1 - siapakah dia?

65 8 5
                                    


"mah ines berangkat dulu ya, aduhhh telat nih pasti. Assalamualaikum mah." ucap ines sembari menyalimi tangan wanita cantik nan lembut itu.

"waalaikumsalam anak cantik, hati hati di jalan ya. kalo memang bisa berteduh, lakuan sayang. jaga dirimu sendiri." tutur wanita dengan nada khas milik seorang ibu yang sedang mengkhawatirkan keselamatan putrinya.

derasnya hujan tidak menghalangi ines untuk tetap berangkat ke sekolah walaupun ia tahu pasti ia akan telat, karena untuk membolos sehari saja itu sangat dilarang oleh mama nya. bahkan jika ines sakit ia harus tetap berangkat sekolah karena bagi mamanya sekolah adalah hal utama bahagianya.

"aduhh gue gak pake payung woi gece angkot mana sih kalo ada gue penggal dah pala supirnya." kesal ines yang tak kunjung mendapatkan angkutan umum dibawah guyuran hujan yang membasahi seluruh badan nya.

setelah mendapatkan angkot ia terus melihat jam yang melekat pada lengannya.

"ck, pake macet segala mana masih di perempatan. BANG GA BISA TERBANG APA NI ANGKOT! ASLI INI UDAH JAM DELAP- WOI GUE TELATTTT! NIH BANG KEMBALIANNYA AMBIL AJA." setelah melihat jam tangan untuk yang kesekian kali nya, jam sudah menunjukan pukul delapan lewat dua menit. hari ini adalah hari pertamanya sekolah semenjak libur kenaikan kelas.

dengan langkah secepat mungkin ines berlari menelusuri trotoar dengan hujan lebat yang menghalagi derap langkah kaki yang ia pijak, memang jarak perempatan dengan sekolahnya masih terbilang jauh, kurang lebih sekitar 1 km.

BUGH!

"aduhh! sial lagi gue. ahh mana berdarah lagi siku gue, bangke" ringik ines setelah tersandung batu yang tak sengaja ia injak. bukan, tapi memang ia tidak melihatnya.

"mau gue bantu?" ucap sosok yang sedang menyodorkan tangan ke arah ines.

ines pun menyahut tangan itu dengan susah payah karena siku nya terasa sangat perih apalagi ini sedang hujan deras.

"mau bareng gak?" tanya sosok itu dengan maksud membantu ines untuk yang kedua kalinya sembari menunjukan jika ia membawa mobil.

ines terdiam sejenak
lah gue aja kaga kenal
batin ines sembari melihat wajak sosok itu walaupun terlihat samar samar.

"dari pada lo telat sampe jam istirahat kan gak lucu." ucap sosok itu lagi dengan maksud membujuk ines agar segera ikut dengannya.

dibalas anggukan dari ines dan keduanya pun segera memasuk mobil sport biru dengan plat nomor 'B 2 MEO'.

"keringin baju dan rambut lo, tuh di situ ada hair dryer dan obatin luka lo disitu ada p3k." tunjuk sosok itu dengan tatapan tetap lurus ke depan karena sedang mengendarai mobil. bukan, bukan karena itu. sepertinya ia memang tak ingin melihat wajah ines, tetapi mengapa?

lagi lagi ines hanya mengangguk paham dan segera mengeringkan baju dan rambutnya yang memang tak ada sehelaipun yang terlihat kering.

"lo siapa?" tanya ines.

tak ada jawaban satu huruf pun dari sosok itu.

"lo sekolah di tunas bhakti udah lama? ko gue baru ngeliat lo?" tanya ines dan lagi lagi tetap tak ada jawaban dari sosok itu.

lah kenapa ni anak, males sama gue? ko gue di ajak bareng.
batin ines menerka nerka.

setelah kurang lebih lima belas menit mereka menunggu upacara selesai di pinggir jalan karena gerbang sekolah yang sudah di tutup, akhirnya pak satpam membuka gerbang dan mobil sport biru yang ines naiki segera memasuki area parkiran sekolah.
tapi mengapa semudah itu? ines pikir ia akan terkena masalah dengan pak satpam atau guru yang berjaga, tapi sepertinya ia salah. pak satpam justru menebar senyum pepsodent ke arah sosok itu.

