Amsterdam, Netherland.
Larut malam terlewati dan waktu telah merangkak menuju fajar. Gadis keturunan londo keluar dari bar membawa sebotol whisky ditangan. Kesadarannya hampir ditenggelamkan oleh alkohol yang naik ke kepala.
Langkah gadis itu sempoyongan saat menuju pinggir jalan dimana kereta kudanya sedang menunggu. Untuk melihat arahnya dengan benar, dia berusaha keras membuka matanya. Tapi dia hanya berhasil membuka matanya sesekali.
Brak!
Gadis itu terjatuh. Kesadarannya akhirnya tidak bisa bertahan. Tubuh tinggi semampai khas orang londo itu tergeletak lemas di depan bar.
Melihat salah satu tamunya pingsan, penjaga keamanan di sana dengan cepat berlari menggendong tubuh gadis itu dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Gadis itu adalah Calandra Van Hoebeek, putri dari Burhan Van Hoebeek yang seorang Kolonel angkatan udara yang terkenal di Amsterdam.
Namun, alih-alih disegani dan dihormati, Burhan cenderung ditakuti atau tidak disukai oleh masyarakat setempat karena sifat kejamnya.
Meski tidak menyukai Burhan, masyarakat setempat tidak berani menunjukkannya secara terang-terangan. Karena jika mereka sedikit saja menunjukkan ketidaksukaan terhadap pria berperut buncit itu, maka mereka bisa dipastikan akan kehilangan nyawa tanpa ada tempat untuk mengadu.
Perlakuan buruk Burhan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat setempat, bahkan Calandra yang anak kandungnya sendiri juga merasakannya. Tidak jarang dia memiliki banyak luka karena perlakuan kejam Burhan padanya.
Calandra tumbuh menjadi anak pemarah, suka mabuk-mabukan, keras kepala dan benci pada Papanya, terlebih Mamanya.
Dia mengganggap bahwa prilakunya adalah semata-mata dampak dari ulah mereka berdua. Lebih tepatnya Calandra merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.
Menurut Calandra, semua uang Papanya yang selalu dia habiskan untuk berfoya-foya itu tidak bisa membalas rasa sakitnya selama ini.
Calandra selalu berpikir jika harta yang diberikan kepadanya sama sekali tidak sepadan dengan kasih sayang yang tidak dia dapatkan.
Padahal Calandra masih mempunyai Papa, tapi dia merasa seakan-akan hidup sendiri didunia ini.
Papanya hanya mementingkan pekerjaan saja. Papanya juga selalu memukul dan membentaknya, membuatnya tersiksa. Kedua orang tuanya sama sekali tidak perduli pada hidupnya yang berantakan.
Keinginan Calandra hanya satu, ingin merasakan kasih sayang Papa seperti pada umumnya. Bukan hanya diberi uang dan uang.
Bukankah Calandra lahir ke dunia karena keinginan orang tuanya? Itu jelas bukan keinginannya sendiri. Jadi, salahkah jika dia berharap Papa dan Mamanya memberi kasih sayang yang menjadi haknya.
"Apa yang terjadi denganku?" Gumam Calandra yang telah siuman dari pingsan semalaman.
Dia bangun dan melihat sosok laki-laki didepannya yang adalah Karno, Jongos sekaligus bodyguard Calandra Van Hoebeek.
"Nona mabuk sampai tak sadarkan diri. Untung saja ada penjaga bar yang dengan cepat membawa Nona ke rumah sakit. Setelah mendapat kabar dari pesuruh bar, aku langsung bergegas menuju ke sini." Jelas Karno hati-hati dengan kepala menunduk.
Karno merasa gelisah menahan rasa takut karena dia tahu bahwa penjelasannya itu tidak akan pernah menjadi benar dimata nonanya.
Tapi pada akhirnya dia hanya bisa menerima tanpa bisa melawan. Bagaimana mungkin dia berani? Keluarganya masih membutuhkan makan dan biaya dari pekerjaannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWINS [ Van Hoebeek ]
Teen FictionOn Going Antara Netherland dan Hindia Belanda. Tapi sekarang, mereka menyebutnya dengan sebutan Belanda dan Indonesia. Ini kisah Calantha Van Hoebeek dan Calandra Van Hoebeek. Kamu akan dibawa kedalam masa silam. Si kembar yang sangat berbeda,