,jangan ke kantin sendirian,kalau abang belum nyamperin adek ke kelas,jangan keluar-keluar dulu,pokoknya jam istirahat kamu harus bareng abang."
Belum juga apa-apa,udah diwanti-wanti.
"Iyadeh." Jawabku akhirnya.
Sebenarnya agak dongkol sih kalau apa-apa dibatasi,jangan ini itu,nggak boleh ini itu.Nggak bisa bebas.Tapi mau gimana lagi,kondisinya kayak gini.Selalu bikin repot keluarga,sering buat Ayah Bunda panik.Kalau dibuat pengandaian,aku ini bagaikan kerikil diantara mutiara,nggak bernilai.
"Ayah,Ze minta izin pakek mobil ya.."
"Enggak,nggak boleh."
"Lah kok?kan ada adek,polusi Jakarta nggak bagus buat adek Yah."
"Ayah tau,tapi kamu nggak boleh nyetir mobil sendiri,nanti ada pak Tejo yang nganter jemput kalian."
"Pak Tejo?sopir baru?"
"Iya."
Tuhkan,emang aku selalu bikin repot,belum apa-apa udah kaya gini.
"Zam nggak masalah kok kalau harus naik motor bareng bang Ze,nanti Zam pakek masker,InSyaaAllah..bakalan aman." Aku mencoba untuk merayu Ayah dan bang Ze,supaya nggak jadi nyuruh pak Tejo buat jadi sopir pribadi aku dan bang Ze,bukannya gimana-gimana,tapikan otomatis pengeluaran keluarga bakal nambah buat gaji pak Tejo.Biaya pengobatanku aja udah banyak buanget,dan aku nggak mau ngerepotin Ayah Bundaku lagi.
"Enggak boleh/jangan." Tolak Ayah dan bang Ze serentak.
"Untuk kali ini,jangan ada bantahan ya dek." Ayah menepuk-nepuk kepalaku,aku cuma manyun.
"Dimakan dong rotinya,keburu siang nih,terus obatnya diminum.Oh iya,obatnya udah dimasukin tas kan?" overprotektivenya abang mulai keluar nih.Akunya cuma ngangguk sambil gigit roti susu.
"Emang udah baca Bismillah?"
"Astagfirullah..lupa bang." Segera aku baca doa,hampir aja keselek.
Nggak lama dari itu,Bunda datang membawa 2 kotak makan warna blue n green,oh enggak, ternyata 3,yang satu warnanya hitam.
"Ini buat Ayah,buat adek,yang ini buat abang." Kata Bunda sambil menyodorkan kotak bekal kehadapan kita masing-masing.
Bunda itu,10% sarapan,90% ngladenin orang lain sarapan.Salut deh buat Bunda.
Segera kita bertiga mengucapkan terimakasih ke Bunda yang di jawab Bunda dengan anggukan kepala dan senyuman.Manis banget senyumnya.
TBC [To Be Continue]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Boleh komentar,boleh ngasih kritik,InsyaaAllah,itu dapat membuat aku lebih baik lagi:)
◇
◇
Give me a star☆ if u were enjoyed
◇
Like Share,and Coment#ILY🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Buyuut Muthma'innah [Rumah Idaman]
Teen Fiction"kenapa ini datang disaat sisa hidupku hampir habis?" -Z- . "tak ada keraguan bagiku untuk mencintaimu." -H- . . Ada rasa yang tak terungkap. Ada kata yang tak terucap. Ada hati yang tak siap.