"kali ini gue hoki, yes!" gumam ines yang masih bisa di dengar oleh sosok itu.

sosok itu tersenyum melihat keidiotan gadis di sampingnya, tetapi senyumnya sangat lah tipis, sampai komedo nya saja tidak bisa melihat.

lucu juga ni anak.
batin sosok itu dengan menggelengkan kepalanya.

"makasih ya, lo udah nyelametin satu nyawa gue. gatau deh nanti di kelas gue di apain sama wali kelas" ucap ines senang karena ia telah di selamatkan dari amukan guru piket atau pak satpam tadi.

"nih pake jaket gue, gue tahu kepala lo pusing, badan lo dingin, muka lo pucet." ucap sosok itu datar sembari menyodorkan jaket uniqlo berwarna biru yang senada dengan warna mobilnya, tetapi tetap saja wajahnya masih lurus kedepan. hanya tangannya saja yang mengarah ke ines.

"emm makasih ya, lo baik banget sama gue padahal kita gak saling kenal." ucap ines dengan nada halus sembari mengambil jaket uniqlo itu.

"gue turun, lo masih mau disini juga gapapa. tapi mobil gue kunci." ucap sosok itu masih dengan nada yang sangat datar.

ines pun segera beranjak turun dari mobil sport berwarna biru itu dan berlari menuju kelasnya di lantai dua. tidak, lantai dua bukan lantai paling atas. sekolah tunas bhakti mempunyai tiga gedung dengan dua gedung empat lantai dan satu gedung dua lantai. gedung satu untuk jurusan ipa, gedung dua untuk jurusan ips, dan gedung tiga untuk masjid sekaligus ballroom.

kembali kepada ines. ia terus berjalan menelusuri koridor yang sangat sepi karena jam pelajaran pertama sudah dimulai. sampailah ia di depan kelasnya.

"anjir gajadi masuk deh, bangke. bu aning?jangan jangan di wali kelas gue? waduh bisa mati gue kalo masuk." gumam ines berpikir sejenak untuk masuk kelas 11 IPA 2 karena ada bu aning di dalamnya. bu aning adalah guru terkiller di sekolah ini.

tak lama kemudian sosok yang tadi membantunya memasuki kelas. ines yang menyadari pahlawannya masuk kelas dengan santai segera mengikuti langkahnya.

"Assalamualaikum. maaf bu aning saya telat." ucap sosok pahlawan bagi ines sembari mencium tangan guru killer tersebut.

"Waalaikumsalam, tak apa nak. yasudah duduklah di tempat dudukmu." tutur guru killer yang tiba tiba sangat lembut kepada sosok itu.

ines yang melihat kejadian itu pun sangat terkejut, bahkan bukan hanya ines. seisi kelaspun ikut terkejut dan terheran heran kepada bu aning yang sikapnya berubah 180° dari biasanya. ya, kecuali caca. sahabat ines.

ternyata sosok yang menyadari keberadaan ines pun segera menyelamatkannya lagi.

"dia sodara saya bu, tadi kita terjebak macat." ucap sosok itu seakan sangat menyelamatkan nyawa ines.

"yasudah kalian berdua boleh duduk di tempat masing-masing." tutur bu aning dengan senyuman kepada pahlawan ines.

ines pun segera duduk di tempat yang sudah di sediakan oleh sahabatannya itu. ines dan caca sudah bersekongkol dengan guru tata usaha untuk dapat sekelas lagi. bukan hal sulit bagi ines dan dan caca untuk itu.

"adines putrianastasya, lo ke mall dulu sama dia? apa menanam malika kedelai hitam? sekarang jam delapan lebih empat puluh tiga menit, nes. tega lo bikin gue menunggu yang tak kunjung peka. btw gue baru tau kalo lo sama dia sodaraan." kesal caca yang sedari tadi menunggu sahabatnya yang tak kunjung datang.

"bacot lo babu! diem kepala gue pusing." kesal ines mendengar sahabatnya nyerocos tak henti-henti. ines sudah tak bisa menahan pusing di kepalanya, akhirnya ia segera menaruh kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.

🐾

sampai sini ada yang tahu nama dari sosok yang membantu ines? komen ya!

vote ya biar aku semangat mikirnya hehe
bubay!

ROMEOKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang