7. Perjalanan

49 17 6
                                    

Terus berlari... Berlari secepat yang kami bisa untuk menghilangkan jejak dari bangunan besar nan kokoh itu.

Angin malam yang dingin, sepi, benar-benar suasana baru bagiku.

Bulan yang menampakkan cahayanya di kegelapan, tak lupa kilau bintang yg bertaburan menghiasi langit malam yang begitu menawan.

Suara suara hewan yang seakan berkompetisi, memecahkan keheningan malam itu.

Kami berhenti di sebuah pohon apel besar untuk beristirahat.

"Aku lapeerr banget nih" ujar sinta

"nih ambil aja" balasku.

"Kalo gini terus, persediaan bakal cepet abis sih" sabrina melihat sinta yang terlihat seperti seorang baru menjumpai makanan setelah sekian lama.

"hehe gimana ya, kalaupun kita bawa bekal banyak juga berat haha" ujar sinta.

"Mau mati kelaperan?" sambung sabrina

"Eh, pohon apel nih di belakang, ambil aja mau?" balasku.

"Wah boleh juga tuh, gue mah jagonya manjat haha" sinta dengan tawanya yang berharap kami membalasnya.

"Yaudah kalo gitu coba, abis itu kita langsung jalan lagi" balas sabrina

"Cepet amat sab" ujarku

"Makin cepat makin baik ra, kita juga masih panjang perjalanan, kita masih belum tau kemana ra" balas sabrina.

Sinta memanjat pohon apel itu, walaupun dia emang ga jago tapi bisa lah ngasih kita persediaan sakantong lagi.

Sehabis berkemas sedikit, kami meninggalkan tempat itu dan melanjutkan perjalanan, entah kemana, tapi kami hanya mengikuti kaki kami malam ini.

Setelah perjalanan cukup lama, kami merasa letih dan merasa seperti kami hanya memutari tempat ini dari tadi, kami seperti hanya bermain main di wahana yang pasti ketemu jalan akhirnya.

Kami tetap berjalan, melewati rerumputan dan daun daun gatal yang sudah menjadi teman kami. Tak lupa suara suara hewan yang menjadi irama pendamping kami.

Hingga pada akhirnya kami mendengar suara yg berlainan dari suara irama pendamping kami.

"Stop! Bentar deh, Kalian denger kayak ada suara ga?" sambarku.

"Iyah! Dari sana kayaknya!" balas sabrina.

"Oke apapun itu kita harus berjaga!, kalian lihat sekitar lain juga, aku akan mengeluarkan panahku!" tegas sabrina.

Sabrina mengarah arahkan busur dan panahnya ke semua sisi, hingga dia memilih untuk menembaknya ke arah selatan.

Panah itu meluncur dengan cepat, dan bertumbukan dengan panah lain yang berasal dari arah selatan.

Ptass!

Masing masing panah itu jatuh di tanah dengan menghadirkan suasana menegangkan diantara kami.

"Panah!, ada orang!" ujar sabrina.

"Kita harus kabur!, ayoo" sambung sinta.

Kami lari secepat yang kami bisa, di sela sela perlarian kami, anak panah lain melintasi badan antara aku dan sinta.

"aaaaa" teriak sinta.

Akupun reflek menjauh dan hampir terjatuh.

Hingga ada suara yang berhasil membuat kami berhenti.

"Kalian berhenti! Atau panah berikutnya akan tepat mengenai masing - masing dari kalian!"

Sabrina menyuruh aku dan sinta berhenti.

"Mengapa? Ayolah, ini tidak lucu! Teruslah berlari sabrina!"

"Itu akan lebih membahayakan kita" balas sabrina.

"Ayolah, kau menunggu apa, dia semakin dekat!"

"Diam! Kalian semua berdiri!" kata seseorang

"Kamu siapa! Apa maumu, kami memiliki tugas yang lebih penting darimu!" tegasku.

"Tugas? Sebentar, kau tuan putri sabrina?" ujar seseorang.

"Apa apan ini!"

"Iya, aku sabrina tolong, kami bukan orang jahat atau apapun, kami hanya bocah yang masih belum tahu apa apa, tolong biarkan kami pergi." balas sabrina.

"Oh tuan putri, maafkan aku maafkan aku"

"Sebenarnya siapa kau?" ujar sabrina.

"Aku rakyatmu tuan  putri, aku setiap malam mencari kayu dan beberapa daun untuk dijual besok tuan"

"Oh ya, ini sudah terlalu malam"

"Sudah terbiasa tuan, tuan sendiri mengapa bisa disini, ini bukan tempat tuan putri, disini terlalu bahaya"

"Aku memutuskan kabur dari istana untuk mencari tongkat sakral yang hilang, aku benar - benar tidak bisa melihat orang tuaku dan orang - orang yang ku sayang terus sedih dan menderita." sabrina menjelaskan.

"Izin tuan, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan pada tuan putri."

"Apa itu?"

"Jika memang tuan berkehendak ingin mencari tongkat itu, sejujurnya saya tau dimana tempat tongkat itu berada tuan"

"Dimana!, tolong beri tahu aku" balas sabrina.

"Tongkat itu dicuri oleh sekelompok orang dan akan membawanya ke gunung haraia besok siang."

"Apa! Bagaimana bisa!, dari mana kau tahu"

"Maaf tuan, sebenarnya saya awalnya merupakan bagian dari mereka, tapi saya mengurungkan niat saya untuk ikut dengan mereka tuan"

"Apa! Mengapa! bagaimana bisa"

"Sekali lagi saya minta maaf tuan, saya berjanji akan memberi tahu semua yang saya ketahui tuan"

"Apa yang kau ketahui?"

"Untuk menuju gunung haraia bukanlah hal mudah tuan, selain banyak binatang buas, tuan juga harus hati - hati dalam memilih jalan, jangan sampai tuan memilih jalan peish, disana berbahaya tuan banyak dihuni makhluk jahat tuan jalan peish itu adalah jalan arah barat, nanti tuan lurus saja, jangan berbelok ke arah manapun, ketika tuan sudah melihat pohon dengan banyak dihuni kunang - kunang, tuan harus belok ke timur, jangan sampai tuan melewati barat."

"Lalu?" tanyaku.

"Kalian terus lurus saja, dan nanti ketika menemukan pohon blueberry yang tumbuh dengan banyak, jangan diambil, jangan sampai kalian menyentuh pohon berry itu sedikitpun."

"Mengapa?" tanya sabrina.

"Pohon berry itu merupakan modifikasi dari makhluk jahat tuan, jadi berhati hati lah kalian."

"Baik, terima kasih atas semuanya, tanpamu kami tak tau arah dalam melakukan misi ini." ujar sabrina.

"Oh tak pa tuan, dengan senang hati."

"Baik kalau begitu kami permisi, perjalanan kami masih sangat panjang"

"Sebentar tuan, ada yang ingin ku beri pada kalian."

"Apa itu"

"Ini ada sedikit daun daunan beracun tuan, untuk berjaga, kalian tinggal tumbuk daun ini dan campurkan ke air, pastikan airnya berunah warna tuan."

"Oh terima kasih, terima kasih." balas kami.

Selepas pembicaraan panjang ini, kami berpisah dengan lelaki itu, kami meneruskan perjalanan yang panjang ini.

•••

03:30

Mata mengantuk dengan hitam dibawahnya menyorot jalan yang panjang ke depan, yang meliuk sedikit dan lurus. Betapa perjalanan bisa teramat panjang, sebagaimana hidup, yang juga adalah perjalanan.






GUIDANCE DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang